Yeni Dewi Mulyaningsih, Sahabat Anak Penderita Kanker
Yeni Dewi Mulyaningsih mendirikan Komunitas Taufan dan menggandeng para sukarelawan untuk mendampingi dan menghibur pasien anak kanker. Selama tujuh tahun, dia mencurahkan semua kasing sayangnya kepada anak-anak itu.
Oleh
Susie Berindra
·5 menit baca
SYAHIQ HARPI
Sejak tahun 2013, Yeni Dewi Mulyaningsih mendampingi pasien anak kanker yang dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Sebelumnya, putra keempatnya, Muhammad Taufan, meninggal setelah berjuang melawan leukemia selama dua tahun.
Kasih sayang Yeni Dewi Mulyaningsih (43) untuk anak-anak penderita kanker tak lekang oleh waktu. Sejak tujuh tahun lalu, dia mendampingi anak-anak yang berjuang melawan kanker. Lewat Komunitas Taufan, dia menumbuhkan harapan dan keceriaan anak-anak.
Unggahan video berjudul Happy Challenge YKT di akun Instagram @komunitastaufan menggambarkan para sukarelawan yang tetap ceria memakai kaus komunitas. Dengan video ala brush challenge, mereka saling melempar kaus, lalu dengan penuh senyum tetap belajar membuat origami, belajar mendongeng, dan bernyanyi. Semuanya dilakukan supaya saat pandemi Covid-19 usai, mereka bisa menghibur anak-anak penderita kanker di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta.
Lewat akun itu pula Komunitas Taufan tetap melanjutkan pengumpulan donasi untuk pasien kanker dan penyakit berisiko tinggi pada anak. Mereka membuat Gerakan 1000 Diapers dan Masker yang merupakan kebutuhan dasar bagi anak-anak di masa pandemi. Di situs Komunitas Taufan juga terdapat informasi mengenai penyaluran dana bantuan dalam berbagai bentuk. Salah satunya, pada Senin (13/7/2020), untuk memperingati Hari Buah Nasional, komunitas membagikan susu dan buah kepada pasien anak di RSCM.
”Kunjungan terakhir ke rumah sakit pada 1 Maret. Selama pandemi, kegiatan komunitas masih terus dilakukan meski melalui daring. Kami tetap membagikan bantuan, seperti susu dan diapers, yang dikirim melalui ojek online,” ujar Yeni Dewi yang akrab disapa Yanie saat dihubungi di Jakarta, Senin (13/7/2020).
Yanie melanjutkan, pendampingan pasien kanker oleh para sukarelawan saat ini dilakukan secara daring, lewat video call. Biasanya, para sukarelawan datang ke rumah sakit untuk menghibur anak-anak dengan menyanyi, bermain, atau membaca cerita bersama.
”Di awal pandemi, rasanya ngilu kalau mendengar cerita dari orangtua pasien. Biasanya mendengar cerita mereka secara langsung, kini hanya lewat telepon. Kalaupun sukarelawan video call, harus bisa membaca situasi, butuh kecocokan juga, tidak semua orangtua mau dihibur. Tidak mudah bagi kami dan orangtua pasien saat pandemi ini,” tutur Yanie.
ARSIP KOMUNITAS TAUFAN
Komunitas Taufan yang didirikan oleh Yeni Dewi Mulyaningsih sering mengadakan acara untuk menghibur pasien anak kanker.
Banyak kegiatan komunitas yang tertunda selama ini. Yanie mencontohkan kegiatan tahunan fun trip yang tidak bisa dilaksanakan tahun ini. Selain itu, penerimaan sukarelawan tahun ini mungkin akan ditiadakan. Selama tujuh tahun, ada lebih dari 500 sukarelawan yang sudah bergabung dengan Komunitas Taufan. Setiap tahun, ada puluhan sukarelawan yang bergabung. Setelah masa kerelawanan satu tahun habis, mereka bisa terus aktif atau tidak. Rentang usia sukarelawan dari 20 tahun hingga 50 tahun.
”Tahun ini, kami berencana merangkul sukarelawan-sukarelawan lama untuk diajak bergabung lagi. Kami ingin berbuat sesuatu untuk komunitas dan para pasien kanker,” katanya.
Semangat dan harapan
Komunitas Taufan lahir ketika Yanie ingin menumbuhkan semangat dan harapan untuk orangtua dan pasien kanker. Rasa empati itu muncul karena dia pernah merasakan hal yang sama. Kepergian anak keempatnya, Muhammad Taufan, pada 1 Mei 2013 membuat hatinya hancur. Taufan pergi untuk selamanya setelah dua tahun berjuang melawan leukemia.
Tak mudah bagi Yanie untuk menghadapi rasa kehilangan itu. Satu bulan kemudian, dia kembali ke RSCM. ”Saya seperti memenuhi ego sendiri, mencari rasa nyaman, datang ke rumah sakit, mengobrol dengan orangtua pasien dan teman-teman Taufan. Saat masih di rumah sakit, Taufan banyak temannya karena lucu,” kata Yanie.
Hampir setiap hari, Yanie datang ke rumah sakit hanya sekadar mengobrol dengan orangtua pasien dan bermain bersama anak-anak. Tak jarang, dia mengobrol dengan pasien baru. ”Dari setiap kunjungan rutin di RSCM, saya lebih banyak mengobrol dengan orangtua pasien. Kalau ada pasien baru pun saya ajak ngobrol, lalu lama-lama kami bisa dekat,” ujarnya.
Suatu hari, Yanie bertemu dengan Zack Peterson, sukarelawan dari Count Me In yang juga mengenal Taufan. Zack menyarankan Yanie menjadi sukarelawan dengan melakukan kunjungan ke pasien-pasien kanker. ”Awalnya, saya agak bingung untuk memulai menjadi sukarelawan. Saya melakukan apa yang saya bisa. Saat mendengar cerita mereka, ada kepuasan di hati sekaligus terharu. Apalagi kalau saya bisa memeluk mereka,” ucap Yanie.
Setelah itu, Yanie juga bertemu dengan Andriana yang membantu pembentukan komunitas sukarelawan. ”Kami berdua sering kunjungan ke rumah sakit, lalu woro-woro lewat media sosial untuk mencari sukarelawan lainnya. Kemudian kami sepakat, kenapa enggak bikin sesuatu saja, lalu jadilah Komunitas Taufan ini,” kata Yanie.
Saya seperti memenuhi ego sendiri, mencari rasa nyaman, datang ke rumah sakit, mengobrol dengan orangtua pasien dan teman-teman Taufan. Saat masih di rumah sakit, Taufan banyak temannya karena lucu.
Pengalaman selama dua tahun mendampingi Taufan melawan kanker membuat Yanie memiliki hubungan baik dengan dokter dan para sukarelawan di RSCM. Bantuan yang diberikan tak harus barang atau uang, justru Yanie memberikan dukungan moril bagi para pasien. Dukungan dari suami dan anak-anaknya juga menjadi bekal Yanie untuk menolong orangtua pasien kanker.
Yanie memberikan berbagai informasi yang bisa membuka harapan baru bagi pasien kanker. Tak hanya dari Jakarta, Yanie mengaku sering dihubungi pasien dari daerah, seperti Lampung, Padang, Papua, dan Nusa Tenggara Timur. Sebagian besar bertanya kepada Yanie mengenai bagaimana mengakses rumah sakit rujukan untuk pasien kanker.
ARSIP PRIBADI
Dengan penuh kasih sayang, Yeni Dewi Mulyaningsih mendampingi dan menghibur pasien anak kanker. Dia menghibur di rumah sakit maupun kunjungan ke rumah-rumah.
Selain mengunjungi para pasien kanker, Yanie juga menggalang donasi untuk mereka. Dari sinilah kemudian Yanie memberanikan diri mendirikan Komunitas Taufan. Setelah kunjungan rutin ke rumah sakit dan penggalangan donasi, komunitas tersebut didaftarkan menjadi yayasan pada 29 September 2014.
Selama tujuh tahun, sudah banyak program yang dijalankan komunitas, seperti Charity Art Festival, Gerakan 1000 Diapers, Ultah untuk Adik, Care4, dan Fun Trip. Sebanyak 1.200 anak sudah terbantu, baik pendampingan maupun donasi, dari komunitas. Yanie terus bergerak bersama komunitas untuk menebarkan kasih sayang, semangat, dan harapan.
Yeni Dewi Mulyaningsih
Lahir : Bandung, 5 Maret 1977
Suami : Ren Refly
Anak : 5 (meninggal 2)
Pendidikan :
- SDN Ciumbuleuit III Bandung, 1990
- SMP Bina Dharma Bandung, 1993
- SMEA Negeri 2/SMKN 3 Bandung, 1996
Pekerjaan : Pendiri/Ketua Yayasan Komunitas Taufan (29 September 2014)