Drama Korea di Panggung Piala Asia
Korea Selatan melaju ke semifinal Piala Asia 2023. Akankah mereka berhasil mengakhiri penantian panjang menjadi juara?
Tak hanya di layar film, drama Korea pun terjadi di perhelatan Piala Asia 2023. Bagaimana tidak, pertandingan 16 besar dan perempat final dimenangi melalui drama menegangkan dengan alur cerita yang mirip.
Di babak 16 besar, tim asuhan Jurgen Klinsmann ini menghadapi Arab Saudi pada Selasa, 30 Januari 2024. Secara ranking FIFA, Korea Selatan memang lebih unggul. Korsel berada di peringkat ke-28 FIFA dan Arab Saudi berada di posisi ke-53.
Namun, strategi timnas Arab Saudi saat ini diracik oleh pelatih sekaliber Roberto Mancini. Pelatih berusia 59 tahun ini pernah melatih tim-tim elite Eropa macam Inter Milan dan Manchester City.
Benar saja, Arab Saudi bukan lawan yang mudah ditaklukkan oleh Korea Selatan. Arab Saudi tampil menyulitkan dengan menekan pertahanan Korea Selatan. Pada menit ke-41, gol hampir dicetak oleh Arab Saudi setelah dua kali bola menyapa mistar gawang Jo Hyeon-woo. Namun, babak pertama berakhir nirgol.
Setelah babak pertama berakhir seri, Arab Saudi kembali menggencarkan serangan di babak kedua. Bahkan, pada menit ke-46, Abdullah Radif berhasil menceploskan bola ke gawang Korsel setelah menerima umpan terobosan dari lapangan tengah sisi kiri serangan Arab Saudi. Unggul satu gol, Arab Saudi merapatkan lini tengah dan belakangnya untuk menahan serangan Korea Selatan.
Pertandingan seterusnya berjalan alot dengan Korea Selatan lebih banyak menguasai bola dan mencoba membangun serangan. Kiper Arab Saudi, Al-Kassar, beberapa kali harus berjibaku menghentikan tembakan para pemain Korea Selatan.
Memasuki akhir laga, harapan para pendukung timnas Korsel tampak mulai pupus. Segala macam skema serangan yang dibangun belum mampu mengoyak jala gawang Al-Kassar. Di pinggir lapangan, tampak perangkat pertandingan mengangkat papan yang menjadi isyarat pertandingan akan memasuki masa injury time sepanjang 10 menit.
Akan tetapi, para pemain Korea Selatan tak mengendurkan serangan. Sebaliknya, ancaman ke gawang Arab Saudi dilancarkan makin intensif. Setelah berkali-kali kandas, akhirnya serangan Korea Selatan membuahkan hasil.
Pada menit 90+9, sebuah umpan silang dari sisi kanan lapangan disambut sundulan Seol Young-woo yang diarahkan ke jantung pertahanan Arab Saudi. Bola tersebut segera disambut Cho Gue-sung, juga dengan sundulan, ke gawang kosong setelah Al-Kassar salah mengantisipasi arah datangnya bola.
Pertandingan akhirnya dipaksakan berlanjut ke babak tambahan dengan dua kali 15 menit. Namun, dalam dua kali babak tambahan tak ada gol yang tercipta sehingga pemenang harus diputuskan melalui adu penalti.
Dalam drama adu penalti, empat pemain Korsel sukses menendang bola dari titik putih masuk ke gawang. Sementara hanya dua pemain Arab Saudi yang mampu mengoyak jala Jo Hyeon-woo. Drama menegangkan berakhir dengan kemenangan Korea Selatan.
Baca juga: Piala Asia 2023, Siapa Saja Kandidat Kuat Juara?
Perempat final
Drama serupa dilakoni Korea Selatan ketika menghadapi Australia pada Jumat, 2 Februari 2024. Australia tampil antisipatif sejak awal laga dengan bermain defensif. Pemain Korea Selatan dibiarkan lebih banyak menguasai lapangan tengah, namun barisan pertahanan Australia dirapatkan untuk menutup ruang gerak para penyerang Korsel.
Skema ini berjalan rapi bagi Australia pada babak pertama, meskipun pada menit ke-30 Hwang Hee-chan sempat mencetak gol yang dianulir karena offside. Untuk menyerang, Australia lebih mengandalkan serangan balik.
Strategi ini berhasil membuahkan gol bagi Australia pada menit ke-42 yang dicetak oleh Craig Goodwin. Babak pertama berakhir dengan skor 1-0 untuk Australia.
Memasuki babak kedua, pola permainan tidak banyak berubah. Bola lebih banyak dikuasai oleh pemain Korsel, sementara Australia membangun pertahanan rapat dengan lima pemain berdiri sejajar di garis pertahanan.
Hal ini membuat para pemain Korea Selatan lebih banyak memainkan bola di area tengah dan sayap lapangan. Aliran bola terus dipatahkan para pemain Australia di kotak penalti.
Hingga laga hampir berakhir, skor tidak berubah untuk keunggulan Australia. Ketika wasit memberikan waktu tujuh menit injury time, para pendukung Korsel di dalam lapangan tampak kehilangan asa.
Stadion akhirnya bergemuruh pada injury time menit ke-4. Tusukan Son Heung-min harus dihadang dengan ganjalan kaki Lewis Miller di kotak penalti yang berbuah pelanggaran.
Insiden ini membuat wasit memberikan hadiah tendangan penalti bagi Korea Selatan. Hwang Hee-chan sebagai algojo sukses menyarangkan bola ke gawang melewati kiper Mathew Ryan. Apa yang terjadi di pengujung waktu normal ini seakan mengulangi drama Korea Selatan dalam pertandingan 16 besar sebelumnya, mencetak gol penyeimbang di menit injury time babak kedua.
Selain itu, pertandingan juga harus dilanjutkan ke babak tambahan dua kali 15 menit. Bedanya, kali ini Korea Selatan tampil makin trengginas. Mereka terus mengurung pertahanan Australia.
Hasilnya, Lewis Miller kembali melakukan pelanggaran berjarak tipis di luar kotak penalti. Kesempatan ini tidak disia-siakan. Son Heung-min yang juga penyerang Tottenham Hotspur mengeksekusi tendangan bebas dengan manis. Skor berbalik 2-1 untuk keunggulan Korea Selatan.
Australia tampak ingin memaksakan hasil imbang dengan mengubah posisi bek jangkung mereka, Harry Souttar, sebagai penyerang. Namun, usaha ini tak berhasil.
Sebaliknya, emosi yang tak terkontrol memicu Aiden O’Neill melakukan pelanggaran keras yang membuatnya mendapat kartu merah. Situasi makin berat bagi Australia. Korea kembali memenangi drama menegangkan bagaikan lolos kedua kalinya melewati lubang jarum.
Baca juga: Presiden: Ini Sejarah Indonesia Lolos ke 16 Besar
Harapan
Lolosnya Korea Selatan sebagai semifinalis membuka harapan besar membidik gelar juara. Meskipun tim kuat di Asia, Korea Selatan terakhir kali menjuarai kompetisi Piala Asia pada tahun 1960, sudah lebih dari 60 tahun lalu.
Harapan ini tentu didukung keberadaan pemain-pemain andalan mereka yang malang melintang di liga elite Eropa, seperti Son Heung-min, Lee Kang-in, dan Hwang Hee-chan.
Motor serangan Korea Selatan ini membuktikan diri memberikan angka produktivitas yang positif. Dalam lima pertandingan Piala Asia sejauh ini, Korea Selatan tak pernah luput mencetak gol. Jika ditotal, Korsel sudah mencetak 10 gol sepanjang pergelaran ini atau rata-rata dua gol per pertandingan.
Akan tetapi, jika berbicara soal juara, Jurgen Klinsmann tampaknya harus lebih memperhatikan sisi pertahanan. Dalam lima pertandingan terakhir, Korsel tak pernah luput dari kebobolan. Jika dirata-rata, Son dan kawan-kawan kemasukan 1,6 gol per pertandingan.
Sebelum menatap pertandingan final, timnas Korea Selatan akan menghadapi Jordania di semifinal. Meskipun unggul di atas kertas, mengingat belum pernah sekali pun mencatat clean sheet di turnamen ini, pertahanan Korsel tampak tak mustahil akan dibobol oleh Jordania.
Apalagi, di fase grup, dua tim ini pernah bersua dengan skor 2-2. Akankah Korea melanjutkan dramanya dengan akhir yang manis, ataukah penantian panjang menjadi juara masih akan menemui kisah tragis tahun ini? (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Piala Asia 2023, Ujian Kemanjuran Program Naturalisasi