Demokrat, Perjuangan Mengembalikan Kejayaan
Agus Harimurti Yudhoyono menyiapkan 10 program untuk membangkitkan kembali kejayaan Partai Demokrat.

Partai Demokrat pernah mendulang kemenangan ganda pada pemilu legislatif dan pemilu presiden tahun 2009. Sebagai partai yang saat itu baru berusia muda, kemenangan ini menjadi puncak kejayaan. Pemilu 2024 akan menjadi pembuktian kepemimpinan Agus Harimurti Yudhoyono apakah mampu menaikkan elektabilitas partai dan mengembalikan kejayaan.
Pendirian Partai Demokrat pada 9 September 2001 dimaksudkan sebagai kendaraan politik untuk mengantarkan penggagasnya, yaitu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), ke kursi presiden. Ketika pertama kali menjadi peserta pemilu tahun 2004, partai ini berhasil meraup 8,4 juta suara atau 7,45 persen. Sebuah pencapaian besar mengingat saat itu Partai Demokrat baru berusia tiga tahun.
Dengan perolehan ini, Partai Demokrat berada di peringkat kelima di jajaran partai peserta pemilu setelah Partai Golkar, PDI-P, PKB, dan PPP. Perolehan suara itu mengantarkan banyak kader Partai Demokrat duduk di parlemen dengan mendapat 56 kursi (10,18 persen).
Pada pemilu presiden tahun itu pula SBY maju sebagai calon presiden berpasangan dengan Jusuf Kalla (JK). Pasangan ini diusung Partai Demokrat berkoalisi dengan Partai Bulan Bintang serta Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia. Hasilnya, SBY-JK terpilih jadi presiden dan wakil presiden setelah di putaran kedua memperoleh 69,2 juta suara atau 60,62 persen mengalahkan pasangan Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi.
Tidak butuh waktu lama, Demokrat menjadi partai nomor satu dalam keikutsertaan yang kedua di pemilu. Pada Pemilu 2009, Demokrat meraih kemenangan tidak hanya di pemilihan presiden, tetapi juga di pemilihan legislatif. Di pileg, Demokrat memperoleh suara terbanyak, yakni 21,6 juta (20,81 persen). Demokrat menguasai 148 kursi di parlemen (26,43 persen). Di pilpres, SBY kembali menjadi presiden berpasangan dengan Boediono, dengan perolehan 73,8 juta suara (60,8 persen). Pasangan ini diusung Demokrat yang berkoalisi dengan PKS, PAN, PPP, dan PKB.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F07%2F03%2F9f171f4a-9046-40f1-ac07-54b34ebaa93f_jpg.jpg)
Calon presiden dari Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono tersenyum sambil berjalan dari pendapa menuju rumahnya di Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Senin (4/10/2004) malam. Yudhoyono bersyukur setelah mendengar pengumuman hasil rekapitulasi Komisi Pemilihan Umum (KPU), yang menyatakan dia bersama Jusuf Kalla merupakan pasangan presiden-wakil presiden terpilih pada Pemilu 2004.
Raihan Partai Demokrat yang meningkat drastis pada Pemilu 2009 tidak lepas dari kekuatan figur SBY. Peningkatan suara Demokrat linier dengan penambahan suara rakyat yang mendukung SBY di pilpres. Adapun kekuatan figur SBY ditopang citra positif terhadap pemerintahan yang dikelolanya selama periode pertama. SBY berhasil meletakkan fondasi yang baik dalam pembangunan ekonomi, kesejahteraan sosial, penegakan hukum, dan demokrasi, sesuai harapan reformasi.
Keberhasilan di bidang pemerintahan menyumbang citra positif bagi Demokrat. Hal itu ditambah dengan SBY yang dengan gaya kepemimpinan karismatiknya mampu mengelola internal partai sehingga tampil sebagai partai bercitra baik dan bersih. Hal itu sebelum kasus korupsi menerpa ketua umum dan kader partainya di periode kedua kepemimpinan SBY sebagai presiden.
Sampai Pemilu 2009, Demokrat mampu membangun kantong-kantong suara utama di Pulau Jawa, yaitu di Jawa Barat (19,56 persen), Jawa Timur (16,87 persen), dan Jawa Tengah (11,32 persen). Juga di DKI Jakarta dan Sumatera Utara dengan porsi masing-masing hampir 7 persen.
Ketua umum
Dalam 10 tahun pertama perjalanan politiknya, Partai Demokrat berupaya membangun kelembagaan partai yang kuat bertumpu pada kaderisasi. Regenerasi kepemimpinan ditumbuhkan agar tidak bergantung pada figur SBY semata. Hal itu tampak dari sosok ketua umum yang silih berganti memimpin Demokrat.
Hingga tahun 2010, terdapat tiga sosok yang menjadi ketua umum Partai Demokrat. Pada awal terbentuknya, ketua umum dijabat Subur Budhisantoso untuk periode 2001-2005. Ketua umum berikutnya adalah Hadi Utomo pada periode 2005-2010.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F07%2F03%2Fa420483f-2cd4-49fb-ba9b-ae26b94c5cee_jpg.jpg)
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono didampingi istrinya Kristiani Herawati, Wakil Presiden Jusuf Kalla dan istrinya Mufidah Jusuf, serta Ketua MPR Hidayat Nur Wahid melambaikan tangan usai mengikuti acara pelantikan presiden-wakil presiden periode 2004-2009 di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Rabu (20/10/2004).
Selanjutnya, kader muda Anas Urbaningrum terpilih dalam Kongres II Demokrat di Bandung untuk periode 2010-2015. Namun, karena tersangkut kasus korupsi proyek Hambalang bersama kader lainnya, pada 2013 posisinya digantikan SBY yang merupakan Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat dan masih menjabat Presiden RI.
Baca juga: Deklarasikan Dukungan, Demokrat Minta Prabowo Jaga Kesinambungan Pembangunan
Melalui Kongres IV Demokrat di Surabaya, SBY kembali menjadi ketua umum untuk periode 2015-2020. Dalam masa kepemimpinan periode itu, Partai Demokrat tak berhasil mempertahankan posisi sebagai partai nomor satu. Pemilu 2009 menjadi puncak sekaligus titik balik bagi Demokrat dalam kontestasi pemilu.
Di Pemilu 2014, perolehan suara Demokrat turun jadi 12,7 juta suara (10,19 persen). Posisinya menjadi yang keempat setelah PDI-P, Partai Golkar, dan Partai Gerindra. Penguasaan kursi di parlemen juga berkurang jadi 61 kursi (10,89 persen).
Penyebab merosotnya elektabilitas Demokrat ini salah satunya dipicu kasus korupsi yang melibatkan kadernya. Kepercayaan publik terhadap Demokrat luntur terutama dalam hal pemberantasan korupsi. Hal ini juga berimbas pada kepuasan publik terhadap kinerja pemerintahan SBY periode kedua yang ikut turun.
Penurunan elektabilitas Demokrat masih berlanjut di Pemilu 2019. Perolehan suara partai ini turun menjadi 10,8 juta suara (7,77 persen). Posisinya menjadi yang ke-7, hanya unggul dibandingkan dengan PAN dan PPP. Keterwakilan di DPR pun menjadi 54 kursi (9,41 persen), lebih sedikit dibandingkan dengan hasil Pemilu 2004.
10 program
Dalam kondisi penurunan capaian elektoral, suksesi kepemimpinan SBY di Partai Demokrat dilanjutkan oleh putra sulungnya. Agus Harimurti Yudhoyono terpilih secara aklamasi dalam Kongres V di Jakarta menjadi Ketua Umum Partai Demokrat periode 2020-2025.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F08%2F10%2F6ff01624-adf5-429b-a0c6-b0e65c479684_jpg.jpg)
Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono saat menyampaikan pidatonya pada acara Peluncuran Buku Tetralogi Transformasi Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di Djakarta Theater, Jakarta, Kamis (10/8/2023).
Dalam pidato yang disampaikan setelah terpilih menjadi ketua umum, AHY mengajak semua kader membangkitkan kembali kejayaan Partai Demokrat seperti masa ayahnya berkuasa. Hal itu dengan melakukan kerja-kerja merawat basis pemilih loyal. Juga menggarap basis-basis suara baru di berbagai daerah dan berbagai segmen masyarakat.
AHY dalam salah satu bukunya yang berjudul Tetralogi Transformasi AHY: Bersama Kita Kuat, Bersatu Kita Bangkit (2023) menyampaikan 10 program umum yang akan dijalankan untuk meraih kembali kejayaan. Semua program tersebut menekankan upaya menyeluruh pada pembenahan internal partai.
Secara umum, AHY ingin Partai Demokrat menjadi partai modern yang cerdas (smart party). Karena itu, bukan hanya program-program pengabdian masyarakat yang menjadi fokus. Kualitas dan militansi kader pun harus ditingkatkan, termasuk merekrut kader-kader milenial dan menyiapkan sistem prestasi (merit system) dalam karier politik kepartaian.
Pemilu 2024 akan menjadi pembuktian kepemimpinan AHY apakah mampu menaikkan elektabilitas partai dan menguasai kembali parlemen. Peluang bagi AHY untuk berkontestasi dalam Pilpres 2024 sudah tertutup setelah Komisi Pemilihan Umum menetapkan tiga pasangan capres-cawapres. Demokrat bersama partai lain yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju mendukung capres dan cawapres Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.