Qatar menjadi juara Piala Asia 2023 setelah menaklukkan Jordania. Akram Afif menjadi bintang dalam pertandingan puncak.
Oleh
VINCENTIUS GITIYARKO
·4 menit baca
Pertandingan final Piala Asia yang digelar di stadion Lusail, Sabtu malam (10/02/2024), berakhir dengan skor 3-1 untuk kemenangan Qatar atas Jordania. Tiga gol tuan rumah kesemuanya dicetak melalui titik putih oleh Akram Afif. Qatar mengulang apa yang terakhir dilakukan oleh Jepang 20 tahun silam, yakni menjuarai Piala Asia dua kali berturut-turut.
Pada menit-menit awal, pertandingan berjalan ketat. Kedua tim tampil penuh energi, baik untuk bertahan maupun menyerang. Akan tetapi, publik tuan rumah bergemuruh memasuki menit ke-20 setelah pelanggaran pemain Jordania dilakukan di kotak penalti.
Wasit Ma Ning asal China memberikan keputusannya dan dikonfirmasi dengan rekaman VAR. Akram Afif menjadi eksekutor dan sukses memperdaya kiper Yazeed Abulaila. Babak pertama berlanjut alot dengan bola cenderung berada di kaki pemain Jordania. Namun upaya menyamakan kedudukan belum berhasil. Babak pertama berakhir dengan skor 1-0 untuk Qatar.
Usaha Jordania untuk menyamakan skor kembali digencarkan memasuki babak kedua. Sejumlah peluang terjadi, namun gol baru tercipta pada menit ke-67. Bola hasil umpan silang dari sisi sayap kanan serangan Jordania berhasil dikontrol oleh Yazan Al-Naimat di mulut gawang Qatar yang segera menyambarnya dengan sepakan keras kaki kiri.
Akan tetapi, gol penyeimbang ini tidak bertahan lama. Pada sekitar menit ke-70, sebuah insiden kembali terjadi di kotak penalti Jordania. Wasit tidak langsung mengambil keputusan. Barulah setelah melihat tayangan ulang VAR, Wasit Ma Ning kembali memberikan hadiah tendangan penalti bagi Qatar.
Afif kembali menjadi algojo tendangan penalti. Dengan arah yang sama dengan tendangan penalti pertama, kiper Yazeed sempat bergerak ke arah yang tepat. Namun, sepakan Afif terlampau deras untuk digagalkan. Skor berubah 2-1 untuk Qatar.
Gol ini tak lantas mematahkan semangat para pemain Jordania. Tim asuhan pelatih Hussein Ammouta ini beberapa kali mencetak peluang untuk menyamakan skor lagi. Akan tetapi, hingga memasuki menit injury time tidak ada percobaan yang berhasil. Sebaliknya, sebuah insiden kembali terjadi di kotak penalti Jordania.
Akram Afif yang berhasil meloloskan diri dari pemain bertahan Jordania, dijatuhkan oleh Yazeed Abulaila di kotak penalti. Keputusan awal wasit adalah offside. Namun setelah jajaran wasit VAR menyarankan Ma Ning untuk melihat ulang rekaman, akhirnya keputusan yang diambil wasit adalah penalti untuk ketiga kalinya bagi Qatar.
Afif sendiri pula yang kembali menjadi penendang sepakan penalti untuk ketiga kalinya. Berbeda dengan dua tendangan sebelumnya, kali ini pemain nomor 11 ini mengarahkan bola ke sisi kiri kiper Yazeed untuk mengecoh. Gol ketiga untuk drama ketiga VAR dalam pertandingan ini mengubah skor menjadi 3-1 untuk Qatar. Masih ada sekitar delapan menit sisa waktu di injury time. Namun, skor tidak berubah.
Meskipun kalah, Jordania tetap mencatat sejarah untuk pertama kali berhasil masuk ke babak final Piala Asia. Dari catatan statistik pertandingan, Jordania sebenarnya sedikit lebih unggul.
Jordania unggul penguasaan bola 58 persen dibandingkan Qatar 42 persen. Selain itu jumlah operan Jordania pun lebih banyak ketimbang Qatar dengan akurasi operan 70 persen berbanding 60 persen.
Tak hanya itu jumlah ancaman ke gawang pun lebih banyak dilakukan oleh Jordania, yakni 16 kali dengan enam mengarah ke gawang. Qatar hanya melakukan tembakan sebanyak delapan kali namun dengan dengan tujuh on target. Hasil akhir laga seakan menunjukkan bahwa secara mental Jordania masih perlu memperbanyak jam terbang di pertandingan dengan tensi tinggi.
Terlepas dari bagaimana tiga gol tercipta melalui drama sepakan penalti, Qatar mengukirkan sejarahnya untuk menjuarai Piala Asia dua kali berturut-turut.
Pada perhelatan terakhir, Qatar menjuarai Piala Asia 2019 setelah mengalahkan Jepang juga dengan skor 3-1 di partai final. Salah satu gol Qatar kala itu juga dicetak oleh Akram Afif melalui titik putih.
Keberhasilan Qatar menjuarai Piala Asia dua kali berturut-turut (dalam format di luar round-robin) menempatkannya setara dengan Iran (1972 dan 1976), Arab Saudi (1984 dan 1988), serta Jepang (2000 dan 2004).
Namun, Qatar menjadi timnas pertama yang menjuarai Piala Asia dua kali berturut-turut dengan jumlah tim peserta sebanyak 24. Jumlah tim peserta dalam turnamen-turnamen sebelum tahun 2019 kurang dari itu.
Dalam pertandingan bersejarah bagi Qatar ini, Akram Afif tak hanya menjadi bintang dengan mencetak hattrick. Afif sekaligus keluar sebagai pencetak gol terbanyak dalam turnamen kali ini dengan catatan delapan gol.
Penyerang Qatar ini mengungguli penyerang Irak Aymen Hussein yang berada di posisi kedua dengan enam gol. Sementara penyerang Jordania Al Naimat harus puas dengan catatan empat gol setara dengan torehan Ayase Ueda asal Jepang.
Catatan manis Afif menempatkannya di posisi kedua pemain dengan jumlah gol terbanyak dalam satu turnamen Piala Asia. Catatan terbaik saat ini ditorehkan oleh Almoez Ali yang juga merupakan pemain Qatar. Ia mampu mencetak sembilan gol dalam satu turnamen pada Piala Asia 2019.
Di akhir Piala Asia 2023, secara total Afif sudah mengoleksi 9 gol dan Almoez 11 gol di sepanjang kompetisi Piala Asia. Melihat usia Afif dan Almoez yang masih 27 tahun, terbuka lebar kesempatan bagi kedua pemain ini untuk menyusul pencetak gol sepanjang masa Piala Asia yang saat ini dipegang pemain Iran Ali Daei dengan 14 gol. Ali sudah pensiun dari timnas Iran sejak 2006.
Tak hanya soal sejarah dan prestasi yang berhasil diukir, keberhasilan Qatar untuk menjadi juara dalam kompetisi ini juga menunjukkan transformasi pengelolaan sepak bola yang semakin baik di negara ini.
Ditarik sepuluh tahun ke belakang, ranking FIFA timnas putra Qatar berada di kisaran peringkat 100. Posisi Qatar melonjak berkisar di peringkat 50-an pada tahun 2019.
Sepak bola tampak juga makin dekat dengan warga Qatar. Pada tahun 2022 negara ini menjadi tuan rumah Piala Dunia. Menjadi menarik apabila Qatar akhirnya juga memperbaiki pengelolaan liga domestiknya sebagaimana liga Arab Saudi, negara tetangga, yang kini dihuni oleh para pemain bintang dunia.
Dampak positif ini tentu akan berimbas bagi sepak bola di Asia secara umum yang akan naik pamornya menyusul negara-negara di benua Eropa dan Amerika. (LITBANG KOMPAS)