M Zakaria Ishaq dan M Yahya Muzakki Mengajak Santri Berwirausaha
Si kembar Yahya dan Zakaria, yang pernah mencicipi pendidikan di pondok pesantren, kini menyebar virus berwirausaha bagi para santri lainnya di sejumlah pondok pesantren.
Hidup dan tinggal di dalam pondok pesantren tidak hanya membuat seorang santri pandai mengaji dan memperdalam ilmu agama. Si kembar Yahya dan Zakaria kini justru menyebar semangat berwirausaha bagi para santri lainnya.
Setelah lulus SMP, Mohammad Zakaria Ishaq (29) dan Mohammad Yahya Muzakki (29) sebenarnya tidak ingin masuk ke pondok pesantren. Saat itu, mereka berpikir pesantren adalah tempat yang kumuh, kolot, dan tidak gaul. Namun, anggapan mereka berubah setelah mereka terpaksa mondok di Pondok Pesantren Robithotul Islam, Kecamatan Genteng, Banyuwangi.
”Awalnya kami ingin ngekos di Kecamatan Genteng karena rumah di Purwoharjo dengan sekolah di Genteng jaraknya 25 kilometer. Namun, oleh orang tua, kami diminta masuk pondok pesantren di Genteng agar masih bisa melanjutkan belajar mengaji,” ujar Yahya, Minggu (18/10/2020), di Banyuwangi.
Setelah tiga tahun mondok dan bersekolah di Genteng, keduanya melanjutkan kuliah. Di sela kuliah, mereka tetap belajar mengaji di pesantren Al Anwari, Kertosari.
Bermula dari paksaan, mereka semakin mengenal kehidupan pondok pesantren. Ternyata pondok pesantren tidak seburuk yang di pikirkan. Si kembar Zakaria-Yahya justru menemukan nilai-nilai baik yang selama ini tidak banyak dikenal oleh masyarakat di luar pondokan.
Sejak di pondok pesantren, mereka memiliki minat di bidang desain. Tahun 2011, si kembar nekat membuka jasa percetakan digital yang diberi nama Twin Grafika Digital Printing. Keuntungan usaha tersebut mereka gunakan untuk membiayai kuliah mereka. Keduanya sempat berpindah kampus karena alasan biaya dan waktu yang lebih fleksibel untuk kuliah dan bekerja.
Keduanya berani menerima pesanan cetak baliho kendati hanya memiliki modal sebuah komputer tanpa pernah memiliki mesin cetak. ”Pelanggan tidak perlu tahu kami punya alat cetak atau tidak. Pokoknya setiap pesanan masuk kami terima dan kami desain. Nah, untuk cetaknya, kami mencari percetakan lainnya. Pelanggan tahu beres,” ujar Zakaria.
Sayangnya, usaha itu harus tutup pada 2013. Lalu, Yahya membantu temannya di percetakan Mitra Abadi, sedangkan Zakaria fokus dengan kegiatannya sebagai Ketua IPNU Banyuwangi.
Tak ingin berputus asa, mereka kembali berwirausaha tahun 2017. Kali ini, dengan bendera Zero Digital Printing, mereka memiliki mesin cetak sendiri. Dengan omzet puluhan juta per bulan, mereka mampu mempekerjakan enam karyawan yang merupakan lulusan pesantren.
Namanya juga santri, di tempat usaha mereka berbagai gambar tokoh kiai terpampang dari ruang resepsionis untuk menerima pelanggan hingga ke ruang percetakan. Beberapa gambar kiai yang terpasang, antara lain, adalah Kiai Hasyim Asyari, Kiai Hamid Pasuruan, Gus Dur, dan Kiai Maimun Zubair.
Mendirikan komunitas
Keinginan menyebarkan semangat berwirausaha kepada para santri membuat Zakaria dan Yahya merintis kelas-kelas desain. Pada 2015, mereka mengajak jaringan santri di Banyuwangi dan Jember untuk belajar desain bersama.
Keduanya juga kerap diminta menjadi narasumber dan mentor di sejumlah pesantren dan organisasi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) di Banyuwangi dan sekitarnya. Baru pada 2017, kelas-kelas desain yang mereka rintis terebut disatukan menjadi komunitas yang diberi nama Santri Design Community (SDC).
”Melalui SDC, kami menggelar pelatihan madrasah desain. Materi latihan berupa pembuatan desain meme atau quote dan juga literasi media sosial. Semangatnya, menyebarluaskan informasi sekaligugs hikmah kehidupan di pondok pesantren,” tutur Zakaria.
Lewat pelatihan tersebut, mereka ingin mengenalkan dunia pesantren yang keren, tidak ketinggalan zaman. Mereka ingin mengubah paradigma masyarakat, seperti apa yang mereka dulu pikirkan tentang pesantren.
Pembuatan konten desain, tutur Zakaria, juga dilakukan sebagai sarana informasi dan dakwah. Menurut dia, banyak pesan atau qoute baik dari para kiai yang belum dikenal luas.
”Kami berharap melalui desain yang disebarkan di media sosial, qoutation para ulama ini bisa tersebar luas. Dakwah para kiai yang selama ini hanya didengar melalui khotbah bisa kami sebarluaskan melalui desain-desain menarik di media sosial,” ungkap Zakaria.
Yahya menambahkan, semangat awal SDC memang untuk berdakwah. Namun, mereka juga berpikir bahwa untuk publikasi juga membutuhkan biaya, minimal biaya operasional membeli kuota internet untuk operasional di medsos.
Akhirnya, mereka memperluas materi pelatihan madrasah desain. Mereka tidak hanya belajar desain, tetapi juga mencari cara bagaimana agar desain tersebut memiliki nilai ekonomis.
Kini desain yang mereka rancang tidak hanya melulu untuk dakwah, tetapi juga untuk mendukung pengembangan usaha pesantren. Tidak sedikit pesantren yang memiliki usaha makanan ringan, minuman jamu kemasan, dan lainnya. Desain yang dirancang para santri kini diarahkan juga untuk membuat kemasan produk-produk olahan tersebut.
”Sejak 2017 hingga 2020, kami sudah menggelar 48 madrasah desain dengan total peserta lebih dari 1.000 orang. Alhamdulillah, ada sekitar 20 orang yang sampai saat ini memiliki usaha di bidang desain. Selain itu, ada enam pesantren yang juga memiliki usaha percetakan,” ujar Yahya.
Ajakan berwirausaha
Zakaria dan Yahya sepakat, mengajak para santri untuk menjadi wirausaha lebih mudah karena para santri memiliki modal tersendiri. Menurut mereka, jiwa wirausaha menjadi potensi para santri.
Kakak beradik yang pernah bergantian menjabat sebagai Ketua IPNU Banyuwangi itu menilai, pendidikan di pesantren mampu mencetak pribadi yang profesional dan berintegritas tinggi. Pasalnya, dalam kehidupan sehari-hari di pondok pesantren, para santri diajarkan nilai-nilai yang menjadi bekal berwirausaha.
”Para santri setiap hari dibentuk untuk meneladani nilai-nilai yang diajarkan Rasulullah. Setiap hari mereka dididik untuk mengerti, memahami, dan menghidupi nilai tabligh, shiddiq, amanah, dan fatonah,” tutur Zakaria.
Tabligh artinya menyampaikan yang benar apa adanya. Shiddiq artinya benar, tidak hanya perkataan, tetapi juga perbuatan. Amanah artinya benar-benar bisa dipercaya. Adapun fatonah artinya cerdas dalam mengelolah berbagai hal.
Menjadi seorang santripreneur, menurut Zakaria dan Yahya, juga meneladani sikap hidup Nabi Muhammad. Mereka mencontohkan, Nabi Muhammad sudah belajar berwirausaha dari kakeknya sejak berumur 6 tahun saat Nabi dipercaya untuk menggembalakan kambing.
Zakaria lantas mengingat kisah pernikahan Nabi Muhammad yang membawa mahar 50 unta premium. Bila dirupiahkan, jumlah tersebut mungkin seharga Rp 2 miliar.
Baca juga: Momentum Santri Bersatu Hadapi Pandemi Covid-19
”Mahar pernikahan Nabi Muhammad tidak murah. Kisah ini seharusnya menjadi semangat bagi para santri. DNA santri adalah DNA wirausahawan karena dalam pendidikan pesantren, kami diajarkan untuk meneladani Rasulullah,” pesannya.
Yahya menambahkan, beriwirausaha juga merupakan ikhtiar untuk mencapai kemuliaan. Ia lantas mengutip Hadist Tirmidzi yang berbunyi: ”Pedagang yang senantiasa jujur lagi amanah akan bersama para nabi, orang-orang yang selalu jujur dan orang-orang yang mati syahid.” (HR. Tirmidzi, Kitab Al-Buyu’ Bab Ma Ja-a Fit Tijaroti Nomor 1130)
”Pedagang atau wirausahawan yang sukses ialah mereka yang jujur dan amanah. Mereka yang jujur dan amanah, ganjarannya ialah bersama Nabi dan orang-orang yang mati syahid,” ucap Yahya.
Mohammad Zakaria Ishaq
Lahir: Banyuwangi, 18 September 1991
Pendidikan:
- TK Khodijah 49 Purwoharjo (1997)
- SDN 3 Purwoharjo (2003)
- MTsN Sidorejo Kecamatan Purwoharjo (2006)
- MAN Genteng, Pondok Pesantren Robithotul Islam, Genteng, Banyuwangi (2009)
- Jurusan Hukum Universitas Untag Banyuwangi (tidak lulus)
- Jurusan Syariah IAI Ibrahimy Banyuwangi (lulus 2018)
Pengalaman:
- Ketua IPNU Banyuwangi 2013-2015
- Direktur Student Crisis Center PP IPNU (2017-2019)
Mohammad Yahya Muzakki
Lahir: Banyuwangi, 18 September 1991
Pendidikan:
- TK Khodijah 49 Purwoharjo (1997)
- SDN 3 Purwoharjo (2003)
- MTsN Sidorejo Kecamatan Purwoharjo (2006)
- MAN Genteng, Pondok Pesantren Robithotul Islam, Genteng, Banyuwangi (2009)
- Jurusan Teknik Informatika Politeknik Banyuwangi (tidak lulus)
- Jurusan Manajemen Informatika STIKOM PGRI Banyuwangi (lulus 2019)
Pengalaman:
- Ketua IPNU Banyuwangi 2015-2017
- Wakil Bendahara PW IPNU Jawa Timur (tahun 2017-sekarang)