Yusman, Pematung Tokoh-tokoh dalam Lintasan Sejarah Indonesia
Yusman terkenal dengan karya-karyanya berupa patung para tokoh sejarah dan tersebar di banyak tempat di Indonesia. Selama 26 tahun menjadi perupa, sudah banyak sekali patung yang dibuat Yusman.
Oleh
Kornelis Kewa Ama
·5 menit baca
Nama Yusman tidak asing lagi di kalangan perupa Indonesia. Ia terkenal lantaran karya-karyanya berupa patung para tokoh sejarah, tersebar di banyak tempat di Indonesia. Bagi Yusman, membuat patung, relief, dan diorama sejarah merupakan upayanya ikut mengungkap kebenaran, meski hanya sebagian.
Memasuki studio patung Yusman di Dusun Tirto Nirmolo Kecamatan Kasihan, Bantul, DI Yogyakarta, Kamis (21/11), kita seperti memasuki alam patung. Di pintu gerbang studio seluas 2.000 meter persegi itu berdiri patung Burung Garuda dan Jenderal Sudirman. Di lorong menuju studio, sejumlah patung dan penghargaan juga di pajang. Sementara itu, di dalam studio ada ratusan patung karya Yusman di antaranya patung Jenderal Sudirman, Presiden Soekarno, dan Pangeran Diponegoro. Patung-patung itu terlihat sungguh hidup meski tak bernyawa.
Hari itu, Yusman bersama asistennya tengah sibuk menyiapkan sejumlah pesanan patung dari beberapa daerah. Yusm an yang mendirikan CV Rejeki Kreatif, kini mempekerjakan 30 orang, 25 di antaranya pekerja tetap. Mereka diupah harian, mingguan, dan pekerja seniman diupah sesuai kesepakatan.
Pesanan yang mengalir ke studio ini masih cukup deras. Namun, Yusman mengaku tak membuat patung semata untuk mendapatkan profit, tetapi ada motivasi lain yang ukuruannya bukan uang.
“Saya tertarik membuat patung, diorama, dan relief sejarah bangsa ini karena kebenaran sejarah belum terungkap seutuhnya. Kebenaran sejarah yang sudah terungkap saat ini hanya 20 persen, selebihnya perlu didalami lagi. Saya coba menggali melalui karya-karya seni mengenai kebenaran itu, meski tidak terungkap secara terang benderang,” tegas Yusman.
Saya tertarik membuat patung, diorama, dan relief sejarah bangsa ini karena kebenaran sejarah belum terungkap seutuhnya.
Selama 26 tahun menjadi perupa, sudah banyak sekali patung yang dibuat Yusman. Beberapa di antaranya adalah patung yang bercerita kepahlawanan Jenderal Sudirman, Pangeran Diponegero, Presiden Soekarno, Pembebasan Irian Barat, Monumen Perjuangan di Mabes TNI di Cilacap, Monumen “Fly, Fight, and Win” di Madiun, Kisah Lubang Buaya, hingga patung tentang kekejaman Westerling, Ia juga membuat patung enam presiden dan enam monumen Negara di perbatasan RI.
Patung-patung ini dibuat Yusman untuk mengingatkan generasi muda tentang perjalanan sejarah bangsa ini, sekaligus mengingatkan mereka bahwa kisah sejarah bangsa ini belum sepenuhnya terungkap. Mengungkap sejarah bangsa ini butuh literatur, penelitian, dan keberanian menyampaikan kepada publik.
Imajinasi
Yusman menjelaskan, membuat patung sejarah tidak mudah. Sang perupa tidak hanya memiliki keahlian estetik membuat patung, tetapi juga harus paham tentang sejarah. Untuk membuat sebuah patung, Yusman meski membaca banyak literatur, mendengar pendapat sejarahwan, melihat dokumentasi asli, mengetahui latar belakang kejadian, memahami karakter pelaku sejarah itu, dan menganalisis dengan imajinasi dan intuisi.
Masalahnya, dokumentasi sejarah di Indonesia di Indonesia sangat terbatas. Yusman kerap mendapat permintaan membuat patung sejarah, patung pahlawan, tokoh, pejabat negara, atau peristiwa tanpa dilengkapi dokumentasi memadai. Ia pun harus mencari sendiri dokumen aslinya sebelum bisa membuat patung.
“Tulang tengkorak orang Jawa itu beda dengan tengkorak orang Medan. Tengkorak orang Papua beda dengan tengkorak orang Bali. Paling sulit mendapatkan dokumentasi itu adalah foto keluarga, terutama patung dari keluarga tertentu,” kata Yusman.
Jika semua dokumentasi itu telah ditemukan dan dipelajari, tugas Yusman selanjutnya adalah membuat patung dengan lekuk tubuh, tinggi-rendah, raut dan bentuk wajah, rambut, dan perangai para pahlawan atau tokoh sejarah yang tidak melenceng dari tokoh aslinya. Dengan imajinasi dan pengalaman panjangnya, Yusman berhasil menaklukkan berbagai tantangan untuk membuat patung sejarah. Hal itu ditandai dengan banyaknya patung-patung penting yang ia buat.
Pria yang sudah menggelar 42 pameran patung ini mengatakan, setiap patung atau relief biasanya dikerjakan dalam waktu 1-3 bulan, bergantung jenis patung dan bahan yang diminta. Patung berbahan fiberglass lebih cepat pengerjaannya dibandingkan patung berbahan kuningan.
Dikomplain
Yusman mulai mengerjakan patung pesanan pada tahun 1993 saat ia mengikuti para mahasiswa senior dan dosen ISI Yogyakarta. Dengan upah membuat patung, ia mengaku bisa menyelesaikan kuliahnya di ISI Yogyakarta jurusan patung, 1994. Selanjutnya, ia terus menekuni seni patung.
Sebagai perupa, Yusman sangat teliti. Dengan daya imaginasi, dan intuisi yang dalam, ia seperti menempel kulit wajah asli dengan urat nadi pada patung yang dibuat. Itu sebabnya selama 26 tahun menjadi pematung, Yusman hanya sekali mendapatkan komplain.
Saat itu ia mendapat pesanan membuat Presiden Soeharto. Yusman menyerahkan sebagian pengerjaan patung kepada asistennya. Setelah jadi, adik kandung Soeharto, Ibu Hardjo, menilai wajah Soeharto pada patung itu terlalu tegas, padahal ia orang yang lembut dan rendah hati. Yusman memperbaiki wajah patung itu dalam tempo lima menit di hadapan Keluarga Cendana. Sejak saat itu, Yusman memutuskan patung tokoh tertentu dikerjakan sendiri.
Pada 2010, Yusman dipanggil Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan diminta membuat sejumlah patung, antara lain, Monumen Perjuangan Panglima Besar Jenderal Sudirman di Nawangan, Pacitan, Jawa Timur. Ia juga mengerjakan patung enam mantan presiden termasuk Susilo Bambang Yudhoyono sendiri. Patung enam presiden itu menjadi karya momunental Yusman. Kini patung-patung itu kini dipajang di Museum Balai Kirti Museum Kepresidenan Istana Bogor.
Tidak hanya itu, Yusman menghadirkan NKRI melalui Trikora di Mabes TNI, Cilangkap, Monumen Trikora di Morotai, Patung Jenderal Soerdiman di Pulau Ndana dan Pulau Alor-perbatasan dengan Australia dan Timor Leste, Monumen Garuda di Motaain; Perbatasan RI-Timor Leste. Setidaknya ada enam monumen di perbatasan RI dengan Negara tetangga. Monumen itu berupa patung pahlawan kemerdekaan, burung garuda, dan monumen Pancasila.
Pada bagian bawah setiap patung selalu diberi nama monumen, tanda tangan Yusman, tahun pembuatan patung, dan pejabat Negara yang meresmikan monumen itu.
“Saya sangat senang membuat patung untuk monumen-monumen di perbatasan itu. Pembuatan patung monumen, pahlawan dan tokoh bangsa ini serta sejarah perjalanan bangsa ini, saya mau menegaskan Negara Kesatuan RI, itu harga mati,” kata Yusman.
Yusman
Lahir: Pasaman, Sumatera Barat, 12 November 1964
Istri: Murti Yuni Arnawati
Anak-Anak: Rizki (22), Deva (20), Intan (18), dan Salma (10).
Pendidikan: Sarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta
Penghargaan:
- Pemenang Karya Terbaik Seni Patung Dies Natalis ISI 1990
- Penghargaan Monumen Mandala Pembebasan Irian Barat 1995
- Beberapa penghargaan MURI
- Rekor MURI atas pameran patung tunggal berkelompok terbesar, 2017
- Rekor MURI atas pemrakarsa dan pembuat patung berkelompok terbesar bagi monumen Panglima Besar Sudirman, 2014
- Rekor MURI pembuatan relief Panglima Besar Sudirman tertinggi, 2010