Di Bali, Benteng Banteng Masih Tersisa
Hasil Pemilu 2024 menunjukkan basis PDI-P di Bali mulai tergerus suaranya. Wilayah mana yang masih solid?
Pemilu 2024, PDI-P bagai diterjang badai politik. Upaya memorak-porandakan setiap wilayah yang menjadi basis dukungan partai ini cukup signifikan dirasakan dampaknya.
Kendati masih unggul, Pemilu 2024 menjadi ujian berat bagi PDI-P. Sebab, terjadi penurunan dukungan di sebagian wilayah yang sebelumnya menjadi basis pendukung. Di Bali, yang terbilang paling loyal, kini mulai goyah.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Secara nasional, benteng politik PDI-P terbukti masih kokoh. Dengan mengacu berbagai kalkulasi hitung cepat dan juga berbagai indikator politik lainnya, partai ini diprediksi tetap menjadi pemenang pemilu, meraih 16-17 persen dukungan suara. Keunggulan tersebut meneruskan rekor penguasaan partai hingga tiga kali berturut-turut, yang belum dapat diciptakan partai mana pun setelah Orde Baru.
Namun, kemenangan kali ini menjadi terasa berbeda. Sebab, hampir sebagian besar wilayah terjadi penurunan dukungan suara. Bahkan, yang tidak kurang mengkhawatirkan, di sebagian besar wilayah yang selama ini menjadi kantong-kantong pertahanan PDI-P mulai tergoyahkan.
Provinsi Bali, misalnya, menjadi kandang banteng yang terbilang paling problematik. Betapa tidak, sepanjang sejarah pemilu, Bali menjadi benteng pertahanan PDI-P yang kokoh. Para pemilih PDI-P di provinsi ini terbilang sangat loyal. Tidak hanya loyalitas pilihan partai politik, tetapi apa pun yang menjadi garis kebijakan partai yang langsung berimplikasi pada sikap politik mereka.
Dalam kebijakan dukungan calon presiden dan wakil presiden yang digariskan partai, misalnya, selalu sebangun. Tatkala Megawati Soekarnoputri mencalonkan diri sebagai calon presiden di Pemilu 2004 dan 2009, Bali menjadi kantong suara dukungan. Saat itu, kendati secara nasional Megawati berturut-turut terkalahkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono, loyalitas pemilih Bali tidak luntur.
Begitu pula saat Pemilu 2014 dan 2019. Pencalonan kader partai, Joko Widodo sebagai capres, diikuti oleh totalitas dukungan pemilih Bali. Puncaknya pada Pemilu 2019, tatkala 91,7 persen pemilih di Bali menjatuhkan pilihan politik pada Jokowi-Ma’ruf Amin.
Dengan dukungan sebesar itu, dan didapati juga terjadi secara merata di seluruh wilayah kabupaten dan kota, menjadikan Bali sebagai pendukung Jokowi paling loyal dibandingkan dengan seluruh provinsi lainnya di negeri ini.
Namun, pada Pemilu 2024 kali ini, ujian loyalitas pada PDI-P terjadi. Setidaknya, dua persoalan loyalitas yang perlu diuji di tengah badai politik yang menyergap. Pertama, apakah pada pemilu kali ini loyalitas pilihan pemilih di Bali masih terbilang kokoh pada PDI-P? Dalam hal ini, sejauh mana kekuatan benteng kantong suara partai ini mampu bertahan di tengah arus perubahan politik yang terjadi?
Kedua, tentu saja terkait dengan loyalitas pemilih Bali terhadap garis kebijakan partai dalam pencalonan presiden tatkala pasangan Ganjar Pranowo dan Mahfud MD yang ditetapkan. Apakah pada kedua sosok ini bagian terbesar pemilih Bali menjatuhkan pilihannya sesuai dengan garis kebijakan partai?
Perolehan suara PDI-P di Bali dalam Pemilu 2024
Saat rapat pleno rekapitulasi suara pemilih di Provinsi Bali dilakukan pada Sabtu (9/3/2024), terkuak mulai goyahnya benteng banteng di Bali. Berdasarkan hitungan dukungan pemilih di delapan kabupaten, yaitu Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Klungkung, Bangli, Karangasem, Buleleng, dan Kota Denpasar, PDI-P terbukti masih menjadi partai politik dengan perolehan suara terbanyak pada Pemilu 2024. Total, 1.290.884 dukungan diraih atau sekitar 52,5 persen.
Proporsi sebesar itu jelas kembali menempatkan Bali sebagai benteng banteng dalam pemilu. Dibandingkan dengan capaiannya pada Pemilu 2019, tampak sedikit terjadi penurunan proporsi. Pada pemilu sebelumnya, tidak kurang 54,3 persen suara yang mampu diraih PDI-P.
Namun, di balik kemampuan partai ini mempertahankan keunggulannya terdapat pula beberapa perubahan penguasaan suara. Di satu sisi, secara positif, partai ini justru mampu meraih surplus dukungan pemilih di kantong-kantong basis terkuat PDI-P.
Kabupaten Tabanan dan Gianyar, misalnya, menjadi dua wilayah yang kian solid dukungan pada partai ini. Apabila pada pemilu sebelumnya Tabanan mampu menghimpun pilihan 74,5 persen dari total pemilih di kabupaten tersebut pada PDI-P, sekaligus menjadi kabupaten dengan proporsi terbesar dukungan PDI-P dari seluruh kabupaten dan kota, pada Pemilu 2024 justru meningkat menjadi 75,2 persen. Kondisi yang juga terbilang sama, terjadi penguatan basis dukungan PDI-P, terjadi pada Gianyar, yang kini mampu menghimpun 75,1 persen pemilih pada PDI-P.
Selain Tabanan dan Gianyar, terdapat juga wilayah kemenangan PDI-P yang terbukti semakin solid, yaitu Kabupaten Klungkung, Bangli, dan Karangasem. Namun, dibandingkan Tabanan dan Gianyar, proporsi penguasaan PDI-P di ketiga wilayah ini masih belum sepenuhnya dominan.
Baca juga: Inilah Mengapa PDI-P Tetap Teratas
Pada sisi lain, terdapat pula 4 (empat) dari 9 (sembilan) wilayah kabupaten dan kota yang justru terbilang mengkhawatirkan, lantaran terjadi penurunan dukungan yang signifikan pada PDI-P. Di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung, misalnya, dua wilayah yang menjadi sentra perekonomian Bali justru menurun penguasaan PDI-P.
Proporsi penurunan terbesar terjadi di Kota Denpasar, jika sebelumnya PDI-P mampu menjadi mayoritas, menguasai lebih dari separuh pemilih di ibu kota Provinsi Bali ini, kini menjadi 43,2 persen. Di Kabupaten Badung, penguasaan PDI-P terbilang masih dominan sekalipun melorot ketimbang Pemilu 2019. Dengan sejumlah penurunan yang terjadi, benteng banteng di Bali terlihat mulai goyah.
Perolehan suara Ganjar-Mahfud di Bali dalam Pemilu 2024
Kegoyahan paling teras ajika ditilik dari loyalitas pemilih PDI-P terhadap pilihan capres dan cawapres. Bagi sebagian besar pemilih Bali, pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka tampak lebih menarik ketimbang pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD yang notabene pasangan yang diusung PDI-P.
Hasil rapat pleno KPU Daerah Bali mengungkapkan, jika Prabowo-Gibran mampu meraih dukungan hingga 54,3 persen, Ganjar-Mahfud hanya mampu menghimpun 42 persen dukungan. Kemenangan Prabowo-Gibran di Bali sekaligus mengindikasikan jika tidak semua pemilih PDI-P di provinsi loyal pada capres yang diusung partai.
Kondisi demikian menjadi pembeda yang signifikan yang tidak terjadi pada sejarah pemilu sebelumnya di Bali, di mana kemenangan PDI-P selalu sejalan dengan keunggulan presiden yang diusung partai.
Mencermati lebih jauh kondisi yang terbangun di setiap wilayah kabupaten dan kota di Bali, kegoyahan pilihan politik semakin signifikan terjadi. Dari setiap wilayah di Bali, hanya Kabupaten Tabanan yang terbilang masih bertahan dengan loyalitasnya. Pada wilayah ini, Ganjar-Mahfud unggul, menguasai hingga 58,5 persen dari total pemilih.
Sementara, wilayah benteng banteng Gianyar takluk dengan selisih suara yang terbilang sangat tipis. Pada wilayah kekuatan PDI-P ini, Ganjar-Mahfud meraih dukungan 49,2 persen dan terkalahkan oleh Prabowo-Gibran yang meraih 49,7 persen dukungan.
Pada wilayah lainnya, pasangan Prabowo-Gibran justru unggul jauh ketimbang Ganjar-Mahfud. Beberapa wilayah, seperti Kebupaten Klungkung, Jembrana, Karangasem, Buleleng dan Kota Denpasar, Prabowo-Gibran justru menuai dukungan di atas capaian rata-rata proporsi nasional.
Meskipun dalam pilihan partai PDI-P tetap pemenang, kekalahan Ganjar-Mahfud di sebagian besar wilayah Bali ini sekaligus mengindikasikan mulai luruhnya loyalitas pemilih PDI-P di Bali terhadap garis kebijakan partai. (LITBANG KOMPAS)