Jika tak bisa sepenuhnya melestarikan seni tradisi yang terancam punah, setidaknya lestarikanlah sebagian. Itu yang dilakukan Zakaria alias Jaka, pelestari kesenian rudat lombok.
Oleh
Khaerul Anwar
·4 menit baca
Zakaria alias Jaka (46) menyadari kesenian rudat di Lombok, NTB telah kehilangan penggemar dan pemain yang membuat seni teater tradisional menuju kepunahan. Lewat ide kreatifnya, ia memodifikasi gerakan tari rudat menjadi gerakan senam. Lewat senam itu, sebagian gerakan rudat hidup lagi.
“Saya tidak pernah berpikir untuk berhenti mengembangkan seni rudat tetapi saya harus realistis di tengah zaman yang berubah cepat. Khalayak penonton kesenian tradisi juga berbeda. Maka, saya memperkenalkan rudat dalam bentuk lain, senam rudat,” ujar Jaka, warga Dusun Terengan, Desa Pemenang Timur, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara, NTB, Rabu (1/4/2020). Dengan cara itu, ia yakin bisa melestarikan rudat.
Menurut Jaka, Kelompok Kemidi Rudat Setia Budi adalah satu-satunya grup seni teater tradisional yang masih bertahan saat ini di Pulau Lombok. Penyebutan kemidi rudat disandangkan karena di awal pementasannya ditampilkan tari rudat. Para pemainnya mengenakan tarbus, topi ala Turki, kostumnya seperti pakaian serdadu Marsose, dan komandannya memberi aba-aba dalam Bahasa Belanda.
Para penari melakukan gerakan pencak silat, diiringi instrumen pengiring biola, rebana, jidur (gendang) dan suling. Jumlah penari antara 12-24 orang. Sebanyak 7-9 di antara mereka menjadi pemain musik pengiring.
Setelah sesi itu, pentas teater dimulai, menampilkan tokoh raja yang bercakap dalam Bahasa Melayu, selain tokoh jongos dan hadam (hulu-balang) yang kocak, dan membuat pengunjung tertawa. Karena membawa keriaan teater ini disebut kemidi (komedi).
Jikalau atas aku juga dikau punya pikiran, setujukah dikau mengikut aku punya perintah atau tiada
Kentalnya Bahasa Melayu dalam kemidi rudat disampaikan dalam dialog pemain. Misalnya, “Jikalau atas aku juga dikau punya pikiran, setujukah dikau mengikut aku punya perintah atau tiada,” Raja bertanya. Para perdana menteri atau hulu-balang pun menjawab, “Harap diampuni Paduka Tuan, segala Paduka Tuan punya titah-perintah hamba seturut juga….”.
Kelompok seni rudar sudah lama jarang manggung bahkan di tingkat lokal Kabupaten Lombok Utara. “Saya sekarang lebih banyak bertani,” ujar Jaka, pemain dan penulis naskah kemidi rudat.
Jaka telah lama berupaya melakukan regenerasi pemain dan penabuh yang umumnya telah berusia tua atau telah menjadi buruh migran di Malaysia. Tapi upaya regenerasi yang dilakukan Jaka kurang diminati generasi muda. Sejak 2016, kelompok rudat sudah jarang pentas, apalagi setelah gempa mengguncang Lombok pada 2018. Kini, selama wabah Covid-19, kegiatan kesenian ini berhenti total.
Situasi seperti ini telah diperkirakan Jaka sejak lama. Karena itu, ia berusaha mencari jalan keluarnya. Salah satunya dengan memodifikasi tari rudat menjadi gerakan senam tanpa mengubah pakem. Ia memilih senam karena beberapa alasan. Pertama, senam diminati anak-anak hingga orang tua. Kedua, gerakan tari rudat memenuhi unsur-unsur olahraga olahraga rekreasi karena ketika menari hampir seluruh anggota tubuh bergerak aktif.
Ironis sekali memang. Kampung kami mungkin satu-satunya pelestari rudat, tetapi minim peminat yang mau terlibat dalam pelestarian kesenian ini
Sayangnya ide itu tidak bisa langsung diwujudkan. “Ironis sekali memang. Kampung kami mungkin satu-satunya pelestari rudat, tetapi minim peminat yang mau terlibat dalam pelestarian kesenian ini,” katanya sedih.
Pada 2017, Jaka mencoba minta bantuan beberapa temannya yang dianggap bisa menjembatani dan merealisasikan gagasannya. Hasilnya, November 2018 Jaka bertemu staf Direktorat Kesenian Kementerian Pendidikan. “Saya sampaikan niat saya. Beliau merespon positif, lalu mengutus seorang instruktur senam dari Jakarta untuk merumuskan gerakan tari menjadi gerakan senam.”
Aba-aba
Di depan instruktur dari Jakarta itu, Jaka memeragakan teknik-teknik tarian rudat. Sang instruktur lalu memilih dan memilah gerak tari untuk dijadikan gerakan senam. “Karena waktunya cuma dua hari, instruktur hanya membantu gerakan inti 2. Sedang gerakan inti 3, gerakan pendinginan dan selanjutnya saya bikin berdasarkan masukan dari teman-teman,” ungkap Jaka.
Menurut Jaka gerakan dasar/inti tari rudat meliputi kuda-kuda, pukul, tendang, depok (sepak), dan tangkis/tepis. Dari gerak dasar itu dibuat tahapan gerakan seperti pemanasan, tiga gerakan inti yang tiap gerakan memiliki empat sub-gerakan, empat gerakan pendinginan, dan dua gerakan peralihan.
Untuk mempraktekkan senam rudat, ada pemimpinnya yang memberikan aba-aba kepada peserta senam seperti hal komando dalam tari rudat. Aba-aba itu mulai stait (siap), wedri (hormat) stat (tegak), dan peserta melakukan gerakan jalan di tempat. Pemimpin senam menghitung gerakan jalan di tempat menggunakan Bahasa Belanda: ein, twee, drie (satu, dua, tiga). Aba-aba itu telah diterima secara turun-temurun dari pendahulu, praktisi rudat di kampung Jaka.
Saat ini senam rudat telah dipraktekkan pada beberapa sekolah Taman Kanak-Kanak, SD, SMP dan SMA di Kecamatan Pemenang. Kemudian beberaapa Organisasi Perangkat Daerah memeragakan senam rudat saat Hari Ulang Tahun Kabupaten Lombok Utara pada 2019. Masyarakat umum juga sudah menjajalnya saat acara dimulainya proses Pemilihan Bupati Lombok Utara periode 2020.
Jaka gembira rudat bisa tetap lestari meski dalam bentuk baru, yakni senam.