Faiz Ushbah Mubarok Merangkul Anak Yatim dan Duafa
Di usia yang masih muda, Faiz Ushbah Mubarok (26) merangkul anak-anak yatim dan duafa di lingkungan tempat tinggalnya. Mereka yang kurang mendapat perhatian dari keluarga, diajak belajar bersama dan diantarkan untuk meraih cita-cita.
Dusun Krajan di Desa Putat Kidul, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang, Jawa Timur, tidak berbeda dengan desa agraris lainnya. Sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, khususnya tebu. Saat harga tebu sedang bagus, masyarakat mendapat cukup uang dan memicu mereke berperilaku konsumtif. Sebaliknya, saat harga tebu anjlok atau belum panen, isi kantong mereka tipis dan daya beli mereka melemah.
Untuk mencukupi kebutuhan ekonomi, sebagian warga harus bekerja ke kota Malang yang berjarak sekitar 25 kilometer di sisi utara. Demi penghasilan yang lebih besar, sebagian warga terpaksa memilih bekerja keluar negeri dan meninggalkan anak-anaknya yang masih sekolah bersama anggota keluarga yang lain.
Dalam situasi seperti ini, Faiz hadir menyuguhkan rumah baca yang bisa diakses semua orang, khususnya anak-anak. Sebuah perpustakaan kecil ia buat pada akhir 2017. Kini koleksinya lebih dari 300 buku, mulai dari buku pelajaran sekolah, sastra, hingga pengembangan kepribadian.
Empat kali dalam sepekan, tempat yang dinamai Rumah Baca Singajaya itu beroperasi, mulai Senin sampai Kamis. Taman bacaan yang memanfaatkan ruang tamu rumah orangtua Faiz berukuran sekitar 3,5 meter x 6 meter itu dibuka sore sampai malam atau setelah Faiz pulang bekerja sebagai pengajar di salah satu sekolah menengah swasta di daerahnya.
“Sore (Rumah Baca) digunakan untuk membaca. Selepas pukul 18.00 dilanjutkan dengan kegiatan belajar bersama oleh anak-anak yatim di daerah sini,” ujarnya, Minggu (24/3/2019). Koleksi buku Rumah Baca Singajaya berasal dari sejumlah pihak, mulai dari sumbangan sekolah, swasta, teman-teman Faiz, hingga program bantuan buku dari Jakarta, serta milik sendiri.
Nazar
Faiz membangun perpustakaan kecil lantaran pernah bernazar, membuat rumah baca begitu lulus kuliah S1 di salah satu perguruan tinggi negeri di Malang. Kebetulan ia memiliki buku cukup banyak. Pada masa awal berdiri, Singajaya hanya memiliki koleksi sekitar 70 buah dan tempat membacanya lesehan beralaskan karpet.
Sayangnya animo masyarakat pedesaan dalam membaca tidak sebagus orang kota. Ditambah tema koleksi yang belum lengkap, seperti buku-buku pertanian, keterampilan, atau teknologi terapan belum ada, membuat Faiz harus memutar otak agar Singajaya terus menjadi magnet bagi warga sekitar.
“Kalau mengandalkan orang untuk membaca saja agak sulit. Harus ada trigger. Makanya saya mengajak anak-anak yatim untuk belajar bersama di sini atau istilahnya les biar ada pancingan. Dalam perkembangannya, masyarakat justru lebih mengenal Singajaya sebagai tempat les ketimbang taman bacaan,” ujarnya.
Awal program belajar bersama digelar, hanya sekitar 15 anak yatim yang bergabung. Sebagian besar berasal dari sekitar Dusun Krajan, dan sebagian kecil lainnya berasal dari luar desa. Selama beberapa bulan selanjutnya, jumlah mereka menyusut karena ada yang pindah dan alasan lain.
Namun setelah satu tahun berlalu, jumlah peserta program belajar bersama kembali bertambah. Saat ini, ada 31 anak yang ikut belajar, 21 orang di antaranya anak yatim dan 10 anak duafa. Mereka masih duduk di bangku SD dan SMP.
“Ada juga yang kini duduk di bangku SMA namun mereka sudah tidak lagi jadi peserta melainkan relawan yang mengajari adik-adik kelasnya,” ucapnya sulung dari tiga bersaudara itu.
Menurut Faiz, les tersebut mendapat respon baik dari orangtua murid. Maklum, selama ini anak-anak mereka kurang mendapat perhatian sehingga kesulitan untuk belajar sendiri di rumah. Ada anak yang ditinggal bekerja oleh ibu kandungnya sejak pagi dan sang ibu baru pulang selepas pukul 21.00.
Ada juga anak yang ditinggal orangtuanya bekerja di luar negeri dan saat ini hanya tinggal dengan kakaknya yang masih seusia siswa SMA—namun sang kakak sudah berumah tangga. Seorang peserta kelas 3 SD juga menderita dislesia—kesulitan membaca huruf namun bisa berhitung—hingga sempat tidak naik kelas dua kali.
Jadi mereka rata-rata memiliki masalah dengan keluarganya. Ada juga anak dari sekolah tidak langsung pulang ke rumah karena orangtuanya bekerja
“Jadi mereka rata-rata memiliki masalah dengan keluarganya. Ada juga anak dari sekolah tidak langsung pulang ke rumah karena orangtuanya bekerja. Mereka main di rumah teman lalu sore harinya ke taman bacaan ini sampai malam. Nah, anak-anak yang seperti ini tidak bisa belajar dengan baik jika tanpa pendampingan keluarga,” tuturnya.
Untuk kegiatan belajar bersama ini, Faiz mendapat bantuan seorang mentor dari Yatim Mandiri. Selebihnya, Faiz sendiri yang membantu mendampingi para siswa bersama dengan relawan. Terkadang, saat para relawan tidak masuk, kedua orangtua Faiz ikut turun tangan membantu.
Dalam perkembangannya, setelah mengikuti belajar bersama, prestasi mereka di sekolah cukup bagus. Ada siswa yang menduduki peringkat pertama di kelasnya. Mereka juga menyabet juara 3 lomba Yatim Got Talent yang diadakan oleh Yatim Mandiri di Kepanjen, ibu kota kabupaten Malang.
Faiz sendiri memiliki tiga program tahunan terkait perhatiannya terhadap anak yatim, yakni donasi buku tulis baru untuk anak-anak peserta belajar, penggalangan dana donatur untuk biaya sekolah peserta, khitan gratis bagi anak laki-laki yang tidak memiliki ayah.
“Tahun ini donasi buku rencananya akan diberikan saat puasa nanti. Jadi di sela-sela buka puasa bersama, buku itu dibagikan kepada mereka. Adapun program khitan sudah ada dua anak yang ikut. Mereka adalah siswa yang les di sini dan bersedia saat kita tawari,” tutur lelaki yang punya hobi membaca itu.
Menurut Faiz--yang baru saja diterima sebagai dosen di salah satu perguruan tinggi di Malang--ke depan ia ingin mengembangkan taman bacaan Singajaya menjadi tempat pelatihan usaha kecil dan menengah, khususnya bagi orangtua anak-anak yatim yang kini belajar di tempatnya.
Bagi Faiz kepeduliannya terhadap anak yatim didasari kurangnya perhatian orangtua terhadap pendidikan anak, selain dari sisi biaya sekolah yang terbatas. Ia berharap anak-anak tersebut bisa bersekolah lebih tinggi dan meraih cia-cita seperti anak-anak lainnya.
Faiz Ushbah Mubarok
Lahir: Malang 5 Mei 1993
Pendidikan:
- SDI Dewi Masyithoh lulus 2004
- MTSN Malang 3 lulus 2007
- SMAN1 Gondanglegi lulus 2010
- S1 Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Negeri Malang - 2014
- S2 Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Negeri Malang - 2017
Email: faizum@polinema@ac.id