Sugiarto, Sebait Simfoni untuk Negeri
Jangan tanyakan apa yang negara berikan kepadamu, tapi tanyakan apa yang kamu berikan kepada negaramu! Kutipan terkenal yang disampaikan salah seorang Presiden Amerika Serikat, John F Kennedy itu sungguh meresap dalam sanubari Sugiarto. Ia, seorang pemusik, akhirnya memilih menyumbangkan suara secara gratis dengan melantunkan tembang nasional dan daerah.
Sugiarto atau lebih dikenal dengan nama Ugik, adalah guru musik sekaligus pemusik di acara hajatan. Sebagai masyarakat biasa, ia tidak muluk-muluk ingin mengabdi untuk bangsa. Melalui lantunan suara merdunya serta denting alat-alat musik petik yang menjadi kebisaannya, Ugik berharap hal itu menjadi sumbangsih kecilnya untuk negeri.
Salah satu cara dilakukan Ugik adalah dengan membawa kelompok musik buatannya, Arbanat String Ansamble, ‘konser’ gratis di sejumlah sekolah dasar (SD) yang mau menerima kehadiran mereka. Biasanya, mereka lebih memprioritaskan SD di pinggiran kota. Belakangan, Ugik mengajak kelompok musik yang juga digawanginya yaitu Soegeng Rawoeh, serta grup musik keroncong Kinjeng Kustik untuk bergabung dalam konser mini tersebut.
Mereka mengajak anak-anak sekolah dasar kembali mengingat lagu-lagu daerah dan nasional. Di masa kini, lagu-lagu tersebut sudah mulai dilupakan dan tergantikan dengan lagu-lagu hits kekinian. Bahkan bukan pemandangan aneh jika anak-anak pun menyanyikan lagu-lagu asmara berlirik dewasa.
“Jangan khawatir, bapak ibu bisa mengundang kami gratis. Yang penting anak-anak bisa kenal dan terus mencintai lagu-lagu nasional dan daerah. Paling-paling cuma menyediakan 10 gelas air mineral. Ha ha ha..,” kata Ugik diiringi tawa di sela-sela konser Simfoni Cinta Tanah Air di SMP PGRI 01 Dau Kabupaten Malang, Sabtu (27/10/2018) lalu.
Menurut Ugik, lagu-lagu bertema nasionalisme tersebut harus dikenalkan sejak kecil. Kegiatan tahunan bertajuk Simfoni Cinta Tanah Air tersebut menjadi semacam dedikasi kelompok musik tersebut untuk bangsa. Pada saat itu, mereka mengajak anak-anak SD bersama-sama menyanyikan lagu nasional dan lagu daerah. Pada saat konser mini tersebut, mereka menyanyikan lagu-lagu seperti "Gendhing Sriwijaya", "Jangi Janger", "Indonesia Subur", "Indonesia Pusaka", "Gemu Famire", dan beberapa lagu lainnya.
Simfoni cinta tanah air biasanya dilakukan pas peringatan hari-hari besar nasional seperti Proklamasi Kemerdekaan RI atau Sumpah Pemuda. Luar biasanya, hal itu sudah dilakukan Ugik sejak tahun 2005. “Saya merasa prihatin karena belakangan ini anak-anak kita tidak kenal lagu-lagu nasional dan lagu daerah. Mereka lebih kenal lagu-lagu modern tentang percintaan. Hal itu sungguh ironis. Bagaimana mereka bisa terbangun rasa cinta tanah airnya, kalau lagu-lagu kebangsaan atau lagu-lagu daerahnya sendiri saja tidak kenal,” kata ayah tiga anak tersebut.
Jajanan
Ugik sendiri menjadi pemain biola pada tahun 1998. Kesenangannya pada biola sejak kecil membuatnya tidak meneruskan karier, layaknya kebanyakan sarjana komunikasi. Kegemarannya bermain biola awalnya menjadikan tetangga Ugik menyebutnya sebagai tukang arbanat. Arbanat adalah jajanan kuno anak-anak di Malang Raya. Yaitu semacam gula-gula suwiran yang dijajakan dengan alat musik gesek sederhana-menirukan rebab.
Nama Arbanat pula dipilih Ugik untuk kelompok musik yang dibentuknya pada tahun 2000, yaitu Arbanat String Ansamble. Arbanat String Ansamble adalah kelompok musik petik beraliran klasik yang belakangan lebih dikenal mementaskan lagu-lagu nasional dan daerah.
Arbanat String Ansamble beranggotakan lima orang yaitu Ugik (membawakan solawa/karma wibangga, sebuah alat musik dari relief Borobudur), Lu Image (biola dan erhu), Albert Budianto (violin dan erhu), Viola Farida Hasna (biola), dan Nungki Nugroho (violin). Albert dan Lu saat ini sudah menjadi dokter gigi. Mereka aktif bermusik bersama Ugik sejak masih menjadi mahasiswa kedokteran gigi di Universitas Brawijaya Malang.
Bagaimana bisa di masa sekarang ini Ugik bersama teman-temannya melakukan roadshow konser mini gratis selama minimal seminggu? Dari mana ongkos untuk membiayai itu semua? Jawabnya adalah bisa. Konser Simfoni Cinta Tanah Air adalah kegiatan sukarela. Adapun untuk mendapatkan penghasilan, Ugik dan teman-temannya di Soegeng Rawuh dan Kinjeng Kustik, manggung dari satu panggung hajatan ke panggung acara lainnya.
“Simfoni Cinta Tanah Air bukan kegiatan mahal. Biasanya sekolah menyediakan sound system. Kami datang dengan peralatan kami, dan lalu tinggal menyanyi. Di lapangan saja bisa kok. Sederhana saja. Yang susah justru mengatur jadwal kami, karena dua orang di antara kami adalah dokter gigi, sehingga kami menunggu waktu lowong mereka,” katanya. Meski dua anggota Arbanat adalah dokter gigi yang sibuk melayani pasien, namun keduanya masih selalu menyempatkan ikut tampil demi sumbangsih pada ibu pertiwi.
Dari acara kunjungan ke sekolah-sekolah selama ini, Ugik mengakui bahwa posisi lagu-lagu nasional dan daerah mulai terlupakan. Bukan hanya oleh siswa, namun juga oleh para guru. Rata-rata murid-murid tersebut banyak tidak kenal lagu-lagu nasional dan lagu daerah sendiri. Mungkin saja karena mereka tidak pernah lagi mendengarnya di sekolah, apalagi di luar sekolah. "Dengan kegiatan ini, kami harap guru-guru di sekolah pun kembali mengajari muridnya lagu-lagu nasional dan lagu daerah,” kata Ugik.
Meski tidak pernah menghitung hasil dari setiap usahanya itu, Ugik percaya jika masa depan lagu-lagu nasional dan daerah akan tetap ada selama ada yang menyanyikannya. “Banyak guru-guru minta kami terus datang dan mengajari murid-muridnya. Namun kami tidak selalu bisa, karena kami juga harus menyanyi untuk siswa di SD lain. Di sini, biasanya kami mengajak guru di SD tersebut untuk mau mengajari muridnya sendiri,” kata Ugik.
Ugik dan teman-temannya adalah sebagian kecil orang yang masih berkarya untuk negeri ini. Dengan cara sederhana, dan tanpa banyak bicara. Hanya melakukan saja.
Sugiarto
Lahir: Malang, 25 Mei 1973
Istri: Melani Astuti
Anak: Viola Kharida Hasna, Cello Afla Fauza, Melody Raeesa Nabila
Pendidikan: S-1 Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang
Pekerjaan: musisi
Pengalaman:
- Pentas Resital di Rumah Budaya Ratna Indraswari Ibrahim (2002)
- Simfoni Cinta Tanah Air di sejumlah tempat (sejak 2005-sekarang)
- Terlibat dalam beberapa pementasan musik tradisional
- Membuat ilustrasi musik teater dan tari
- Penggiat musik keroncong