Sejauh ini, Nizar telah mengaransemen banyak lagu bernuansa Islami. Sebanyak 16 lagu telah ia rekam dalam dua album, yakni Doa Keluar Rumah dan Ucapkan Salam. Ia mengaransemen lagu-lagu bersama sang ayah, Achmad Amaluddin (56). Amaluddin dan ibunda Nizar, Erma Suryani, yang membuatkan lirik dan mencoba melagukannya. Nizar kemudian membuat aransemennya.
Kedua album itu dibuat Nizar bersama grup musik Islaminya, Nizar Group. Bersama grupnya, Nizar tampil di sejumlah acara, termasuk acara yang digelar Pemerintah Kabupaten Gresik. Namun, kelompok musik itu sementara vakum karena dua vokalisnya meninggal dalam sebuah kecelakaan, dan hingga kini belum ada penggantinya.
Kini, tinggal Nizar bersama sang ayah dan bunda yang tampil ketika ada undangan manggung. Ia hanya menggunakan tangan kanannya untuk memainkan keyboard dan salah satu kakinya. Tangan kirinya tidak berfungsi karena sarafnya ada yang putus.
Penglihatannya pun hanya berfungsi sebagian. Hanya mata kanan yang normal. Fungsi otaknya juga mengalami penurunan. Namun, semua keterbatasan itu tidak menghalangi Nizar untuk tetap bermusik.
Ia sebenarnya terlahir normal pada 1997. Ketika usianya 1 bulan, ia mulai mengalami pembesaran kepala karena ada cairan tertentu (hydrocephalus). Sejak saat itu, ia keluar masuk rumah sakit dan pernah mengalami koma selama dua hari dua malam.
Ketika berumur 5 bulan ia menjalani operasi di rumah sakit. Bagian kepala Nizar dipasang selang sampai lambung hingga kini. Sampai usia 5 tahun ia berangsur sehat, tetapi belum bisa duduk sendiri.
Usia sekitar 6 tahun, ia disekolahkan di TK Batik, dilanjutkan di Sekolah Luar Biasa (SLB) Kemala Bhayangkari. Ia saat itu sudah bisa duduk sendiri. Mata kanan belum bisa melihat, tangan kiri tidak aktif (tidak berfungsi). ”Awalnya, kejang-kejang, tetapi saat itu terlambat penanganannya,” kata Amaluddin.
Pascaoperasi, derita Nizar belum usai, sarafnya ada yang putus. Nizar masih sering kejang. Tumbuh kembangnya tidak normal. Amaluddin tak lelah mengikhtiarkan kesehatan anaknya. Ia mengobatkan secara medis hingga alternatif. Ia malah tertipu.
Saat Nizar berumur 7 tahun, ada ”orang pintar” datang ke rumah. Orang itu mengaku bisa mengobati dan memberikan daging kijang merah dari Malaysia untuk menyembuhkan Nizar.
Mobil yang biasa digunakan untuk mobilitas keluarga pun dijual Rp 7 juta. Dari uang itu, sebanyak Rp 5 juta diberikan kepada orang pintar itu untuk proses penyembuhan Nizar. Ketika ditanya obat dan daging kijang merah, orang itu beralasan sibuk menangani pasiennya. Sampai akhirnya hilang ditelan angin.
Beli ”keyboard”
Amaluddin pun pasrah. Sisa Rp 2 juta dari penjualan mobil dibelikan keyboard untuk menghibur anaknya. Semula Nizar hanya melihat lalu meniru apa yang dilakukannya. Ia memainkan lagu dan keyboard dengan kunci awal C, G, dan F. Ia menyentuh tangan Nizar lalu dipegangkan pada tuts keyboard.
Lambat laun Nizar bisa memainkan lagu sendiri. Kepekaannya terhadap nada pun tumbuh. Sayangnya, saat Nizar sedang senang-senangnya bermain musik, datang lagi ujian. Ada kerabat meminjam keyboard untuk tanggapan (manggung). Keyboard itu tak pernah kembali sampai kini.
Amaluddin mengikhlaskannya. Ia kembali menyisihkan penghasilan untuk membeli keyboard lagi. Anaknya terus dirangsang untuk bermusik. Amaluddin mencoba-coba melagukan sembarang kata dan melagukannya, ternyata Nizar bisa mengiringinya dengan keyboard.
Akhirnya, ia dan istrinya membuatkan lirik dan Nizar menata aransemennya. Berkat kepiawaiannya, Nizar pun sering tampil baik di acara sekolah maupun perusahaan atau di Pemerintah Kabupaten Gresik. Mantan Bupati Gresik M Robbach Ma’sum, ataupun bupati saat ini, Sambari Halim Radianto dibuat terkesima.
Nizar meraih penghargaan Lomba Cipta Lagu Daerah di Gresik pada 2007. Gresik yang dikenal sebagai Kota Pudak, Kota Santri, dan Kota Industri punya kekhasan dengan seni hadrahnya. Kekhasan itu digali menjadi musik religi, Qasidah Modern.
Nizar Group masuk dapur rekaman di Surabaya. Lagu-lagu yang diaransemen direkam dalam bentuk cakram padat, berlabel Golden Hand (tangan emas).
Dalam album pertama terdapat enam lagu: ”Doa Keluar Rumah”, ”Doa untuk Makan”, ”20 Sifat Allah”, ”Rukun Islam”, ”Kanjeng Nabi Muhammad”, dan ”Tombo Ati”. Dalam album kedua ada 10 lagu: ”Ucapkan Salam”, ”Aku Punya Cita-cita”, ”Ibu”, ”Ayo Bangun Pagi”, ”Doa Akan Tidur”, ”Doa Bangun Tidur”, ”Gresik Kota Santri dan Kota Industri”, ”Doanya Abu Nawas”, ”Senandung Doa Alquran”, dan ”Wahdana”.
Lagu mengkritisi kondisi Gresik pun tercipta, judulnya ”Banjir”. Isinya mengajak warga agar tidak membuang sampah dan menebang pohon sembarangan karena memicu banjir.
”Mari semua jaga lingkungan kita/Ayo tingkatkan kebersihan kita/Bersih itu bagian dari iman/Mari kita lestarikan//Kita semua suka keindahan/Indah itu dambaan semua/Alam semesta ciptaan Tuhan/Mari kita lestarikan//Jangan gunduli hutan/jangan membakar hutan/jangan buang sampah sembarang/Apa akibatnya/Apa akibatnya/Banjir di mana-mana///...
Ibu Nizar ingin anaknya tetap tumbuh percaya diri. Ia mendukung talenta buah hati dengan menyusun lirik. Ia percaya setiap anak dikaruniai potensi luar biasa dari Sang Pencipta.
Ia ingin berbagi, agar orangtua tidak minder punya anak berkebutuhan khusus. ”Saya terus mendukung Nizar tumbuh percaya diri. Ia belum bisa baca tulis, tetapi peka nada,” ujarnya.