Menimbang Komitmen Capres pada Bidang Kesehatan
Indonesia menghadapi beragam tantangan di bidang kesehatan untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045, di antaranya tengkes, penyakit menular, hingga pelayanan kesehatan yang belum merata.
Menjelang Pemilihan Presiden 2024, Indonesia dihadapkan pada beragam tantangan kompleks di bidang kesehatan untuk mewujudkan tujuan Indonesia Emas 2045. Permasalahan ini mulai dari tengkes, pengendalian penyakit menular, hingga pelayanan kesehatan yang belum merata.
Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan setiap warga negara berhak mendapat pelayanan kesehatan tanpa memandang status sosial dan ekonomi. Hidup sehat bagian dari hak asasi manusia dan merupakan investasi jangka panjang bagi suatu negara.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Kendati berbagai langkah telah dilakukan untuk menggapai kualitas manusia yang sehat dan unggul, tampaknya hingga kini belum mencapai titik ideal. Kesehatan masyarakat masih menjadi tantangan yang mendesak ditangani.
Beberapa indikator menunjukkan hal tersebut. Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Anak-anak (Unicef) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, angka prevalensi tengkes (stunting) Indonesia menempati urutan tertinggi ke-27 dari 154 negara yang memiliki data tengkes. Kondisi itu menjadikan Indonesia berada di urutan ke-5 di antara negara-negara Asia.
Berdasarkan data Studi Status Gizi Indonesia, prevalensi tengkes di Indonesia 2022 sebesar 21,6 persen pada anak balita. Angka ini menunjukkan hampir satu dari empat anak balita mengalami tengkes, yang mengindikasikan tingkat kekurangan gizi yang signifikan.
Indonesia tercatat di posisi kedua dengan jumlah penderita tuberkulosis terbanyak di dunia setelah India, diikuti China, Filipina, Pakistan, Nigeria, Bangladesh, dan Republik Demokratik Kongo secara berurutan.
Indonesia juga di peringkat kelima dengan kasus diabetes terbanyak di dunia. Jumlah orang dengan diabetes meningkat dari 10,7 juta pada 2019 menjadi 19,5 juta pada 2021.
Belum lagi, persentase perokok aktif di Indonesia yang terus meningkat. Riset Kesehatan Dasar melaporkan prevalensi perokok anak usia 10-18 tahun meningkat dari 7,2 persen (2013) menjadi 9,1 persen (2018). Ini menempatkan Indonesia berada di peringkat ketiga jumlah perokok aktif terbesar di dunia setelah China dan India.
Di sisi tenaga kesehatan, Kementerian Kesehatan mencatat jumlah dokter di Indonesia per 31 Desember 2020 sebanyak 123.691 orang. Namun, sebarannya belum merata. Sebanyak 57,63 persen atau 71.286 di antaranya berpusat di Jawa dan 17.032 dokter di antaranya berada di DKI Jakarta.
Selain itu, tak kurang dari Rp 113,47 triliun dana digelontorkan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan untuk pelayanan kesehatan peserta Jaminan Kesehatan Nasional sepanjang 2022.
Baca juga: Target Percepatan Penurunan ”Stunting” Kian Tinggi
Kondisi itu tentu tidak ideal untuk menyongsong Indonesia Emas 2045. Hal ini disebabkan Indonesia Emas 2045 sangat dipengaruhi kualitas sumber daya manusia yang akan memperjuangkan nasib bangsa pada bonus demografi Indonesia, yang diprediksi mencapai puncak pada 2030-2040.
Di tengah beragam tantangan bidang kesehatan tersebut, Indonesia kembali memasuki tahun politik. Tiga pasangan calon presiden-wakil presiden akan berkontestasi untuk Pilpres 2024, yaitu Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Ganjar Pranowo-Mahfud MD, dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Melalui visi dan misi, mereka menawarkan solusi atas persoalan bangsa, termasuk di bidang kesehatan.
Layanan kesehatan
Mengusung visi ”Indonesia Adil Makmur untuk Semua”, pasangan calon presiden dan wakil presiden dari Koalisi Perubahan, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar, ingin mewujudkan Indonesia adil, makmur, serta sejahtera bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dalam dokumen visi-misi mereka, ada delapan jalan perubahan yang termaktub di dalam misinya. Aspek kesehatan berada di misi kelima, yaitu mewujudkan manusia Indonesia yang sehat, cerdas, produktif, berakhlak, serta berbudaya.
Pasangan itu mempunyai lebih dari 20 program terkait kesehatan. Mereka berfokus pada kesejahteraan tenaga kesehatan, pemenuhan gizi seimbang untuk ibu dan anak, menurunkan prevalensi tengkes, hingga perbaikan layanan kesehatan.
Salah satu agenda kesehatan yang mendapat perhatian adalah kesehatan ibu, bayi, dan tumbuh kembang anak. Ditargetkan angka tengkes turun dari 21,6 persen pada 2022 menjadi 11-12,5 persen pada 2029.
Baca juga: Fenomena Anak Stunting di Perkotaan, Dekat dengan Keseharian
Ada berbagai upaya yang disiapkan untuk mencapai target itu. Salah satunya pendampingan ibu hamil hingga 1.000 hari pertama kehidupan anak, kolaborasi lintas sektor, serta penguatan pendukung bagi kader desa/kelurahan untuk menjamin ketersediaan pangan seimbang, pencegahan infeksi, dan perbaikan lingkungan.
Mereka juga ingin mengedepankan pentingnya menjaga kesehatan mental masyarakat. Dalam agendanya, diperkuat peran konselor di perguruan tinggi, penyediaan layanan konseling gratis, hingga menambah ruang publik sebagai ruang ekspresi masyarakat. Mereka mempunyai pula program penyediaan tempat penitipan anak berbasis komunitas.
Kesehatan jiwa raga
Dengan visi ”Menuju Indonesia Unggul-Gerak Cepat Mewujudkan Negara Maritim yang Adil dan Lestari”, pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD menempatkan kesehatan jiwa dan raga sebagai poin pertama dalam visi-misinya.
Dalam agenda, mereka akan memberi kemudahan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan tingkat pertama. Mereka berjanji menyediakan layanan konsultasi keliling. Dalam hal ini, tenaga kesehatan berkeliling dari pintu ke pintu untuk memberi pelayanan dan pendataan status kesehatan serta asistensi rujukan.
Ganjar-Mahfud akan menyediakan pelayanan yang berkaitan langsung dengan kesehatan ibu dan anak. Salah satunya dukungan gizi dan akses layanan kesehatan selama kehamilan dan menyusui.
Program tersebut meliputi program 1.000 hari pertama serta pasokan gizi untuk anak hingga usia lima tahun. Prevalensi tengkes ditargetkan turun di bawah 9 persen. Namun, tak disebutkan secara rinci kapan angka tersebut dapat tercapai.
Baca juga: Kesehatan Mental Generasi Muda Mengkhawatirkan
Ganjar-Mahfud memperhatikan penguatan kesehatan mental. Akan ada program penyediaan nomor darurat 24 jam sepanjang tujuh hari dengan fasilitas bebas biaya (gratis) hingga penyediaan pos-pos konseling di kampus dan puskesmas. Ganjar-Mahfud akan membentuk lembaga komunikasi krisis untuk menangani masalah kesehatan mental secara responsif dan holistik.
Tak kalah penting, disebut perluasan dan kemudahan layanan kesehatan. Caranya menetapkan standar waktu pelayanan pasien BPJS Kesehatan, mulai dari pendaftaran, pemeriksaan oleh dokter, hingga penebusan obat, baik di posyandu, puskesmas, maupun rumah sakit.
Perbaikan gizi
Pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka yang diusung Koalisi Indonesia Maju mengangkat visi ”Bersama Indonesia Maju Menuju Indonesia Emas 2045”. Soal aspek kesehatan, pasangan calon tidak menyinggung secara tegas dalam misi Asta Cita. Namun, mereka menjabarkan lebih lengkap di dalam program.
Berbeda dari visi-misi dua capres lain, Prabowo-Gibran mengusung program kesehatan seperti pemberian makan siang dan susu gratis untuk siswa di sekolah dan pesantren serta bantuan gizi untuk anak balita dan ibu hamil. Program ini menargetkan lebih dari 80 juta penerima manfaat dengan cakupan 100 persen pada 2029.
Mereka membawa ”Gerakan Emas”, yaitu Emak-emak dan Anak-anak Minum Susu. Program ini berkaitan dengan misi menurunkan angka tengkes. Mereka memiliki pula program penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan gratis dan menurunkan kasus tuberkulosis 50 persen dalam lima tahun.
Terkait dengan kesehatan jiwa, mereka akan memperbaiki program kesehatan jiwa yang lebih responsif, terpadu, dan berkesinambungan. Jika terpilih, mereka akan membangun rumah sakit lengkap berkualitas di kabupaten. Tak cuma meningkatkan layanan BPJS Kesehatan, Prabowo-Gibran berjanji menurunkan hingga menghapuskan bea masuk alat kesehatan yang belum bisa diproduksi sendiri.
Indonesia Sehat 2045
Visi-misi capres-cawapres di bidang kesehatan itu tampaknya tidak terlepas dari visi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) pada 2025-2045 di bidang kesehatan. Pada 2045, Indonesia ditargetkan menguasai teknologi kesehatan, memahami perilaku hidup sehat, mencapai cakupan kesehatan semesta (universal health coverage), dan mengeliminasi malaria.
Baca juga: Eliminasi TBC, Surabaya Beri Layanan Pengobatan Gratis dan Meminimalisasi Penularan
Ada empat indikator dalam arah pembangunan bidang kesehatan yang ditargetkan bisa tercapai pada 2045. Keempatnya ialah usia harapan hidup ditargetkan 80 tahun, prevalensi tengkes 5 persen, kejadian tuberkulosis 76 per 100.000 penduduk, serta cakupan kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional 99,5 persen dari total populasi penduduk.
Di sisi lain, pembangunan kesehatan hingga kini masih dihadapkan pada beragam persoalan, seperti transisi demografi yang diiringi dengan meningkatnya mobilitas penduduk, urbanisasi, transisi epidemiologi, dan perilaku hidup tidak sehat. Hal ini berpotensi meningkatkan beban penyakit menular dan tidak menular, termasuk persoalan kesehatan penduduk lanjut usia.
Maka, diperlukan sistem kesehatan yang mampu merespons perubahan, kemajuan teknologi, guncangan kesehatan, dan risiko terjadinya pandemi. Selain itu, sistem mampu menjawab ketimpangan akses terhadap pangan, lingkungan sehat, fasilitas pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan, serta meningkatkan kapasitas pembiayaan kesehatan. (LITBANG KOMPAS)