Marjuni Berbagi Inovasi untuk Tanam Padi

Marjuni (44) saat ditemui di Desa Karang Mulya, Kecamatan Kusan Hulu, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, Senin (22/10/2018). Ketua Kelompok Tani Sidodadi, Karang Mulya itu menciptakan alat tanam padi sederhana yang dinamakan tabela dan menyebarluaskan penggunaannya.
Marjuni (44) tak pernah berhenti mencoba. Sebagai petani tradisional, ia mencoba berinovasi untuk mempermudah pekerjaan di sawah. Ia membuat alat sederhana yang dinamakan tabela. Dengan alat itu, pekerjaan menanam padi di sawah menjadi lebih cepat dan praktis serta hemat waktu dan biaya.
Tabela merupakan akronim dari tanam benih langsung. Alat itu dibuat secara khusus untuk menanam benih padi di sawah. Sejak 2012, alat tersebut digunakan para petani di Kusan Hulu, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Kemudian, penggunaannya menyebar ke beberapa daerah lain.
”Tabela memang dibuat untuk mempermudah pekerjaan petani dalam menanam padi. Ini adalah inovasi dari cara tanam padi dengan sistem tugal ataupun icir,” ungkap Marjuni saat ditemui di rumahnya di Desa Karang Mulya, Kusan Hulu, Senin (22/10/2018) lalu.
Menurut bapak tiga anak itu, pembuatan tabela dilakukan setelah ia berdiskusi dengan Karyani (47), rekannya sesama petani di Karang Mulya. ”Kami sempat mencoba beberapa kali membuat alat untuk menanam padi. Akhirnya, terciptalah tabela seperti yang banyak dipakai petani sekarang ini,” ujarnya.
Tabela memang dibuat untuk mempermudah pekerjaan petani dalam menanam padi. Ini adalah inovasi dari cara tanam padi dengan sistem tugal ataupun icir.
Marjuni membuat tabela dengan menggunakan pipa paralon berdiameter 4 inci, roda sepeda bekas, dan beberapa potong kayu. Pipa itu dipotong sepanjang 2-2,5 meter kemudian dilubangi secara melingkar sesuai jarak tanam yang diinginkan, bisa 20 sentimeter (cm) atau 40 cm. Pada kedua ujung pipa dipasang roda.
Kemudian dipasang kayu yang membentuk segitiga untuk menariknya.
Penggunaan tabela mirip dengan cara penggunaan bajak. Hanya saja, tabela tidak didorong maju seperti bajak, tetapi ditarik mundur. Petani yang menggunakan tabela harus berjalan mundur sambil menarik tabela. Dengan begitu, benih yang baru ditanam tidak terinjak dan jarak tanam juga rapi.
”Kalau pakai tabela, untuk menanam padi di sawah seluas 1 hektar (ha) cukup dua orang saja. Pekerjaan menanam juga bisa selesai dalam waktu sekitar 3 jam. Jadi, sangat menghemat waktu dan biaya,” kata Marjuni, yang hanya mengenyam pendidikan Sekolah Dasar itu.
Jika dikalkulasi, ungkap Marjuni, ongkos tanam padi dengan menggunakan tabela paling hanya Rp 700.000 per ha, sedangkan dengan cara manual (tugal ataupun icir), bisa menghabiskan Rp 4 juta per ha. Penggunaan benih juga lebih irit. Kalau dengan cara manual bisa menghabiskan 50 kilogram (kg) benih per hektar, maka dengan tabela paling hanya separuhnya.
Menurut Marjuni, biaya pembuatan tabela juga tidak mahal, sekitar Rp 700.000 per unit. Biaya itu tentu saja tidak sampai separuh dari total biaya upah buruh tani untuk menanam padi di sawah seluas 1 ha. Tabela juga dijamin tidak akan rusak dalam waktu tiga tahun. ”Paling sesekali hanya perlu ganti laher atau bearing roda saja. Itu pun enggak sampai Rp 50.000,” ujarnya.

Marjuni (44) saat ditemui di Desa Karang Mulya, Kecamatan Kusan Hulu, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, Senin (22/10/2018). Ketua Kelompok Tani Sidodadi, Karang Mulya itu menciptakan alat tanam padi sederhana yang dinamakan tabela dan menyebarluaskan penggunaannya.
Ditularkan
Tabela buatan Marjuni yang semula digunakan di lingkup Kelompok Tani Sidodadi, Karang Mulya kemudian digunakan juga oleh petani-petani lain di luar kelompok tersebut. Banyak yang tertarik menggunakan tabela setelah melihat praktik penggunaannya di kelompok tani yang dipimpin oleh Marjuni.
”Sesama petani, kami saling berbagi pengetahuan. Saya malahan senang karena teman-teman mau menggunakan tabela. Karena itu, saya tidak hanya menularkan cara menggunakan tabela, tetapi juga menularkan cara membuat tabela,” tutur Ketua Kelompok Tani Sidodadi itu.
Penggunaan tabela semakin populer di kalangan petani di Tanah Bumbu, terutama di Kusan Hulu dan Kusan Hilir setelah tabela buatan Marjuni menyabet juara pertama inovasi tepat guna tingkat Kabupaten Tanah Bumbu pada 2012.
”Sebagian tabela di daerah lain sudah dimodifikasi. Saya juga tidak mempermasalahkannya. Karena tabela memang dibuat untuk meringankan pekerjaan petani dan menekan ongkos produksi,” kata Marjuni.
Randam (30), Ketua Kelompok Tani Karya Bakti, Karang Mulya menyatakan, sangat terbantu dengan tabela buatan Marjuni. Alat itu membuat pekerjaan menanam padi menjadi lebih cepat dan gampang. ”Kami bisa menghemat waktu dan biaya. Bahkan, biaya yang dikeluarkan tidak sampai separuh dari biaya tanam dengan cara manual,” katanya.
Sebagian tabela di daerah lain sudah dimodifikasi. Saya juga tidak mempermasalahkannya. Karena tabela memang dibuat untuk meringankan pekerjaan petani dan menekan ongkos produksi.
Penggunaan tabela, menurut Randam, juga lebih praktis daripada penggunaan mesin tanam padi atau rice transplanter karena benih tidak perlu disemai terlebih dahulu. Dengan begitu, pekerjaan menanam hanya satu kali. Tidak ada lagi pekerjaan menyemai benih, mencabut bibit padi dan menanamnya.
Namun, penanaman benih padi menggunakan tabela harus memperhatikan kondisi lahan dan cuaca. Lahan tidak boleh sampai terendam air supaya benih bisa melekat di tanah dan mengakar. Hujan sehabis tanam juga harus diantisipasi karena bisa membuat lahan tergenang dan benih terpencar. ”Kalau habis tanam langsung kena hujan, maka terpaksa harus tanam ulang,” ujar Randam.
Bangga
Marjuni mengaku bangga karena tabela semakin banyak digunakan petani di Tanah Bumbu. Bahkan, tabela juga mulai digunakan petani di Barito Kuala untuk menanam padi di lahan pertanian terpadu di Jejangkit. Pada peringatan Hari Pangan Sedunia ke-38 Tahun 2018, Jejangkit dipilih sebagai lokasi peringatan Hari Pangan Sedunia.
”Saya bangga karena tabela sudah digunakan di mana-mana. Saya malah berharap, semua petani di Kalsel bisa menggunakan tabela supaya pekerjaan mereka menjadi lebih ringan dan lebih hemat biaya,” kata pria kelahiran Blitar, Jawa Timur itu.
Marjuni juga mempersilahkan rekannya sesama petani untuk membuat alat serupa dalam rangka mempermudah kerja mereka. Sebagian petani yang sudah melihat tabela berhasil membuatnya sendiri dan memodifikasinya sedemikian rupa. ”Pembuatan tabela juga enggak susah,” ujar petani yang ikut program transmigrasi ke Kalsel tahun 1986 itu.
Saat ini, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kalsel yang membina petani di Kusan Hulu coba memfasilitasi agar tabela buatan Marjuni dipatenkan. Namun, Marjuni tidak terlalu berharap alat ciptaannya itu dipatenkan. ”Kalau saya pribadi, mau dipatenkan, monggo (silakan). Enggak pun enggak apa-apa,” ucapnya.
Pada prinsipnya, kata Marjuni, petani harus saling berbagi ilmu. Rasa bangga justru muncul ketika ada petani lain bisa bikin alat serupa. ”Mau bikin berapa banyak pun, monggo. Dengan begitu, ilmu dari saya berhasil diterapkan dan dikembangkan di mana-mana,” katanya.
Marjuni
Lahir : Blitar, Jawa Timur, 4 Juli 1974
Pendidikan : Sekolah Dasar (lulus pada 1989)
Pekerjaan : Petani, Ketua Kelompok Tani
Sidodadi, Desa Karang Mulya, Kecamatan Kusan Hulu, Kabupaten Tanah Bumbu
Istri : Mimin (43)
Anak : Nanang Ernawan (21)
- Wahyu Rosita (14)
- Luki Wijaya (2)
Penghargaan :
- Juara 1 Inovasi Tepat Guna Tingkat Kabupaten Tanah Bumbu (2012) atas inovasi alat tanam padi ”tabela”
- Juara 1 Inovasi Tepat Guna Tingkat Kabupaten Tanah Bumbu (2014) atas inovasi bahan bakar minyak dari limbah plastik