logo Kompas.id
SastraMati Bersama
Iklan

Mati Bersama

Sebelum melompat ke laut, Rikuko melipat kimono berharganya dan sebuah surat yang ditujukan kepada Yuki. Saat Rikuko ditanya mengapa memilih mati, dia hanya menjawab jenuh dengan hidup.

Oleh
Bagus Dwi Hananto
· 8 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/Vv9hQujtDz80tNs8dB30l0oom4I=/1024x1028/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F03%2F18%2F4c4c17ab-b538-4013-a6ea-a282ace659d7_jpg.jpg

Suara ”kouta” seorang ”geisha” sembari memetik ”shamisen” terdengar jelas di kamar lantai dua itu. Nyanyiannya merdu; tarikan kata-kata pada liriknya terdengar bening dan jelas. Petikan ”shamisen” berpadu baik dengan lagu itu. Serupa riak-riak halus di tengah kolam ikan, suara-suara yang menjeda sesaat pada lirik dan petikan ”shamisen” menyatu dalam keselarasan.

Rikuko si geisha baru pulang dari Manchuria setelah Jepang menarik mundur pasukan. Tahun-tahun muram dalam gelung perang menjadikan negeri itu dipenuhi orang miskin. Perempuan-perempuan di desa jadi penghibur untuk menghidupi diri; tak terkecuali Rikuko. Dia datang ke Tokyo, menetap di Shinagawa dan bergabung dengan rumah geisha Shoji. Dan sekarang dia tengah berasyik mesra dengan seorang lelaki muda yang usianya terpaut lima tahun dengannya. Kecantikan geisha tentu akan luntur seiring waktu, dengan itu dia memuas-muaskan diri untuk menjalin asmara dengan lelaki yang diidamkannya.

Editor:
MOHAMMAD HILMI FAIQ
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000