Air Tanah di Dunia Kian Mengering
Volume air tanah di dunia mengalami penurunan drastis karena digunakan intensif untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Sumber daya air tanah sangat penting bagi ekosistem dan penopang kehidupan umat manusia. Pengambilan air tanah berlebihan menyebabkan makin mengeringnya air tanah di bumi ini. Dampaknya adalah instrusi air laut, penurunan muka tanah, penipisan aliran sungai, dan mengeringnya sumur-sumur penduduk.
Total volume air tawar di seluruh dunia diperkirakan sebesar 10,6 juta kilometer kubik atau 136 kali volume danau terbesar di dunia, yaitu Danau Laut Kaspia di perbatasan Eropa dan Asia. Dari jumlah tersebut, sebanyak 99 persen air tawar dunia berasal dari air tanah. Seluruh air tawar yang digunakan manusia hampir semuanya tersimpan di dalam Bumi.
Selain air tanah, sumber lainnya adalah sungai, danau, dan waduk atau bendungan yang dibangun manusia. Jutaan kilometer kubik kebutuhan air tawar untuk manusia setidaknya 25 persen disumbang dari air tanah. Setiap tahun, konsumsi air tawar meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, pembangunan kawasan perkotaan, hingga pengembangan wilayah industri yang butuh banyak air.
Saat ini, volume air tanah di dunia mengalami penurunan drastis karena digunakan intensif untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pengambilan air tanah jauh melebihi kecepatan pengisian ulang air tanah dari proses infitrasi air hujan. Laporan PBB ”Groundwater: Making the invisible visible” menegaskan, meskipun faktor iklim turut berkontribusi terhadap penurunan volume air tanah, faktor utamanya tetap aktivitas manusia.
Penelitian oleh Scott Jasechko dan sejumlah peneliti lain tahun 2023 mengungkap fakta mengejutkan bahwa setiap tahun air tanah berkurang lebih dari 50 sentimeter. Lebih parah lagi, penurunan tersebut makin cepat hingga 30 persen selama empat dekade terakhir. Penelitian itu dilakukan terhadap 170.000 sumur dan 1.693 sistem penyimpanan air tanah secara kewilayahan (akuifer) di seluruh dunia.
Penelitian berjudul ”Rapid Groundwater Decline and Some Cases of Recovery in Aquifers Globally” tersebut diterbitkan tahun 2024. Pengamatan tinggi muka air tanah dilakukan secara berkala selama delapan tahun di total 40 negara yang mewakili semua ekosistem Bumi, mulai dari wilayah gurun hingga tropis.
Baca juga: Air Minum Tercemar Tinja Terindikasi Bersumber dari Air Tanah
Dari berbagai jenis kegiatan manusia, aktivitas pertanian adalah faktor terbesar penyebab penurunan air tanah di seluruh dunia. Hal tersebut sejalan dengan laporan PBB yang menyebutkan bahwa 69 persen air tanah diambil untuk sektor agraris.
Fenomena menipisnya air tanah di dunia itu merupakan pertanda bahaya bagi peradaban manusia. Sebab, hingga saat ini belum ditemukan teknologi yang mampu mengelola air asin menjadi air tawar secara ekonomis. Padahal, di sisi lainnya kebutuhan air tawar dari air tanah terus meningkat. Biaya teknologi untuk menurunkan salinitas air laut masih terlalu mahal. Dengan demikian, akan semakin banyak kehidupan manusia yang kian sulit karena minimnya ketersediaan air tanah.
Hasil penelitian Scott Jasechko dan sejumlah peneliti lain menunjukkan wilayah pengeringan air tanah terjadi di seluruh pusat-pusat konsentrasi penduduk. Setidaknya ada delapan area yang air tanahnya mengering. Terdiri dari Amerika Serikat, sisi selatan Amerika Latin (Chile dan Argentina), sisi selatan Eropa (Perancis, Spanyol, Jerman, dan sekitarnya), Afrika Selatan, Timur Tengah (Irak, Iran, Arab Saudi, dan sekitarnya), India, sisi timur China dan Taiwan, dan sisi timur Australia.
Akuifer Kering
Penyimpanan air tawar di dalam tanah bukan proses singkat seperti menampung air hujan atau air sungai di bendungan. Bahkan, tidak secepat fluktuasi air sungai yang bisa mengering atau meluap karena debit air karena intensitas hujan. Dibutuhkan waktu bertahun-tahun bahkan hingga ratusan tahun untuk mencapai volume maksimal cadangan air tanah.
Setidaknya ada tiga hal utama yang mempengaruhi pengisian kembali air tanah, yaitu jenis penutup lahan (lahan terbangun atau hutan), intensitas hujan (variabilitas cuaca dan iklim), serta karateristik geologi kewilayahan. Semua air yang terinfiltrasi ke tanah akan mengisi celah-celah bebatuan di dalamnya, sehingga membentuk suatu wilayah berkumpulnya air tanah atau disebut dengan akuifer.
Ada ribuan sistem akuifer di seluruh dunia. Sayangnya, dari penelitian yang dilakukan Scott Jasechko dan sejumlah peneliti lain menunjukkan bahwa sebagian besar sistem akuifer mengering hingga satu meter per tahunnya. Penelitian tersebut juga memasukkan dua titik sistem akuifer di Indonesia, yaitu wilayah Jakarta dan Jawa Barat. Mirisnya, kedua akuifer tersebut berstatus darurat dengan penurunan signifikan tiap tahunnya.
Selain itu, ada juga tiga wilayah lainnya yang mengalami penurunan air tanah pada sistem akuifernya hingga level darurat. Wilayah pertama adalah kawasan timur tengah yang meliputi empat negara, yaitu Jordania, Arab Saudi, Iran, dan Irak. Kawasan ini merupakan titik kritis ketersediaan air tawar karena kondisi iklim yang cenderung kering. Curah hujan tahunan bahkan sangat rendah dibandingkan wilayah lain di dunia.
Baca juga: Muka Air Terus Menurun, Terusan Panama Batasi Jumlah Kapal Melintas
Wilayah kedua adalah sisi tengah hingga selatan India. Ada tujuh negara bagian India yang mengalami penurunan air tahan di sistem akuifernya, yaitu Gujarat, Maharashtra, Telangana, Karnataka, Andhra Pradesh, Tamil Nadu, dan Kerala. Satu kawasan lain yang cukup mengkhawatirkan adalah kawasan ibu kota New Delhi di sisi utara. Konsumsi air tanah di India adalah yang terbesar di seluruh dunia dengan mayoritas digunakan untuk pertanian dan kebutuhan minum.
Wilayah ketiga adalah kawasan China di sisi utara dan timur. Ada delapan kawasan yang menjadi pusat penurunan air tanah, yaitu Heilongjiang, Jilin, Beijing, Ningxia, Hunan, Jiangxi, Guizhou, dan Guangxi. Selain India, China juga memiliki tingkat konsumsi air tanah yang sangat besar. Hal tersebut merupakan dampak dari jumlah penduduk yang mencapai 1,4 miliar jiwa.
Menjaga air tanah
Cadangan air tanah harus dijaga keberlanjutannya. Selain membutuhkan waktu yang sangat lama untuk mengisi kembali cadangan air di dalam tanah, air juga memiliki peran vital bagi kehidupan manusia. Apabila air tanah makin kering, dampak terbesarnya adalah instrusi air laut, penurunan muka tanah, penipisan aliran sungai, dan sumur-sumur mengering.
Semua dampak tersebut berimbas pada membesarnya risiko konflik sosial di masyarakat. Sumber daya air adalah salah satu faktor vital untuk memenuhi seluruh kebutuhan hidup manusia. Keseimbangan ekosistem juga ditentukan oleh cadangan air di dalam tanah. Salah satunya berupa kesuburan lahan dan tingkat keberhasilan petani dalam menanam komoditas pertaniannya.
Selain menghadapi penyusutan volume air tanah yang masif, saat ini lingkungan juga dihadapkan dengan sejumlah persolan terkait pencemaran air tanah yang berasal dari berbagai aktivitas manusia seperti limbah rumah tangga, industri, dan pertambangan. Berdasarkan penelitian yang berjudul ”Sources and Consequences of Groundwater Contamination”, kontaminasi air tanah berdampak pada kesehatan manusia, kualitas lingkungan, dan pembangunan sosial ekonomi masyarakat.
Baca juga: Menyusutnya Separuh Cadangan Air Tawar Danau di Dunia
Ada beberapa jenis polutan yang mengancam kualitas air tanah, seperti logam berat, nitrat, fluorida, dan material organik dari sekresi makhluk hidup. Lahan pertanian yang disuplai dari air tanah tercermar akan mengontaminasi komoditas pertanian sehingga berdampak pada kesehatan manusia yang mengonsumsinya. Salah satunya berupa penyakit-penyakit kardiovaskular dan degeneratif.
Dibutuhkan usaha ekstra untuk menjaga kualitas dan kuantitas air tanah. Akselerasi penurunan air tanah perlu diimbangi tindakan efektif untuk menahan laju penurunan air tanah di sejumlah tempat, khususnya pusat-pusat pembangunan. Selain membatasi penggunaan, salah satu langkah efektif adalah merumuskan kebijakan yang beroritentasi pada keberlanjutan dan kelestarian alam.
Oleh sebab itu, pemerintah perlu mendorong penguatan literasi publik terkait kelestarian lingkungan, termasuk di dalamnya tentang air tanah. Literasi publik terkait sumber daya air tanah penting dalam pembentukan kesadaran untuk menjaga cadangan air. Hal tersebut tentu akan berasosiasi dengan pembentukan sikap publik yang secara sadar akan menggunakan air tanah secara bijak. Selain literasi, pemerintah juga perlu menerapkan regulasi yang tepat dan tegas dalam penggunaan air tanah. Tujuannya, sumber daya air tetap termonitor kualitas dan kuantitasnya serta mampu memenuhi kebutuhan masyarakat secara adil dan merata. (LITBANG KOMPAS)