Daerah Tujuan Mudik, Sasaran Peredaran Uang Palsu Lebaran
Selain uang baru, uang palsu rawan beredar di Lebaran 2024. Jatim, Jabar, dan Jateng jadi sasaran peredaran uang palsu.
Tingginya lalu lintas uang pada masa Ramadhan dan Lebaran menjadi berkah tersendiri bagi perekonomian secara keseluruhan. Meski demikian, kewaspadaan perlu ditingkatkan lantaran sirkulasi uang palsu turut mengancam kualitas ekonomi masyarakat. Daerah-daerah tujuan mudik, seperti Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah, tercatat sebagai kantong-kantong peredaran uang tiruan.
Ramadhan dan Lebaran yang selalu identik dengan aktivitas belanja tak bisa dilepaskan dari tingginya peredaran uang sebagai sarana berbelanja. Uang yang dimaksud dalam hal ini ialah uang tunai atau uang yang tampak secara fisik. Pasalnya, di tengah beragam metode transaksi yang ada, uang tunai masih paling familiar bagi masayarakat.
Berkaca pada Hari Raya Idul Fitri 2023, uang yang beredar di masyarakat terpantau sudah meningkat sejak periode Ramadhan. Merujuk data Bank Indonesia, uang tunai yang beredar pada bulan Maret 2023 mencapai Rp 948,8 triliun. Jumlah tersebut naik sekitar 5 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
Peningkatan ini terjadi lantaran periode Ramadhan sudah berlangsung sejak 23 Maret 2023. Relatif lebih besarnya konsumsi dan pengeluaran saat Ramadhan, maka perputaran uang dengan intensitas yang lebih tinggi juga telah dimulai.
Peredarannya pun kian tinggi di bulan berikutnya ketika Ramadhan berlanjut dan Lebaran tiba. Jumlahnya menembus angka Rp 1.031 triliun. Selain untuk berbelanja kebutuhan Lebaran, uang tunai makin banyak digunakan masyarakat untuk berbagi angpao Lebaran kepada sanak saudara, terutama anak-anak. Tradisi ini membuat uang yang beredar di kalangan masyarakat kian bertambah.
Besarnya volume uang yang beredar tersebut juga terkonfirmasi dari transaksi kas keluar yang dirilis oleh BI. Data tersebut merujuk pada aliran uang tunai dari BI kepada perbankan dan masyarakat. Pada periode yang sama, jumlah penarikan uang rupiah mencapai lima kali lipat lebih tinggi dari biasanya.
Penarikan pada bulan Maret 2023 dan April 2023 masing-masing Rp 74,0 triliun dan Rp 119,4 triliun. Padahal, dua bulan sebelumnya hanya sebesar Rp 10,3 triliun dan Rp 23,9 triliun. Tampak bahwa uang tunai yang beredar ketika Ramadhan dan Lebaran sangat tinggi.
Dalam lanskap ekonomi makro, tingginya peredaran uang tersebut mengindikasikan hidupnya sebuah aktivitas perekonomian. Perputaran uang yang masif pada gilirannya akan mendorong mesin-mesin ekonomi bergerak dan terakumulasi dalam pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Pengalaman dari tahun ke tahun, momentum rutin ini selalu berhasil mendongkrak pertumbuhan ekonomi pada level yang lebih tinggi. Tahun lalu, misalnya, ekonomi nasional pada triwulan II mampu tumbuh 5,17 persen, tertinggi sepanjang tahun 2023. Capaian itu mampu mengakselerasi pertumbuhan tahunan 2023 di level 5,05 persen bahkan saat ekonomi dunia sedang tidak baik-baik saja.
Rentan peredaran uang palsu saat Lebaran 2024
Meski demikian, di balik geliat ekonomi dari tingginya peredaran uang, ada hal yang turut mengancam, yakni beredarnya uang palsu. Baru-baru ini, uang palsu dalam jumlah besar ditemukan di Malang, Jawa Timur, menjelang Lebaran.
Bank Indonesia Kantor Perwakilan (KPwBI) Malang menemukan lebih dari 1.000 lembar uang palsu sepanjang Maret 2024. Sebanyak 1.077 lembar adalah uang palsu pecahan Rp 100.000. Pecahan uang tiruan terbanyak kedua adalah nominal Rp 50.000. Hanya saja, KPwBI Malang tidak menyebutkan jumlahnya secara spesifik.
Temuan itu didasarkan pada laporan sejumlah bank di wilayah kerja KPwBI Malang yang meliputi Malang kota dan kabupaten, Kota Batu, Pasuruan kota dan kabupaten, serta Probolinggo kota dan kabupaten.
Dibandingkan bulan sebelumnya yang berjumlah 227 lembar, maka terdapat peningkatan sekitar 391 persen. Jumlah tersebut tergolong sangat banyak. Apalagi ditemukan hanya pada satu wilayah kantor perwakilan dengan periode waktu satu bulan. Sebagai perbandingan, sepanjang 2023 saja, uang palsu yang beredar di Provinsi Riau sebanyak 2.396 lembar. Riau masuk dalam daftar 10 besar provinsi dengan peredaran uang palsu terbanyak tahun 2023 dengan menduduki posisi ke-10.
Dapat dibayangkan betapa banyaknya uang palsu yang beredar di wilayah Malang tersebut. Melihat situasi ini, perlu kewaspadaan lebih bagi masyarakat sekitar Malang agar tidak tertipu uang palsu. Bukan hanya Malang, alarm kewaspadaan perlu juga bagi warga Jawa Timur secara keseluruhan. Pasalnya, Jatim merupakan salah satu provinsi dengan peredaran uang palsu yang cukup tinggi. Jumlahnya mencapai 19.895 lembar pada tahun 2023.
Selain Jawa Timur, warga Jawa Barat dan Jawa Tengah juga patut berhati-hati. Ketiga provinsi tersebut merupakan kantong peredaran uang palsu terbesar setelah DKI Jakarta. Di Jawa Barat jumlahnya tercatat sebanyak 21.173 lembar dan di Jawa Tengah 17.090 lembar pada periode yang sama.
Apalagi, ketiga daerah tersebut merupakan tujuan mudik terbesar tahun ini. Merujuk Survei Kementerian Perhubungan terkait rencana perjalanan pada Lebaran 2024, diperkirakan sebanyak 61,6 juta orang akan masuk ke Jawa Tengah. Sementara ke Jawa Timur sekitar 37,6 juta orang dan Jawa Barat 32,1 juta orang.
Banyaknya pelaku perjalanan tersebut membuat potensi peredaran uang pun turut meningkat. Pengalaman Lebaran 2023, 65 persen dari penarikan uang tunai secara nasional berada di wilayah Jawa. Bukan bermaksud menuduh para pelaku perjalanan, tetapi potensi uang palsu pun relatif lebih besar di tengah tingginya sirkulasi uang.
Sedikit merunut sejarahnya, kemunculan uang palsu di Jawa tercatat sudah berlangsung sejak abad ke-19. Penelitian Alfatiana (2022) menjelaskan, gencarnya monetisasi di kalangan penduduk Jawa saat itu menjadi pemicunya.
Awalnya, uang palsu di Jawa merupakan impor dari China. Namun, seiring pengetahuan yang berkembang, uang palsu dibuat langsung di tanah Jawa. Kota-kota di Jawa disebut sebagai pusat peredaran uang palsu.
Tak hanya di Jawa, peredaran uang palsu juga tersebar secara merata di seluruh Indonesia. Pulau Sumatera menjadi wilayah kedua peredaran uang palsu terbanyak.
Dampak ekonomi peredaran uang palsu
Saat ini, sejatinya rasio uang palsu secara nasional sudah mengalami penurunan. Dalam catatan BI tahun 2016, rasio temuan uang palsu sebanyak 10 lembar per satu juta lembar uang yang beredar. Kini hanya separuhnya, yakni lima lembar uang palsu pada setiap 1 juta lembar uang yang beredar di tahun 2023.
Hanya saja, penurunan rasio uang palsu tersebut tak lantas dapat dikatakan bahwa kondisinya sudah aman. Karena secara jumlah, lembaran rupiah tiruan yang beredar masih tergolong tinggi. Tahun 2023, uang palsu dilaporkan sebanyak 159.749 lembar. Dengan asumsi nominal yang dipalsukan adalah pecahan Rp 100.000, maka jumlah uang tiruan tersebut setara dengan Rp 15,9 miliar.
Bahkan, tahun 2022 jumlahnya lebih dari 609.000 lembar. Artinya, sebanyak Rp 60 miliar uang palsu beredar dalam transaksi masyarakat. Itu pun hanya berdasarkan temuan yang dilaporkan. Boleh jadi jumlahnya lebih besar dari yang dilapokan. Alhasil, perputaran ekonomi yang tampak tinggi pun menjadi semu lantaran sebagian lainnya transaksi terjadi menggunakan uang palsu. Bagi negara, hal tersebut menjadi kerugian besar.
Baca juga: Waspadai Uang Palsu di Saku Lebaran
Inflasi menjadi salah satu hal yang mungkin terjadi dari beredarnya uang palsu. Peredaran uang palsu membuat fisik uang yang beredar di masyarakat menjadi tidak terkontrol. Tentu menjadi lebih banyak dari yang tercatat oleh BI. Merujuk teori dan fenomena yang sering terjadi, konsumsi atau tingkat belanja akan meningkat ketika uang yang dimiliki atau beredar banyak. Aktivitas belanja yang tidak terkontrol ini pada akhirnya akan berujung pada kenaikan harga-harga. Hal tersebut dipicu oleh permintaan yang tinggi, sementara pasokan barangnya terbatas.
Tingginya tingkat harga kemudian beimbas pada hilangnya daya beli masyarakat. Bagi individu yang tertipu uang palsu pun menjadi tidak bisa berbelanja manakala uangnya didapati palsu. Kondisi ini kemudian akan merembet pada melemahnya ekonomi secara keseluruhan. Keterpurukan ekonomi itu pada gilirannya akan turut memberatkan masing-masing individu masyarakat.
Cara mencegah peredaran uang palsu saat Lebaran 2024
Oleh karenanya, di tengah banyaknya uang yang beredar pada momen hari raya, masyarakat harus lebih teliti pada setiap rupiah yang dimiliki. Metode 3D (dilihat, diraba, diterawang) masih diyakini sebagai cara paling mudah untuk mengenali rupiah. Garis sejajar yang timbul di sisi kanan kiri rupiah menjadi salah satu penandanya.
Pada uang asli, nomor seri yang tercatat pada rupiah harus sama. Yang harus diperhatikan juga adalah adanya rectoverso atau gambar saling isi logo Bank Indonesia di bagian kanan atau kiri mata uang. Ini hanya bisa tampak ketika diterawang.
Baca juga: Bank Indonesia Pastikan Uang Palsu Mudah Diidentifikasi Awam
Selain itu, jika mendapati adanya uang palsu yang beredar di lingkungan sekitar, masyarakat dapat melaporkannya ke bank atau kepolisian terdekat sembari membawa rupiah yang diragukan keasliannya. Masyarakat juga dapat meminta klarifikasi langsung ke kantor Bank Indonesia terdekat.
Kewaspadaan terhadap peredaraan uang tiruan menjadi tanggung jawab bersama demi mencegah kerugian pada diri sendiri dan negara. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Bank Indonesia Imbau Masyarakat Waspadai ”Uang Mutilasi”