Bima Prasetyo Adi Memutus Rantai Pendidikan Rendah Anak Prasejahtera
Sejak 2010, Bima Prasetyo Adi tergerak untuk mendirikan komunitas yang membantu anak-anak dari keluarga prasejahtera mendapat fasilitas pendidikan yang layak. Tekadnya memutus rantai pendidikan rendah di kampungnya.
Oleh
Susie Berindra
·5 menit baca
Bima Prasetyo Adi (29) tak mau berdiam diri melihat banyak anak-anak yang tidak mendapat hak pendidikan dengan layak. Selama sepuluh tahun ini, dia menjalankan komunitas peduli pendidikan anak bernama Sebersy di Bogor.
Sejak Maret 2020, kegiatan belajar di Sekolah Bersama Yuk (Sebersy) nyaris tak ada. Beberapa kali, Bima dihubungi oleh anak-anak Sebersy yang rindu belajar bersama. Biasanya, seminggu dua kali, anak-anak belajar di Balenesia, yang berada di Jalan Achmad Adnawijaya, Kampung Ceger, Kota Bogor.
Bukan hanya pelajaran sekolah, seperti Matematika dan Bahasa Indonesia, yang diajarkan, anak-anak juga belajar komputer atau sekadar membaca buku di perpustakaan di tempat itu. Setiap hari Minggu, saat anak-anak libur, tempat itu dipakai untuk kegiatan asuransi sampah yang dinamakan Waste Bank for Education Project (Wabe Project).
Perayaan ulang tahun Sebersy yang jatuh pada Agustus pun tak bisa dilakukan. Tahun ini, hanya ada unggahan di Instagram @sebersy yang menjadi penanda usia 10 tahun. Selama ini, seluruh kegiatan itu diikuti oleh anak-anak dari keluarga prasejahtera dengan mata pencarian orangtua buruh, kuli, asisten rumah tangga, dan tukang bersih-bersih.
Sayang sekali, seluruh kegiatan itu berhenti. Namun, Bima tak mau berputus asa. ”Saat ini, kami sedang menyiapkan bahan pembelajaran secara daring. Tetapi, bukan dengan pertemuan virtual karena kuota internet anak-anak yang terbatas. Jadi kami memberikan lewat Google Classroom,” kata Bima yang dihubungi di Bogor, Kamis (17/9/2020).
Saat ini, Sebersy diikuti oleh siswa remaja tingkat SMP sehingga Bima bersama timnya harus membuat bahan pembelajaran yang lebih menarik. Bima bersama para sukarelawan berusaha supaya mereka tetap mau datang, belajar, dan terus sekolah sampai jenjang pendidikan tinggi.
”Di kampung itu, tingkat pernikahan dini cukup tinggi, tingkat kemauan untuk sekolah masih rendah, biasanya lulus SD atau SMP langsung menikah. Nah, kami ingin memotong rantai itu. Kami memotivasi mereka untuk mau terus sekolah,” kata Bima.
Menurut Bima, mereka masih menganggap untuk sekolah membutuhkan biaya yang tinggi. Padahal, lanjutnya, masih banyak kesempatan untuk mendapat pendidikan gratis, salah satunya beasiswa.
”Dengan adanya Sebersy, orangtua mulai menyadari pentingnya pendidikan anak. Salah satu anak didik kami ada yang baru saja diterima kuliah di IPB,” ujar Bima.
Membantu anak-anak
Berawal tahun 2010, ketika itu usia Bima 19 tahun dan masih berstatus sebagai mahasiswa. Sering kali, pulang kuliah dia melihat anak-anak usia sekolah yang memulung sampah. Setiap hari seusai kuliah di kampusnya di Cilibende, Bogor, Bima menuju kawasan Bantarjati melewati Jalan Bangbarung Bogor Utara.
”Setelah beberapa kali melihat mereka, saya datangi mereka, saya tanya kenapa memulung. Ternyata mereka mencari uang untuk memenuhi kebutuhan sekolahnya. Dari situlah, saya tergerak untuk membantu anak-anak itu,” kata Bima.
Dengan mengajak teman-teman mahasiswa yang biasa mengajar anak-anak, Bima mulai merintis komunitas. Mereka berbagai tugas dengan mengajar anak-anak dan mencari donasi untuk memenuhi kebutuhan sekolah. Selama setahun, kegiatan mereka diikuti oleh anak-anak pemulung.
Seiring berjalannya waktu, Bima bersama teman-temannya mendapat pinjaman tempat di SDN 2 Ceger. Tanggal 19 Agustus 2010 menjadi tonggak berdirinya Sebersy. Dengan bantuan kepala sekolah saat itu, mereka mendapat bantuan ruangan sekaligus alat-alat sekolah. Sementara Bima bergerak mencari sukarelawan dengan bantuan dari Chandra Iman, pendiri fan page I Love Bogor di Facebook.
Sayangnya, cobaan datang ketika sekolah tak lagi memberikan pinjaman ruangan setelah dua tahun mereka berkegiatan di tempat itu. Untung saja, masyarakat di sekitar Kampung Ceger yang sudah merasakan keberadaan Sebersy, sukarela membantu mereka. Warga meminjamkan teras rumahnya untuk tempat kegiatan belajar.
”Dari situ kami tetap berjalan. Lalu, kami mencoba mandiri dengan mengontrak rumah kecil untuk tempat belajar. Biaya kontrak rumah dibantu oleh sponsor. Sampai kemudian ada seorang warga yang mewakafkan tanahnya untuk tempat belajar kami hingga kini,” ujar Bima.
Tahun 2018, Sebersy mengembangkan kegiatannya dengan membuat program asuransi sampah yang digagas oleh Elis Utami. Program Wabe Project ini mengadopsi Indonesia Medika yang didirikan Gamal Albinsaid di Malang.
”Saya dan Utami belajar dari Gamal untuk asuransi sampah pendidikan. Dia menyarankan, orangtua murid menyetor sampah yang dihitung poin. Misalnya, 1 kilogram kardus mendapat satu poin. Nah, kalau poin sudah terkumpul bisa ditukarkan dengan seragam atau alat sekolah,” jelas Bima.
Untuk menjalankan komunitas dengan kegiatan sosial tentu tak mudah bagi Bima. Dengan berbagai cara, dia terus berkomitmen menjalankan komunitas, termasuk mencari dana. Pernah suatu kali, dia memanfaatkan jaringan ketika menjadi finalis Mojang Jajaka Kota Bogor tahun 2010. Dia menghubungi Dinas Pariwisata Kota Bogor supaya anak-anak Sebersy bisa mendapat kesempatan jalan-jalan gratis.
”Waktu itu, kami bisa mengajak anak-anak jalan-jalan gratis sambil belajar banyak hal. Kebetulan tempat wisatanya juga mendukung program kami. Selain itu, kalau ada lomba-lomba komunitas, saya dan Utami selalu ikut untuk program pendidikan dan lingkungan. Kalau menang, ya, hadiahnya untuk Sebersy,” kata Bima.
Komitmen Bima mengembangkan Sebersy selama 10 tahun ini tak lepas dari dukungan orangtuanya. Datang dari keluarga sederhana yang menekankan aspek kejujuran, tanggung jawab dan peduli pada sesama, Bima ingin terus konsisten dan bergerak di dunia pendidikan. Dia berharap adanya perubahan taraf hidup generasi penerus bangsa agar adanya kesetaraan dan kebahagiaan dalam lingkungan.
Bima Prasetyo Adi
Lahir: Balikpapan, 23 Mei 1991
Istri: Tia Yustiani
Anak: 1
Pendidikan:
- SDN Babakan Bogor (1998)
- SMPN 3 Kota Bogor (2003)-2006
- SMA Kosgoro Bogor (2006)
- D-3 Manajemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor (2009)
- S-1 Jurusan Manajemen Universitas Gunadarma (2012)
Pekerjaan :
Pendiri Sekolah Bersama Yuk (2010-sekarang)
Marketing Promotion Staff di PT Kelola Mina Laut (2015-2019)
Fundraiser di WWF Indonesia (2019)
Marketing Officer di Brain Academy x Ruangguru (2019-2020)
Marketing Staff di PT Tunas Daya Vetama (sekarang)
Penghargaan:
Peraih Beasiswa pelajar terbaik di SMA Kosgoro Kota Bogor (2008-2009)
Jalur PMDK IPB (2009)
Finalis Mojang Jajaka Kota Bogor (2010)
Finalis Pemuda Prakarsa Bidang Pendidikan Jawa Barat (2015)