Semakin Sederhana Cara Berlibur, Semakin Membahagiakan
Liburan menjadi momen untuk melepas penat dan menyegarkan pikiran agar lebih bahagia.
Oleh
YOHANES ADVENT KRISDAMARJATI
·5 menit baca
KOMPAS/PRIYOMBODO (PRI)
Anak-anak bermain air mancur yang menjadi salah satu daya tarik Taman Puring di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (1/5/2024). Taman Puring menjadi salah satu taman kota yang ramai dikunjungi warga pada hari libur.
Momen long weekend selalu menjadi incaran masyarakat untuk merencanakan liburan. Tujuannya supaya jiwa dan pikiran kembali segar serta memperoleh rasa bahagia setelah refreshing. Namun, sering kali seusai liburan justru merasakan kelelahan dan kepenatan karena tekanan stres yang tinggi saat berlibur. Ada sejumlah cara untuk menghindari hal tersebut.
Secara umum, kegiatan berlibur atau disebut juga rekreasi memiliki makna penyegaran. Rekreasi merupakan kata serapan dari bahasa Belanda, yakni recreatie yang berarti suatu kegiatan yang dilakukan seseorang atau suatu kelompok dengan tujuan menyegarkan kembali kondisi jasmani dan rohani. Maka dari itu, tujuan dan fungsi utama dari berlibur atau rekreasi adalah membuat kondisi jiwa dan raga kembali segar setelah dirundung penat akibat rutinitas sehari-hari.
Kegiatan yang bisa dikategorikan sebagai aktivitas rekreasi sangatlah beragam, mulai dari yang bisa dilakukan seorang diri, sebatas keluarga inti, hingga beramai-ramai bersama rombongan. Ada yang bisa dilakukan di dalam rumah hingga ada pula yang sampai ke luar negeri. Apa pun kegiatannya, selama aktivitas tersebut dapat menimbulkan perasaan senang dan rileks bisa dibilang sebagai rekreasi.
Ada yang menganggap menata dan membersihkan barang di rumah saat hari libur menjadi pilihan untuk berekreasi. Perasaan senang dan puas ketika selesai serta melihat kondisi rumah bersih dan rapi bisa jadi wahana yang menyegarkan pikiran dan fisik. Di sisi lain ada yang berlibur ke luar kota, luar pulau, bahkan luar negeri dengan sederet persiapan dan perencanaan anggaran yang disiapkan.
Ketika variasi aktivitas rekreasi begitu banyak ragam dan caranya, hal ini memunculkan pertanyaan. Liburan seperti apakah yang akan menimbulkan efek refreshing secara lebih optimal?
Suasana para pengunjung saat berlibur di kawasan Kota Tua, Jakarta, Rabu (1/5/2024). Warga memanfaatkan libur nasional Hari Buruh dengan berlibur di Kota Tua. Kota Tua menjadi lokasi favorit para wisatawan untuk menghabiskan liburan.
Manfaat berlibur
Studi tentang manfaat liburan terhadap kebahagiaan seseorang salah satunya tertuang dalam laporan yang berjudul Vacationers Happier, but Most not Happier After a Holiday. Riset tersebut disusun Jeroen Nawijn, seorang pengajar di Breda University, Belanda, bersama dengan timnya. Riset tersebut melibatkan 1.530 masyarakat di Belanda dengan dua kelompok responden, yakni yang kerap berlibur dan yang tidak pernah atau jarang berlibur.
Pada kelompok pelancong dengan jumlah 974 responden diukur tingkat kebahagiaannya sebelum berangkat berlibur dan sepulang mereka dari liburan. Sementara itu, kelompok responden sejumlah 556 responden yang bukan pelancong dijadikan basis perbandingan tingkat kebahagiaannya dengan para pelancong.
Hasil dari studi tersebut menunjukkan bahwa pada waktu persiapan liburan tingkat kebahagiaan pelancong terbilang lebih tinggi dibanding dengan responden yang tidak berwisata. Secara statistik, rata-rata skor kebahagiaan yang diperoleh kelompok pelancong di angka 2,25, sedangkan dari kelompok bukan pelancong hanya 2,07. Disebutkan bahwa angka tersebut secara signifikan menunjukkan tinggi rendahnya tingkat kebahagiaan setiap kelompok responden.
Faktor yang meningkatkan kebahagiaan seseorang sebelum liburan adalah pada fase persiapan yang memunculkan rasa antusias. Orang mengalami perasaan semangat ketika menyusun rencana perjalanan dan pilihan tujuan wisata. Dalam angan-angan sudah tergambar kegembiraan yang akan diperoleh ketika momen melancong tiba. Semua itu berdasarkan situasi yang masih dibayangkan akan terwujud secara ideal, artinya semua berjalan sesuai dengan rencana.
Namun, riset tersebut juga menghasilkan temuan yang menarik, di mana terjadi kontradiksi bagi responden yang telah pulang berwisata. Sebagian besar responden memiliki tingkat kebahagiaan yang setara dengan responden yang tidak berwisata.
Ribuan pengunjung memadati Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan, Kamis (11/4/2024). Mereka ingin menghabiskan waktu liburan Lebaran bersama keluarga.
Fenomena tersebut terjadi karena efek pascaliburan yang harus dihadapi para pelancong. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah aspek kelelahan secara fisik setelah bepergian, kemudian bagi pekerja formal berpotensi menghadapi tumpukan pekerjaan yang ditinggalkan selama liburan. Ada pula aspek finansial yang menipis karena telah dibelanjakan untuk keperluan liburan, sedangkan di saat bersamaan membutuhkan biaya yang cukup besar untuk keperluan lain.
Beberapa realitas yang harus dihadapi para pelancong itu menjadi faktor yang mengikis rasa bahagia setelah liburan. Maka dari itu, tingkat kebahagiaan antara responden yang berwisata dan yang tidak menjadi hampir setara kondisinya.
Mengharapkan efek bahagia pascaliburan
Lantas, bagaimana memilih cara berlibur yang tepat supaya efek bahagia pascaliburan bisa dirasakan lebih lama durasinya?
Pada karya riset lanjutan yang juga disusun Jeroen Nawijn, akademisi yang mendalami bidang kepariwisataan, mengungkap tentang bagaimana tingkat kebahagiaan orang di periode setelah liburan. Riset Nawijn yang berjudul ”Happiness Through Vacationing: Just a Temporary Boost or Long-Term Benefits?” menguak dua hal yang penting untuk disimak oleh para pelancong.
Pertama, secara keseluruhan, tingkat kebahagiaan antara orang yang berlibur dan yang tidak berlibur selisihnya tidak signifikan. Meskipun demikian, para pelancong cenderung sedikit lebih bahagia, terutama ketika momen persiapan untuk bepergian. Temuan yang kedua adalah frekuensi liburan dalam setahun tidak berkontribusi pada peningkatan perasaan bahagia.
Melalui dua hasil riset yang berkesinambungan tersebut, dapat dikatakan bahwa liburan dengan model bepergian dengan durasi beberapa hari ke lokasi wisata ternyata tidak efektif untuk memompa kesegaran jiwa dan raga seseorang.
Wisatawan menikmati pemandangan matahari tenggelam di Pantai Seminyak, Kabupaten Badung, Bali, Jumat (10/5/2024). Pulau Bali memiliki sejumlah pantai eksotis yang memanjakan wisatawan, terutama bagi mereka yang ingin menikmati suasana sore hingga senja.
Model liburan yang dapat dirasakan manfaatnya secara optimal adalah yang terbilang minim energi dan minim biaya. Sebab, dengan mengeluarkan begitu banyak energi dan biaya, justru menjadi beban ketika selesai berlibur.
Beberapa alternatif cara berekreasi yang paling sederhana adalah menikmati waktu berkualitas dengan diri sendiri atau dengan keluarga inti. Aktivitas yang dipilih bisa dengan makan bersama, ngobrol, dan bercengkrama. Bersosialisasi dengan anggota keluarga dapat menjadi membangkitkan suasana hati secara positif.
Cara yang lebih sederhana lagi bisa dilakukan dengan menyendiri serta menikmati secangkir kopi, teh, atau minuman favorit disandingkan dengan makanan kecil kesukaan sembari mendengarkan musik atau menonton serial atau film kesukaan. Hal ini dapat memicu hormon endorfin yang menyebabkan otak dan tubuh dalam kondisi rileks dan bahagia.
Oleh karena itu, liburan tidak perlu jauh dan tidak juga harus mahal. Liburan tidak perlu bermacet-macet di perjalanan dan tidak perlu pula berdesak-desakan di lokasi wisata. Pasalnya, bukan kesegaran jiwa dan raga yang didapat, justru kepenatan yang dibawa pulang.
Terlebih lagi, berekreasi tidak perlu selalu mengandalkan long weekend atau musim liburan. Rekreasi bisa pula dilakukan seorang diri kapan pun dan di mana saja tempatnya. Apabila hendak berekreasi sekeluarga, bahkan dengan anak-anak, bisa memilih taman kota atau ruang terbuka hijau, tidak harus ke wahana wisata yang banyak pengunjungnya saat liburan. Sebisa mungkin hindari rekreasi di saat puncak liburan karena berpotensi menimbulkan rasa penat dan kelelahan. (LITBANG KOMPAS)