Maulidar Yusuf, Pendiri Sekolah untuk Anak Pemulung di Aceh
Maulidar Yusuf resah melihat banyak anak pemulung di Aceh terbengkalai pendidikannya. Ia mencoba membantu mereka dengan mendirikan Taman Edukasi untuk anak-anak pemulung di Kota Banda Aceh.
Oleh
ZULKARNAINI
·5 menit baca
Saat masih kuliah dan aktif di organisasi mahasiswa, Maulidar Yusuf (29) gelisah menyaksikan kualitas pendidikan anak-anak di kawasan permukiman pemulung di Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh. Hatinya tergerak, lalu ia mendirikan Taman Edukasi untuk anak-anak pemulung.
Suara riuh anak-anak terdengar dari sebuah balai di Gampong (Desa) Jawa, Kecamatan Kutaraja, Kota Banda Aceh, Sabtu (8/2/2020) sore. Anak-anak itu merupakan murid di Taman Edukasi, tempat anak-anak keluarga pemulung belajar. Suasana semakin riuh saat mereka tahu akan ada tamu yang akan mentraktir mi bakso.
Seorang perempuan muda berdiri di antara anak-anak itu memberi aba-aba agar mereka diam. Hanya dengan menempelkan jari telunjuk di bibir, anak-anak itu diam seketika. Perempuan itu ialah Maulidar, koordinator dan pengajar di Taman Edukasi.
Hari itu, Taman Edukasi kedatangan alumni dari Politeknik Pelayaran Malahayati Aceh. Selain memberikan motivasi kepada anak-anak di sana, para mahasiswa itu juga mentraktir mi bakso untuk semua murid. Sebelum makan bersama, mereka diajak bernyanyi bersama lagu kebangsaan Indonesia. Kemudian lagu ”Indonesia Raya” bergema dari balai yang terletak di kawasan kumuh itu.
Banyak pendatang
Gampong Jawa terletak di pesisir Banda Aceh. Para keluarga pemulung tinggal di sekitar tempat pembuangan akhir (TPA) sampah yang terletak sekitar 500 meter dari pantai. Saat tsunami 2004, desa ini nyaris hilang ditelan gelombang.
Pascatsunami, banyak warga dari daerah migrasi ke Banda Aceh. Mereka mendiami daerah bekas tsunami. Gampong Jawa merupakan salah satu lokasi yang dituju. Di sana, mereka bertahan hidup dengan memulung di TPA. Mereka mendiami rumah-rumah yang terbuat dari tripeks, kayu, dan bahan bekas lain. Di sana, keluarga pemulung berjuang untuk hidup.
Pada awal 2012, Maulidar yang masih kuliah di semester enam aktif di beberapa organisiasi mahasiswa, salah satunya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Banda Aceh. Program desa binaan di HMI membuka jalan bagi Maulidar untuk mengabdi di Gampong Jawa.
Suatu hari, dia mendatangi lokasi permukiman pemulung di Gampong Jawa. Apa yang disaksikan di sana membuat hatinya resah. Lingkungan kumuh, rumah tidak layak huni, dan kualitas pendidikan anak rendah. ”Kok masih ada kondisi seperti ini di pusat kota,” ujar Maulidar.
Meskipun anak-anak di sana bersekolah, semangat pendidikan rendah. Lalu, dia berpikir apa yang bisa dilakukan untuk anak-anak itu. Rantai kemiskinan keluarga pemulung harus diputuskan agar tidak diwarisi oleh keturunan mereka. ”Anak-anak di sini perlu motivasi belajar. Kami mendirikan Taman Edukasi untuk membangkitkan semangat pendidikan kepada mereka,” kata Maulidar.
Maulidar menikah pada 2015 dengan Aiyub Bustamam, juga kader HMI Banda Aceh. Dia bersyukur suaminya mendukung penuh gerakan sosialnya. Bahkan tidak jarang suaminya ikut mengajar di Taman Edukasi.
Dukungan suami kepada Maulidar penting. Sebab, dia harus berbagi waktu antara mengurus rumah, pekerjaan di kantor, dan Taman Edukasi.
Belajar tambahan
Kehadiran Taman Edukasi disambut baik oleh keluarga pemulung di sana. Anak-anak yang biasanya pada sore hari ikut orangtua memulung sampah, kini belajar di Taman Edukasi. Setidaknya ada 50 anak hingga 80 anak yang belajar di Taman Edukasi.
Lokasi belajar bisa di mana saja, seperti di tanggul sungai dan tanah lapang. Maulidar tidak risih mengajar di lokasi yang dipenuhi botol plastik. Baru pada 2018, mereka memiliki ruang belajar tetap. Sebuah balai dibangun dari dana sumbangan Darwati Agani, istri dari Gubernur Aceh Irwandi Yusuf saat itu.
Balai tersebut didirikan di atas sepetak tanah yang disewa dari warga. Di lantai kayu balai berukuran 6 meter x 5 meter itu mereka duduk berdesakan.
Anak-anak itu belajar di balai konstruksi kayu yang berbentuk rumah panggung. Dindingnya dicat warna hijau. Pada dinding itu dipenuhi cap telapak tangan anak-anak menggunakan cat warna-warni. Di satu sudut dinding ditulis ’taman edukasi anak cerdas’.
Di Taman Edukasi, mereka belajar kreativitas dan pelajaran di sekolah. Mereka belajar Matematika, Bahasa Inggris, Agama, dan Seni. Di sana, kepribadian anak-anak pemulung itu diasah agar lebih peduli kepada sesama. Sesekali, mereka berkunjung ke museum dan obyek wisata.
Maulidar meyakini, semua anak-anak memiliki cita-cita, dan tugas mereka di Taman Edukasi membantu anak-anak itu meraih mimpinya. Tahun ini satu alumnus Taman Edukasi mendapat beasiswa dari sebuah bank untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
Tim pengajar ialah para sukarelawan yang umumnya mahasiswa. Sukarelawan tetap ada delapan orang, tetapi mereka kerap kedatangan orang-orang yang mau berbagi ilmu. Seperti Sabtu lalu, alumni Politeknik Pelayaran Malahayati datang untuk memberi motivasi kepada anak-anak di sana.
Waktu belajar di Taman Edukasi setiap hari, mulai pukul 16.00 sampai 18.00. Sukarelawan mengajar secara bergiliran. ”Kami buka pintu buat semua orang yang ingin berbagi,” kata Maulidar.
Taman Edukasi dibangun menjadi rumah bersama untuk tempat belajar dan berbagi. Mereka membuka pintu lebar-lebar bagi siapa pun yang ingin berkontribusi. Taman Edukasi masih membutuhkan banyak dukungan. Mereka kekurangan buku bacaan, sukarelawan pengajar, dan perlengkapan lain.
”Namun, kami tidak mengajukan proposal bantuan. Kami ingin bergerak dari semangat berbagi. Beginilah cara kami berbuat untuk anak-anak di sini,” kata Maulidar.
Tahun ini usia Taman Edukasi delapan tahun. Maulidar terus merawat semangat agar gerakan itu tidak berhenti.
Maulidar Yusuf
Lahir: Sigli, 18-9-1991
Suami: Aiyub Bustamam
Alamat: Jalan Anggrek Lampulo, 23127, Banda Aceh
Pendidikan
MIN 1 Banda Aceh (1998-2003)
MTsN 1 Banda Aceh (2003-2006)
MAN 1 Banda Aceh (2006-2009)
S1 Fakultas Tarbiyah, Jurusan Bahasa Inggris IAIN Ar-Raniry (2009-2013)
Aktivitas:
- Koordinator Taman Edukasi anak-anak pemulung Kota Banda Aceh
- Instruktur di BP2IP Malahayati Aceh, Kementerian Perhubungan
Penghargaan:
Perempuan Inspiratif kategori Majalah Djroh 2014
Nominator Anugerah Indonesia Satu 2014
Penerima Anugerah Banda Aceh Madani Award 2014
Anugrah tokoh penggerak pendidikan dari Dinas Pendidikan Aceh Tahun 2018