Masyarakat Anggarkan Dana Lebaran 2024 Lebih Besar
Alokasi anggaran yang disiapkan masyarakat untuk Lebaran tahun ini semakin banyak.
Lebaran tahun 2024 ini tampaknya akan lebih meriah dari tahun-tahun sebelumnya. Bukan hanya dari potensi jumlah pemudik yang lebih besar, melainkan juga alokasi anggaran yang disiapkan masyarakat untuk Lebaran semakin banyak. Hal ini berpotensi mendorong roda perekonomian berputar lebih cepat dan pertumbuhan ekonomi lebih tinggi.
Berdasarkan hasil survei Potensi Pergerakan Angkutan Lebaran Tahun 2024 yang dilakukan Badan Kebijakan Transportasi Kementerian Perhubungan, potensi pergerakan secara nasional pada Lebaran tahun ini yang diperkirakan mencapai 193,6 juta orang. Tingginya estimasi jumlah pergerakan ini disebabkan mayoritas penduduk Indonesia hingga 71,7 persen bepergian pada masa Lebaran tahun ini.
Jumlah tersebut meningkat jika dibandingkan dengan potensi pergerakan tahun lalu yang hanya sekitar 123,8 juta orang. Peningkatan jumlah perjalanan yang cukup drastis itu mengindikasikan besarnya animo publik merayakan Lebaran pada tahun ini.
Antusiasme yang tinggi itu sejalan dengan persiapan finansial yang dialokasikan masyarakat dalam merayakan Lebaran. Seperti yang terekam dalam jajak pendapat Kompas pekan lalu, lebih dari separuh responden sebesar 55,65 persen mengaku anggaran Lebaran tahun ini lebih besar dari alokasi tahun-tahun sebelumnya.
Baca juga: Pasar Kaget Ramadhan Menggairahkan Ekonomi Rakyat
Menariknya, persiapan anggaran yang lebih besar itu ternyata tidak hanya datang dari kelompok berpunya, tetapi juga dari kalangan lainnya, terutama kelas menengah. Jajak pendapat menemukan, enam dari 10 responden kelas menengah atas dan menengah bawah mempersiapkan dana yang lebih besar untuk lebaran tahun ini. Proporsi tersebut lebih tinggi dari responden kelas atas yang berkisar 49,2 persen atau sekitar separuhnya saja yang mengaku mengalokasikan lebih banyak dari Lebaran sebelumnya.
Sementara itu, kelompok responden kelas sosial ekonomi bawah menyatakan tidak ada perubahan anggaran untuk Lebaran tahun ini alias sama saja dengan tahun lalu. Hal ini dapat dipahami bahwa tidak mudah bagi kelompok sosial ekonomi kelas bawah mempersiapkan alokasi yang lebih besar untuk Lebaran. Demi memenuhi kebutuhan harian saja perlu upaya ekstra dibandingkan kelompok di atasnya.
Anggaran dan sumber Dana
Dilihat dari nominal yang dipersiapkan, tampak semakin ke bawah kelas sosial ekonomi masyarakat, nominal yang dipersiapkan pun relatif mengecil. Seperlima responden kelas atas dan menengah atas menyiapkan dana Rp 3 juta-Rp 5 juta juta khusus untuk Lebaran. Sementara itu, hanya 11,7 persen responden kelas menengah bawah dan 5,7 persen responden kelas sosial ekonomi bawah yang menganggarkan dana sejumlah itu. Kedua kelompok bawah tersebut lebih banyak menganggarkan dana di kisaran Rp 1 juta-Rp 3 juta.
Sementara kelompok responden kelas atas yang mempunyai kemampuan ekonomi lebih tinggi relatif cukup banyak mengalokasikan dana di atas Rp 5 juta. Proporsinya hampir mencapai sepertiga responden dari kelompok ini. Bahkan, ada sekitar 8,6 persen responden kelas atas menyiapkan dana lebih dari Rp 10 juta.
Secara umum, persiapan finansial masyarakat untuk Lebaran tahun ini meningkat dibandingkan tahun 2023 lalu. Pada jajak pendapat serupa di tahun lalu, hanya sekitar 45 persen responden yang mengaku alokasi dana untuk Lebaran meningkat dari tahun 2022. Sebesar 40 persen responden lainnya menyatakan tidak melakukan perubahan anggaran, tidak naik dan tidak turun. Sisanya bahkan mengalokasikan dana yang lebih kecil.
Kembali pada temuan jajak pendapat tahun ini, sumber dana yang paling banyak digunakan untuk belanja kebutuhan Ramadhan berasal dari pendapatan mereka, baik dari hasil bekerja maupun berwirausaha. Hal ini berlaku untuk semua kelas sosial ekonomi.
Baca juga: Melestarikan Tradisi-tradisi Ramadhan
Meski demikian, ketergantungan kelompok ekonomi bawah pada hasil bekerja lebih besar dibandingkan kelas sosial yang berada di atasnya. Pasalnya, penerimaan dari sumber lainnya untuk kelas bawah nyaris tidak ada. Minim sekali yang mendapatkan tunjangan hari raya (THR) dari pekerjaannya. Maklum, kelompok ini lebih banyak bekerja di bidang informal sehingga THR bukanlah sesuatu yang bisa diharapkan. Alhasil, pemberian dari keluarga, baik orangtua kepada anak maupun sebaliknya, menjadi salah satu cara untuk menghimpun dana Lebaran.
Berbeda dengan mereka yang secara ekonomi lebih beruntung, THR dipastikan akan diterima menjelang Lebaran tiba. Selain gaji, seperempat responden kelas atas menyatakan bahwa dana yang mereka siapkan khusus untuk Lebaran berasal dari THR. Demikian juga responden kelas menengah atas yang berbelanja kebutuhan Lebaran dari THR yang mereka terima. Ada 19,5 persen responden kelas menengah atas yang menyatakan hal ini.
Temuan jajak pendapat itu mengonfirmasi dua kelompok tersebut mampu menganggarkan dana lebih besar untuk Lebaran tahun ini. Apalagi, proporsi ASN pada dua kelompok responden ini cukup besar dibandingkan kelompok menengah bawah dan golongan bawah. Diketahui, tahun ini pemerintah memberikan THR utuh 100 persen kepada para ASN setelah dipotong sebagian ketika masa pandemi.
Dari sejumlah dana yang disiapkan tersebut, sebagian besar responden akan membelanjakannya untuk pengeluaran khas Lebaran, yakni makanan, baju baru, serta zakat dan angpau. Sepertiga responden lebih banyak mengalokasikan dana untuk menyiapkan hidangan khas Lebaran. Tradisi setahun sekali ini selalu menjadi momentum untuk berkumpul dengan keluarga sehingga sajian makanan khas berselera tidak boleh ketinggalan.
Tak hanya makanan, baju atau produk sandang juga menjadi pos anggaran yang alokasikan untuk segera dibelanjakan. Sekitar seperempat responden lebih banyak mengalokasikan dana Lebaran untuk keperluan penampilan busana itu.
Pos berikutnya yang dialokasikan relatif besar adalah anggaran untuk berbagi kepada sanak saudara, terutama adik, ponakan, dan sepupu. Sekitar 23 persen responden menyatakan mempersiapkan anggaran berbagai ini dengan nominal cukup banyak. Selain berbagai angpau, sebagian responden juga mempersiapkan dana untuk berzakat. Ada sekitar 12 persen responden yang mengalokasikan dana zakatnya untuk diserahkan kepada yang berhak menerima.
Roda ekonomi
Segala persiapan finansial yang sudah dilakukan masyarakat menyambut Lebaran tahun ini pada gilirannya akan membawa dampak positif pada perekonomian. Seperti sebelumnya, Lebaran selalu sukses mengakselerasi gerak roda ekonomi di Tanah Air. Pasalnya, Lebaran tidak bisa dilepaskan dari aktivitas belanja dan konsumsi. Kegiatan ini menjadi kekuatan ekonomi Indonesia hingga saat ini. Lebih dari separuh PDB Tanah Air disumbang oleh pengeluaran konsumsi rumah tangga.
Tahun lalu, momen Lebaran mampu mendorong ekonomi triwulan II-2023 tumbuh sebesar 5,17 persen secara tahunan. Capaian ini bahkan lebih tinggi dibandingkan masa sebelum pandemi. Tahun 2019, misalnya, momen Lebaran tahun itu mengakselerasi pertumbuhan ekonomi triwulan II sebesar 5,05 persen.
Baca juga: THR dan Upaya Distribusi Kebahagiaan
Tahun ini, alokasi anggaran yang lebih besar berpotensi mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi lebih tinggi lagi. Pilihan alokasi belanja yang difokuskan pada makanan dan pakaian akan mendorong mesin industri kedua subsektor tersebut berputar lebih kencang. Proporsi serapan tenaga kerja yang cukup besar akan kembali menggerakkan ekonomi secara nasional.
Di lain sisi, tenaga kerja yang terlibat di dalamnya pun akan ”terselamatkan” di tengah guncangan ekspor, terutama pada produk tekstil dan alas kaki. Seperti tahun lalu, dalam laporan Bappenas disebutkan, utilisasi kapasitas terpasang pada industri barang dari kulit dan alas kaki triwulan II-2023 mencapai 85,3 persen, tertinggi dibandingkan industri lainnya. Tingginya capaian tersebut didorong peningkatan permintaan komoditas alas kaki selama Lebaran.
Semoga fenomena pertumbuhan yang tinggi pada momen Lebaran kembali terjadi di tahun ini kendati publik sedang dihadapkan pada persoalan harga-harga secara umum yang tengah tinggi-tingginya. (LITBANG KOMPAS)