Orang Indonesia Rajin Bayar Zakat, Tiap Ramadhan Jumlahnya Meningkat
Alokasi anggaran belanja masyarakat pada Ramadhan tahun ini meningkat dari tahun sebelumnya.
Oleh
YOHANES ADVENT KRISDAMARJATI
·4 menit baca
Alokasi anggaran belanja masyarakat pada Ramadhan tahun ini meningkat daripada tahun sebelumnya. Hasil survei sejumlah lembaga riset menunjukkan terjadi kenaikan sejumlah pos anggaran terkait Lebaran. Anggaran untuk berzakat menjadi yang tertinggi kenaikan alokasi anggarannya, disusul alokasi belanja makanan-minuman dan pakaian pada pos berikutnya.
Pada Januari 2024, lembaga riset pasar YouGov melaksanakan survei mengenai prediksi belanja masyarakat Indonesia selama bulan Ramadhan. Survei yang melibatkan 2.136 responden berusia 18 tahun atau lebih itu mengungkap adanya rencana pengeluaran belanja masyarakat yang lebih tinggi daripada Lebaran 2023.
Hasil survei menunjukkan, sekitar 57 persen responden mengaku akan membelanjakan dana untuk donasi atau berzakat lebih banyak daripada tahun sebelumnya. Hanya saja, dalam survei itu tidak disebutkan nominal yang akan didonasikan para responden.
Jika merujuk dari hasil survei lembaga lain, yakni dari TGM Research, alokasi dana zakat dianggarkan oleh masyarakat Indonesia mencapai 22 persen dari seluruh anggaran belanja selama bulan Ramadhan. Proporsi belanja zakat tersebut terbilang besar karena berada di urutan kedua setelah pos anggaran belanja makanan dan minuman yang mencapai 45 persen.
Setelah anggaran zakat, terdapat anggaran transportasi sekitar 17 persen serta anggaran belanja hantaran parcel dan angpau dengan persentase lebih kecil lagi. Survei dari TGM Research ini dilaksanakan pada Februari 2024 dengan melibatkan 750 responden dari beberapa wilayah di Indonesia.
Data survei dari lembaga YouGov dan TGM Research itu mengindikasikan bahwa niat masyarakat untuk berzakat pada bulan Ramadhan tahun ini lebih besar. Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa tingkat kesadaran umat Islam untuk berzakat kian tinggi dan juga mengindikasikan perbaikan kualitas perekonomian masyarakat secara luas.
Dengan kondisi ini, alokasi dana untuk berzakat kian besar. Setiap individu memiliki zakat yang berbeda sesuai dengan kemampuan perekonomiannya. Zakat yang terkumpul itu diharapkan tersalurkan pada yang berhak menerima sehingga dapat meringankan beban masyarakat yang membutuhkan pertolongan.
Anggaran makanan dan minuman
Selain zakat, alokasi anggaran yang meningkat tinggi pada Ramadhan tahun ini adalah pos belanja untuk makanan dan minuman. Dari hasil survei YouGov, belanja keperluan makanan dan minuman pada Ramadhan tahun ini diperkirakan akan meningkat sebesar 48 persen dari Ramadhan tahun lalu.
Naiknya alokasi anggaran konsumsi tersebut mengindikasikan sejumlah hal. Pertama, daya beli masyarakat meningkat sehingga mengalokasikan dana lebih besar untuk dibelanjakan.
Kedua, kebutuhannya memang meningkat seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian sehingga perlu konsumsi lebih banyak karena jumlah keluarga yang berkumpul juga bertambah.
Ketiga, kenaikan harga barang kebutuhan sehingga mendorong alokasi belanja juga turut meningkat meski jumlah yang dibeli relatif sama.
Khusus kenaikan harga barang konsumsi tersebut, kemungkinan besar memang terjadi sekarang ini. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) pada 1 Maret 2024, penyumbang inflasi terbesar pada akhir bulan lalu mayoritas bersumber dari sektor makanan, minuman, dan tembakau.
Pada Februari 2024, tingkat inflasi year on year (YoY) sebesar 2,75 persen. Besaran inflasi ini disumbang sejumlah komponen pengeluaran, yang pada periode Februari lalu andil inflasi terbesar berasal dari pengeluaran sektor makanan, minuman, dan tembakau yang mencapai 1,79 persen. Besaran ini terpaut cukup jauh dengan andil inflasi terbesar kedua yang ditempati sektor pengeluaran penyediaan makanan dan minuman-restoran yang sebesar 0,24 persen.
Hal itu menunjukkan adanya kenaikan harga-harga pangan yang relatif besar pada bulan lalu. Kemungkinan besar, kenaikan harga itu masih berlangsung hingga saat ini, menyesuaikan dengan situasi Ramadhan yang cenderung bertambah tingkat konsumtif pangannya.
Pakaian Lebaran
Kebutuhan lain yang diperlukan menjelang Lebaran adalah belanja pakaian. Hanya saja, alokasi belanja sandang ini cenderung sama dengan Lebaran tahun lalu. Survei YouGov menunjukkan sebesar 51 persen responden menganggarkan belanja pakaian dengan nominal yang sama seperti Ramadhan setahun silam. Meskipun sebagian besar responden berlaku stagnan, masih ada sekitar 33 persen responden lain yang berencana menambah anggaran belanja pakaian tahun ini.
Terkait belanja pakaian tersebut, mayoritas responden (80 persen) menyatakan berencana belanja pakaian melalui kanal daring. Alasannya, kanal marketplace ini memiliki kelebihan berupa kemudahan dalam berbelanja dengan nominal harga yang kompetitif. Selain itu, berbelanja secara daring dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja.
Berdasarkan laporan Jakpat Special Report 2nd Semester of 2023 yang berjudul ”Indonesia E-commerce Trends 2023”, sebanyak 6 dari 10 warga Indonesia berbelanja daring pada pukul 18.00-00.00. Hal itu menggambarkan waktu belanja cenderung dilakukan ketika orang sedang beristirahat pada petang hari hingga menjelang waktu tidur tengah malam.
Selain leluasa dari segi waktu, keunggulan berbelanja daring berikutnya yang disukai konsumen adalah kemudahan membandingkan harga antarpedagang yang melapak di marketplace. Dengan demikian, konsumen dapat memperoleh kepuasan maksimal karena dapat mencari barang berkualitas baik dengan pilihan termurah.
Hasil survei Jakpat menunjukkan bahwa sebesar 79 persen responden mengaku melakukan pembandingan harga secara maksimal hingga mengecek harga-harga antarplatform marketplace. Namun, ada juga responden yang hanya membandingkan harga dalam satu platform pasar daring.
Kebiasaan tersebut menggambarkan bahwa harga menjadi aspek penting dalam melanjutkan proses transaksi. Terkait harga ini, ada dua faktor yang sangat memengaruhi psikologis pembeli, yakni nominal harga yang kompetitif dan juga rabat yang diberikan pedagang ataupun penyedia platform e-dagang.
Pola perilaku masyarakat dalam berbelanja tersebut cukup menggambarkan bahwa alokasi belanja pakaian dapat ditekan atau dijaga tingkat pengeluarannya seiring dengan kian kompetitifnya harga di pasar daring.
Oleh sebab itu, dari ketiga alokasi besar pengeluaran selama Ramadhan, belanja pakaian adalah pos yang paling memungkinkan untuk dikendalikan tingkat pengeluarannya. Dengan pasar yang kian kompetitif, konsumen bebas untuk menentukan pilihan pakaiannya berdasarkan tingkatan harga dan kualitasnya.
Berbeda dengan pilihan belanja makanan dan minuman yang cenderung pasif karena konsumen dihadapkan pada tingkatan harga yang relatif sama seiring dengan tren harga bahan baku produksi. Pun demikian dengan zakat, masyarakat harus patuh pada takaran yang diatur agama sehingga disesuaikan dengan besar-kecilnya tingkat perekonomian.
Estimasi alokasi belanja sejumlah pengeluaran tersebut yang kian besar menunjukkan kondisi perekonomian masyarakat secara luas semakin baik. Hal ini menjadi sinyal positif bagi kemajuan bangsa yang harapannya dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat Indonesia. (LITBANG KOMPAS)