Tren Film Lebaran, dari Era Drama hingga Dominasi Horor
Semula film bertajuk drama laris manis di Indonesia, tetapi kini digeser oleh dominasi film horor.
Dalam dua dekade terakhir, terjadi pergeseran genre film Lebaran kesukaan penonton. Semula film bertajuk drama laris manis, kemudian digeser oleh dominasi film horor. Titik baliknya terjadi pada 2017 silam.
Film Lebaran dalam konteks tulisan ini adalah film yang dirilis sekitar sepekan atau beberapa hari sebelum hari raya. Tidak ada kriteria khusus untuk sebuah film dapat disebut sebagai film Lebaran, hanya pada aspek momen penayangannya saja yang bertepatan dengan libur Lebaran.
Dalam kurun dua dekade terakhir, sejak 2007 hingga 2023 telah terjadi perubahan tren genre film Indonesia yang disukai para penonton. Kompetisi antara film drama dan horor terus berimpitan di kancah industri sinema Indonesia. Film yang ditayangkan saat libur Lebaran menjadi simbol yang mewakili genre film yang sedang populer di tahun tersebut.
Pada rentang 2007 - 2016, ada sejumlah jenis film yang laris di bioskop Indonesia, yakni seperti film drama keluarga, drama percintaan, dan drama religi. Hal ini tercermin dari 10 film terlaris pada tahun-tahun tersebut.
Ambil contoh pada tahun 2008, “Laskar Pelangi” yang diadaptasi dari novel karya Andrea Hirata dengan judul yang sama menjadi film drama terlaris. Laskar Pelangi telah di lihat oleh 4,7 juta penonton kala itu. Capaian Laskar Pelangi sebagai film drama terlaris itu baru tersaingi sepuluh tahun kemudian.
“Dilan 1990” (2018) yang bercerita tentang kisah cinta dua remaja SMA, Dilan dan Milea berhasil menarik minat 6,3 juta penonton untuk berbondong-bondong ke bioskop. Namun, “Dilan 1990” tidak dapat dikategorikan sebagai film Lebaran, sebab penayangan perdananya tidak berdekatan dengan libur hari raya.
Baca juga: Manfaat Menakuti Diri Sendiri dengan Film Horor
Selain drama keluarga, film drama religi sempat naik daun sebagai film Lebaran terlaris. Beberapa judul yang cukup moncer di antaranya “Ketika Cinta Bertasbih” (2009) dapat membukukan sekitar dua juta penonton. Kemudian, ada juga film arahan sutradara Kuntz Agus, “Surga yang Tak Dirindukan” (2015) terbilang cukup berhasil dengan capaian 1,5 juta penonton.
Penanda akhir dominasi genre drama sebagai penguasa film Lebaran terjadi saat penayangan “Rudy Habibie” (2016) yang mencoba peruntungan sebagai sekuel “Habibie Ainun” (2012) yang mampu menggaet 4,6 juta penonton. Kala itu, keberhasilan “Habibie Ainun” dipandang cukup fenomenal. “Rudy Habibie” harus puas dengan raihan dua juta penonton. Meski angkanya hanya setengah dari “Habibie Ainun”, tetapi capaiannya masih dapat bertengger sebagai film terlaris di peringkat enam pada 2016.
Gebrakan film horor, Joko Anwar
Merujuk pada data yang dipublikasikan oleh Film Indonesia pada portal filmindonesia.or.id terlihat tren jumlah penonton film Lebaran mengalami pergeseran berdasarkan genre film. Terpantau sejak tahun 2007 film horor tidak pernah bertengger sebagai film terlaris. Baru pada tahun 2017 untuk pertama kalinya peringkat pertama film terlaris ditonton adalah film horor. Momen ini menjadi titik awal dominasi film horor secara umum, dan khususnya pada momen libur Lebaran.
Adalah film “Pengabdi Setan” (2017) karya sutradara Joko Anwar yang mengubah perwajahan film horor Indonesia. Film tersebut terbilang fenomenal, mampu menggiring 4,2 juta penonton. Rekor sebagai film horor terlaris bertahan hingga akhirnya tersaingi pada tahun 2022.
Angka penonton “Pengabdi Setan” teraingi oleh sekuel keduanya yakni “Pengabdi Setan 2 : Communion” yang mampu menarik 6,4 juta penonton. Di tahun yang sama, “KKN Desa Penari” yang juga merupakan film horor mencapai kesuksesannya dengan jumlah penonton melampaui angka 10 juta.
Jika ditilik ke belakang, film “Pengabdi Setan” merupakan salah satu film horor Indonesia yang ikonik. Masyarakat sangat familiar dengan sosok hantu ibu yang diperankan oleh Ayu Laksmi yang sekaligus menjadi ikon dari “Pengabdi Setan”. Selain hantu ibu, ada juga satu elemen yang menjadi ciri khasnya, yakni bunyi lonceng.
Baca juga: Film Horor Indonesia Tembus Kerja Sama Perdana dengan Lionsgate
Sejak gebrakan “Pengabdi Setan”, pamor film horor Indonesia terus berkibar. Berdasar data penonton dari Film Indonesia, sejak kurun 2017-2023 yang menduduki tahta sebagai film Lebaran paling laris semuanya dari genre horor. Tahun lalu, film “Sewu Dino” yang tayang perdana H-2 Lebaran dapat membujuk 4,9 juta penonton untuk menyaksikan Mikha Tambayong, Karina Suwandi, Rio Dewanto serta sederet bintang lainnya beradu peran dalam film horor itu.
Pada Lebaran tahun ini akan diramaikan oleh duo film horor. Kali ini bisa dibilang tanpa tandingan dari genre lain. Salah satu film yang paling ditunggu oleh pecinta horor adalah “Siksa Kubur” arahan Joko Anwar yang dijadwalkan naik layar perdana pada 10 April 2024.
Sehari setelahya, yakni pada 11 April 2024 akan tayang “Badarawuhi di Desa Penari” sebuah film sempalan (spinoff) dari “KKN di Desa Penari”. Film tersebut berupaya membangkitkan kembali selera para penonton “KKN di Desa Penari”, di mana kali ini cerita berfokus pada sosok utama makhluk halus di film sebelumnya, yakni Badarawuhi.
Seberapa tinggi antusiasme masyarakat menyaksikan “Siksa Kubur” dan “Badarawuhi di Desa Penari” di libur Lebaran kali ini? Akankah film horor yang tayang di masa libur Lebaran akan menduduki posisi sebagai film terlaris tahun ini? Untuk bisa menjadi film terlaris, kedua film horor itu harus mampu menyaingi film “Agak Laen” yang sudah ditonton oleh 9 juta penonton. “Agak Laen” hadir sebagai film yang cukup berbeda dengan tren film belakangan ini yang didominasi oleh film horor.
Melihat perkembangan kualitas film Indonesia dari waktu ke waktu, serta kian tingginya dukungan penonton untuk hadir menyaksikan film di bioskop membuat industri perfilman dalam negeri semakin bergeliat dan tumbuh. Apapun genrenya, baik itu film horor, drama, komedi, ataupun laga aksi tentu akan mendapat apreasiasi yang layak dari masyarakat apabila mampu menghadirkan tontonan yang berkualitas. Untuk sementara ini, film horor masih menjadi hiburan yang cenderung disukai oleh penonton bioskop di Indonesia. (LITBANG KOMPAS)