Meski 4,5 juta orang terjangkiti dan nyawa 305.000 jiwa terengut di 216 negara, umat manusia tidak boleh gentar menghadapi pandemi penyakit akibat virus korona jenis baru atau coronavirus disease 2019 (Covid-19).
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Meski virus korona jenis baru atau coronavirus disease 2019 (Covid-19) telah menjangkiti 4,5 juta orang dan merenggut nyawa 305.000 jiwa di 216 negara, umat manusia tidak boleh gentar menghadapi pandemi penyakit ini.
Namun, kebijakan yang berbeda bahkan bertolak belakang antardaerah atau antarnegara seolah mengonfirmasi umat manusia sulit kerja sama dan belarasa saat menghadapi pagebluk. Perang terhadap virus korona dihadapi dengan jalan sendiri-sendiri. Bijak di sana beda dengan bijak di sini.
”Sing ngulon mlayu ngetan, sing ngetan mlayu ngulon. Sing ngalor mlayu ngidul, sing ngidul mlayu ngalor. Yak apa?” ujar peludruk senior Meimura dalam monolog Polah Tanpo Aran yang dipentaskan dari kediamannya di Gunung Anyar, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (16/5/2020) malam. Pernyataan dalam bahasa Jawa dialek Arek atau Suroboyoan itu kira-kira berarti yang ke barat lari ke timur dan sebaliknya, yang ke utara lari ke selatan dan sebaliknya, bagaimana ini?
Dalam konteks kekinian, Meimura, pengurus Perkumpulan Kesenian Ludruk Irama Budaya Sinar Nusantara Surabaya, mungkin ingin memperlihatkan bahwa penanganan wabah secara lokal, regional, nasional, bahkan global seolah tak seirama. Kebijakan yang diambil berbeda bahkan ada yang kontradiktif alias paradoks.
Lihatlah, aparatur negara telah berkebijakan menempuh pembatasan sosial berskala besar atau PSBB lingkup kabupaten/kota dan atau provinsi guna meredakan peningkatan kasus. Ada larangan mudik, bepergian, pembatasan kegiatan ibadah, larangan berkerumun, dan operasional amat terbatas angkutan umum.
Namun, tujuan meredam wabah belum tercapai, aparatur negara menempuh kebijakan lain yang cenderung bertolak belakang. Yang dimaksud antara lain relaksasi pembatasan sosial dengan pengoperasian kembali angkutan umum. Dalih yang dipakai, ”denyut kehidupan” dihidupkan kembali meski belum sampai taraf normal.
”Yang ada saling tuduh, saling menyalahkan,” kata Meimura, yang juga pengurus inti Dewan Kesenian Jawa Timur.
Polah Tanpo Aran diproduksi oleh Teater Ragil Surabaya yang didirikan dan dikembangkan oleh Meimura. Monolog ini merupakan pentas kedelapan sang peludruk dari rumah dengan memanfaatkan akun media sosial Instagram @meimura.ragiltheatre karena pandemi yang membatasi kegiatan publik termasuk para pegiat seni budaya tradisi.
Meimura mengatakan, Polah Tanpo Arah merupakan rangkaian ritus travesty episode ”Besut, Rusmini, Bendera Setengah Tiang”. Travesty menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti parodi. Ini pentas monolog oleh lelaki yang memerankan perempuan cantik atau tandak wesi atau wedokan dalam ludruk.
Sebelumnya atau pada Rabu (8/5), dari kediamannya, Meimura mementaskan monolog ritus travesty episode ”Besut, Rusmini, Tolak Balak”. Tema-tema yang diambil masih seputar pengamatan dan refleksinya tentang pandemi yang masih berlangsung. ”Wabah membuat saya semakin gila untuk berkarya demi kesadaran-kesadaran,” katanya.
Dalam konteks inilah, ungkapan pelukis dunia Pablo Picasso menemukan maknanya. Seni membasuh debu jiwa kehidupan sehari-hari. Bagi Meimura, wabah boleh membunuh nyawa banyak manusia, tetapi jangan sampai mematikan daya kreativitas untuk berkarya.
Berbeda aturan
Dalam pandangan masyarakat awam, seperti disadari oleh Meimura, ada yang berpendapat bahwa wabah merupakan suratan takdir. Perlu Kuasa Ilahi untuk membantu manusia menanganinya. Jika demikian, gempurlah dengan kiriman doa dan harapan. Namun, yang utama dan pertama, bersihkan jiwa sehingga sadar dan benar-benar bijaksana dalam bertindak agar dapat mengatasi keadaan.
Sepatutnya, berbagai kebijakan yang telah diambil benar-benar merupakan tindakan yang dapat dipertanggungjawabkan, bisa diukur atau diyakini tingkat keberhasilan atau kegagalan. Kebijakan, apalagi yang menyangkut kehidupan rakyat, lanjut Meimura, bukanlah polah atau sekadar tingkah tanpa nama atau makna. Kebijakan adalah tindakan kebijaksanaan yang lurus, teguh, atau tidak mudah goyah ke sana ke sini.