Dibandingkan generasi lainnya, presentase tertinggi dalam menentukan pilihan di hari pencoblosan ditemukan pada gen Z.
Oleh
GIANIE/LITBANG KOMPAS
·4 menit baca
Masyarakat telah menjatuhkan pilihannya terhadap pasangan yang akan menjadi presiden dan wakil presiden lima tahun ke depan. Dari surveipascapencoblosan yang dilakukan Litbang Kompas terlihat pasangan yang menjadi pilihan tersebut sudah solid ditentukan jauh sebelum hari pencoblosan.
Hasil hitung cepat yang dilakukan Litbang Kompas pada 14 Februari 2024 menunjukkan pasangan calon presiden-calon wakil presiden (capres-cawapres) Prabowo Subianto–Gibran Rakabuming Raka unggul dibandingkan dua pasangan lainnya dengan perolehan mencapai 58,48 persen suara. Bagaimana perilaku pemilih dalam membuat keputusan soal pilihannya itu kemudian dijelaskan melalui survei pascapencoblosan dengan responden sebanyak 7.865 orang yang tersebar di 38 provinsi.
Mengenai kapan pemilih menentukan siapa pasangan calon yang akan dipilih itu waktunya berbeda-beda. Sebanyak 10-12 persen responden baru memutuskan siapa yang akan dipilihnya memimpin Indonesia periode 2024-2029 pada saat hari pencoblosan. Bisa jadi mereka baru memutuskan ketika berada di bilik suara.
Jika dilihat per pasangan calon, responden yang memilih pasangan Anies–Muhaimin lebih solid.
Sebanyak 10,7 persen responden pemilih pasangan Anies Baswedan–Muhaimin Iskandar mengaku baru memantapkan pilihannya pada hari pencoblosan. Dengan persentase yang relatif sama, yakni 10,4 persen, pemilih Prabowo–Gibran juga baru memutuskan pada hari pencoblosan. Persentase yang lebih tinggi, yaitu 12,2 persen, pemilih Ganjar Pranowo–Mahfud MD juga baru memutuskan pilihan pada hari pencoblosan.
Terdapat sebanyak 5-7 persen yang memutuskan pilihan sehari sebelum pencoblosan. Namun, pilihan sebagian besar responden umumnya telah ditetapkan jauh-jauh hari, sekitar sebulan yang lalu atau lebih. Jika dilihat per pasangan calon, responden yang memilih pasangan Anies–Muhaimin lebih solid. Hal itu karena sebanyak 64,2 persen menyatakan telah memutuskan untuk memilih pasangan ini sejak sebulan yang lalu, bahkan lebih dari sebulan yang lalu.
Berada di bawah pasangan Anies–Muhaimin, pasangan Ganjar–Mahfud sudah solid dipilih responden sejak sebulan yang lalu atau bahkan lebih dari sebulan yang lalu oleh sebanyak 63,4 persen. Sementara responden yang sudah solid memilih pasangan Prabowo–Gibran sejak sebulan yang lalu bahkan lebih dari sebulan yang lalu oleh sebanyak 61,9 persen.
Jika melihat pola waktu menentukan pilihan yang jauh-jauh hari ini terlihat bahwa pilihan responden atau masyarakat tidak banyak dipengaruhi debat antarcapres atau antarcawapres, terutama beberapa debat terakhir. Debat antarpasangan calon ini terselenggara lima kali dalam rentang 12 Desember 2023-4 Februari 2024.
Itu artinya, ketetapan mengenai pasangan calon yang akan dipilih pada 14 Februari 2024 sudah terbentuk sekitar awal atau pertengahan Januari 2024. Dua debat yang terakhir sebelum pencoblosan, yang banyak menimbulkan sentimen, baik positif maupun negatif bagi pasangan capres-cawapres, tidak signifikan mengubah pilihan responden.
Dampak debat cenderung memperkuat responden atas pilihannya. Hanya sekitar 17-20 persen responden yang pilihannya menjadi solid setelah debat terakhir terselenggara.
Pertimbangan hingga sampai pada waktu mengambil keputusan tentang siapa yang akan dipilih, selain dipengaruhi oleh sosok pasangan capres-cawapres, juga oleh tingkat pendidikan dan generasi.
Tingkat pendidikan ikut memengaruhi kapan responden solid memutuskan pasangan capres-cawapres yang akan dipilihnya. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin cepat keputusan diambil tentang pasangan yang akan didukung dan dipilih.
Hasil survei pascapencoblosan memperlihatkan responden dari kalangan berpendidikan tinggi banyak yang memantapkan pilihannya sejak sebulan yang lalu atau lebih, yaitu 67,1 persen. Sementara kalangan berpendidikan menengah yang memantapkan pilihannya sejak sebulan yang lalu atau lebih sebanyak 60,7 persen. Adapun kalangan berpendidikan rendah lebih sedikit atau sekitar 57,6 persen yang sudah memutuskan pilihannya sejak sebulan yang lalu atau lebih.
Sebaliknya, semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin sedikit yang membuat keputusan pilihan secara mendadak atau pada saat hari pencoblosan. Hanya sekitar 7,7 persen responden dari kalangan berpendidikan tinggi yang menentukan pasangan yang dipilihnya pada hari pencoblosan. Sementara pada kalangan berpendidikan menengah terdapat sekitar 10,3 persen dan pada kalangan berpendidikan rendah sebanyak 12,7 persen.
Dilihat dari kategori generasi, semakin tua generasi, semakin cepat pula memutuskan siapa yang akan dipilih sebagai presiden dan wakil presiden mendatang. Sebanyak 64,8 persen responden dari generasi baby boomers (usia 55-74 tahun) sudah memutuskan siapa yang akan ia pilih sejak sebulan yang lalu atau lebih. Sedikit di bawah itu terdapat 63,9 persen responden yang merupakan gen X (42-55 tahun) yang sudah menetapkan pilihan jauh-jauh hari.
Terdapat 12,3 persen responden yang baru menentukan pilihannya pada hari pencoblosan dan sebanyak 7,8 persen menentukan pilihan sehari sebelum pencoblosan. Jumlah ini tertinggi dibandingkan generasi lain.
Adapun gen Y madya (34-41 tahun) yang sudah punya pilihan sejak sebulan yang lalu atau lebih sebanyak 60,7 persen dan sebanyak 58,4 persen pada gen Y muda (26-33 tahun). Adapun pada gen Z yang usianya kurang dari 26 tahun, jumlah responden yang pilihannya sudah solid sejak sebulan yang lalu atau lebih sebanyak 53,2 persen.
Kalangan gen Z adalah kalangan yang spontanitas. Terdapat 12,3 persen responden yang baru menentukan pilihannya pada hari pencoblosan dan sebanyak 7,8 persen menentukan pilihan sehari sebelum pencoblosan. Jumlah ini tertinggi dibandingkan generasi lain yang juga baru memutuskan pilihan pada hari pencoblosan atau sehari sebelumnya.
Untuk memutuskan siapa yang akan dipilih menjadi pemimpin memang dibutuhkan pertimbangan dan kehati-hatian. Namun, faktor kematangan karena kemampuan berpikir yang lebih tinggi serta pengalaman yang dimiliki menentukan cepat atau lambatnya seseorang menentukan pilihan pemimpinnya.
Para pemilih pemula yang baru pertama kali memilih dalam pemilu kali ini punya kecenderungan pola waktu memutuskan pilihan yang sama dengan gen Z secara umum. Separuh dari responden (50 persen) pemilih pemula ini sudah menentukan pilihannya sejak sebulan yang lalu atau lebih. Namun, terdapat 12,3 persen yang menjatuhkan pilihan di saat hari pencoblosan.
Keputusan yang diambil hanya dalam lima menit di bilik suara akan menentukan nasib bangsa lima tahun ke depan.