Nutrisi untuk Mereka yang Miskin
Idho Meilano Kurniawan Putra (27) menyalurkan bantuan untuk anak-anak yang kekurangan gizi. Dia membentuk komunitas dan mencari sponsor untuk mendistribusikan nutrisi dan susu. Perusahaan dan individu yang bersimpati memberikan donasi untuk menolong ribuan anak yang menderita gizi buruk.
Idho melintasi gang sempit di Kelurahan Samangraya, Kecamatan Citangkil, Kota Cilegon, Banten, Selasa (14/8/2018) lalu. Setelah sekitar 50 meter melangkah dari jalan aspal, dia mengetuk pintu dan sang empunya rumah, Siti Sanawiyah (33), menyambut dengan gembira.
“Bagaimana kabarnya, Bu? Sehat?” ujar Idho kepada Siti yang terlihat sedang bersama anaknya, Yusrina Ainiah Putri (3). Yusrina terlihat lincah, seolah tanpa lelah. Padahal, pada Januari 2018, Yusrina berdiri pun tak mampu, apalagi berjalan.
“Lutut Yusrina tak kuat menopang berat badan karena kekurangan nutrisi. Padahal, anak lazimnya sudah bisa berjalan pada umur 10 bulan hingga 1 tahun,” ujar Idho. Pendiri dan Ketua Indonesia Food Bank (IFB) itu menerima kabar mengenai Yusrina dari petugas Puskesmas Citangkil.
Komunitas IFB menghimpun informasi mengenai anak-anak yang menderita gizi buruk. Bersama rekan-rekannya sesama anak muda, Idho mencari para donatur untuk mengumpulkan makanan penambah gizi dan susu. Mereka menyalurkan bantuan itu untuk anak-anak dari keluarga tak mampu.
Anak-anak yang kurang gizi dipantau berat badan, tinggi, dan lingkar lengannya agar perkembangan fisiknya dapat diamati. Yusrina misalnya, mendapatkan biskuit dan susu secara rutin. Anak itu berangsur pulih saat mulai bisa berdiri pada April 2018.
“Sekarang, Yusrina lagi senang-senangnya lari, malah sering jatuh. Loncat-loncat juga semangat,” ujar Siti. Berat Yusrina sebelum dibantu IFB meningkat menjadi 11 kilogram dari berat sebelumnya yang hanya 7 kilogram.
Orangtua Yusrina bukan kalangan berada. Suami Siti hanya bekerja sebagai penjual pulsa, aksesoris, dan kartu telepon seluler. Siti tak tahu berapa penghasilan suaminya. “Tidak tentu,” ujarnya Siti yang keluarganya masih menumpang di rumah mertua dengan cat dindingnya pudar mengelupas.
Kunjungan untuk mengontrol tumbuh kembang Yusrina disempatkan Idho di sela-sela kesibukannya sebagai perencana finansial pabrik baja di Cilegon. “Sekaligus menjaga silaturahim,” ujar Idho.
Anggota IFB berkeliling setiap hari Minggu untuk mengunjungi anak-anak yang kekurangan gizi. Idho menggerakkan generasi muda untuk peduli terhadap gizi buruk dengan membentuk IFB pada 21 Februari 2016. Jumlah anggota IFB saat ini sekitar 500 orang.
“Di Banten, jumlah anggota IFB sekitar 250 orang. Mereka tersebar di Cilegon, Serang, Pandeglang, Tangerang, dan Lebak,” ujarnya. Selain itu, IFB beraktivitas antara lain di Mataram, Nusa Tenggara Barat; Bandung dan Bogor, Jawa Barat dan Banyumas, Jawa Tengah.
Kebanyakan anggota IFB adalah mahasiswa. Lainnya adalah mereka yang berprofesi sebagai karyawan swasta, wiraswasta, pegawai negeri sipil, guru, dan siswa sekolah menengah atas.
Jumlah penderita gizi buruk yang dibantu IFB sudah lebih dari 5.000 anak. “Saya tidak bisa memastikan jumlah individu yang menyumbangkan dananya. Tapi, jumlahnya sudah ratusan orang. Sekitar 20 perusahaan juga menjadi donatur,” ucapnya.
Donatur-donatur itu seperti perusahaan baja, produsen air mineral, dan lembaga keuangan. “Syukurlah, kalau IFB mengajukan proposal, dananya bisa turun. Ke depan, pengin juga dapat sponsor perusahaan makanan bayi, susu, dan biskuit biar nyambung,” ujar Idho.
Beberapa pemerintah daerah juga memanggil IFB untuk menawarkan dukungannya.
Menyaksikan kemiskinan
Kepedulian Idho berawal saat dia kerap menyaksikan masyarakat miskin, terutama anak-anak yang kebutuhan gizinya tak tercukupi. “Kalau anak-anak tidak mendapatkan nutrisi yang memadai tentu mereka menderita gizi buruk. Kesehatan tubuh dan kecerdasan menurun,” ucapnya.
Kalau mau membantu sesama, butuh uang. Kondisi saya saja masih susah, bagaimana mau menolong orang lain
Kelaparan pun mengancam kualitas sumber daya manusia generasi selanjutnya. Hasrat untuk membantu mereka terbit namun Idho masih kuliah. “Kalau mau membantu sesama, butuh uang. Kondisi saya saja masih susah, bagaimana mau menolong orang lain,” ujarnya.
Beruntung, dia berkesempatan menjalani pertukaran mahasiswa dan mengunjungi Colchester, Kanada selama enam bulan pada tahun 2012. Pengalaman sebagai relawan Colchester Food Bank menjadi bekal Idho untuk melakukan aksi serupa di Tanah Air.
“Di Kanada, saya melihat masyarakatnya bisa saling membantu. Saya manfaatkan pengetahuan dari Kanada untuk membentuk IFB,” ucapnya. Gayung bersambut dengan teman-teman dekat Idho yang memenuhi ajakannya untuk membantu masyarakat miskin.
Mereka meluangkan waktunya untuk mencari dan mempertahankan kepercayaan sponsor sehingga bantuan bisa terus mengalir. Peluang untuk melebarkan jaringannya tak disia-siakan ketika Idho berkumpul bersama relawan-relawan berbagai bidang di Kota Cirebon, Jawa Barat pada tahun 2016.
Dia menjelaskan mengenai IFB sehingga banyak relawan lain tertarik untuk membentuk gerakan yang sama di provinsi masing-masing.
“Awalnya, relawan-relawan IFB memberikan makanan bergizi dan susu. Lama-lama, saya pikir, tak bisa begini terus,” ucapnya.
Idho tak mau para relawan IFB sekadar memberikan bantuan lalu pergi. Pengentasan anak-anak dari gizi harus terlihat secara kasatmata. “Pada tahun 2017, IFB melakukan pendampingan gizi. Anak-anak terus diberi asupan dan dipantau pertumbuhannya hingga mereka sehat,” ujarnya.
Selain itu, Idho dan rekan-rekannya kerap membagikan paket makanan seperti minyak goreng, gula, dan teh untuk warga miskin. “Warga paling banyak datang waktu acara di Kota Tangerang pada tahun 2016 atau 500 orang. Kami juga bekerja sama dengan yayasan yang membantu anak yatim,” katanya.
Warga Kelurahan Kotabumi, Kecamatan Purwakarta, Cilegon itu belum berhenti menebar manfaat setelah IFB yang didirikannya cukup mapan. Dia sedang mengembangkan Cilegon Juara, wadah yang dibentuknya pada April 2018 untuk memotivasi anak muda meraih prestasi.
Hingga kini, sekitar 10 komunitas sudah bergabung dengan Cilegon Juara, seperti fotografi, sepatu roda, lari, teknologi informasi, dan skateboard. “Setiap komunitas beranggotakan sekitar 50 orang. Mereka sering nongkrong. Tapi, nongkrong yang bermanfaat,” ujarnya sambil tersenyum.
Idho Meilano Kurniawan Putra
Lahir : Cirebon, Jawa Barat, 10 Mei 1991
Pendidikan :
-SD Yayasan Pendidikan Warga Krakatau Steel (1997-2003)
-SMPN 2 Cilegon (2003-2006)
-SMA Cahaya Madani Banten Boarding School (2006-20090
-Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) (2009-2014)
Penghargaan : Juara 1 Mahasiswa Berprestasi Untirta Tahun 2012