Partai Kebangkitan Nusantara Memperjuangkan ”Nusantaraisme”
Partai Kebangkitan Nusantara hadir menawarkan penguatan ”Nusantaraisme” sebagai spirit Indonesia sentris.
Oleh
YOHAN WAHYU
·4 menit baca
Partai Kebangkitan Nusantara lahir sebagai partai politik mandiri dan dibangun berbasis kegotongroyongan para kadernya. Partai ini berkomitmen menjaga potensi dan kekayaan Nusantara dengan memperkuat kehadiran dan fungsi partai politik. Pemilu 2024 menjadi tantangan bagi partai pendatang baru ini untuk meraih potensi elektoralnya.
Dalam proses kelahirannya, secara administratif, Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) merupakan kelanjutan dari Partai Karya Perjuangan. Partai ini pernah menjadi peserta Pemilu 2009 dengan perolehan suara 351.440 atau 0,34 persen dari total suara sah nasional. Namun, perolehan suara ini belum mampu membuat Partai Karya Perjuangan lolos ambang batas parlemen sehingga tidak bisa mendudukkan wakilnya di kursi DPR.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Dalam Mukadimah Anggaran Dasar PKN disebutkan kelahiran partai ini menjadi upaya melanjutkan dan mempertajam arah perjuangan Partai Karya Perjuangan. PKN dideklarasikan 28 Oktober 2021 serta disahkan dalam musyawarah nasionalnya pada 27 November 2021. PKN berhasil melalui verifikasi administrasi dan faktual, lalu dinyatakan lolos menjadi partai politik peserta Pemilu 2024 dengan nomor urut 9.
Pada awal pendiriannya, PKN dikomandani Gede Pasek Suardika, politikus berpengalaman yang malang melintang di dunia politik. Jabatan ketua umum kemudian beralih ke Anas Urbaningrum yang terpilih secara aklamasi dalam Musyawarah Nasional Luar Biasa PKN pada Juli 2023.
Anas bukan nama baru dalam panggung politik nasional. Ia sebelumnya menjabat Ketua Umum Partai Demokrat kendati pernah tersandung kasus hukum hingga menjalani masa tahanan di Sukamiskin, Bandung.
Dalam anggaran dasarnya disebutkan, salah satu tujuan PKN ialah menjaga dan mengembangkan segenap potensi Nusantara di segala bidang, sebagai bagian dari semangat nasionalisme khas Indonesia dalam persaingan di era global. Identifikasi terkait isu Nusantara inilah yang dicoba PKN untuk dikuatkan sebagai jenama dari partai ini.
Ketua Umum PKN Anas Urbaningrum menyatakan, partai ini memperjuangkan ”Nusantaraisme” dan spirit Indonesia sentris yang menempatkan kemajemukan secara setara. ”Tidak ada yang lebih tinggi atau rendah, tidak ada yang menjadi anak tiri, tidak ada yang disisihkan dan disingkirkan,” ungkap Anas, Selasa (7/11/2023).
Semangat ”Nusantaraisme” ini yang kemudian, menurut Anas, diperjuangkan PKN dengan memosisikan partai ini sebagai pejuang rakyat selamanya, bukan pejuang musiman yang hadir hanya saat pemilu, lalu setelah pemilu berjarak dengan rakyat.
PKN juga berkomitmen dalam memperkuat kaderisasi di internal partai. Menurut Anas, PKN dirancang, dibangun, dan dikembangkan sebagai partai politik yang mandiri dan berbasis kegotongroyongan kader.
Komitmen kaderisasi ini juga tertuang dalam salah satu misi PKN pada anggaran dasarnya, yakni memberikan kesempatan yang sama dan seluas-luasnya kepada kaum perempuan, generasi muda, dan kaum disabilitas pada posisi taktis strategis untuk berperan aktif dalam pembangunan bangsa.
Tidak heran jika kemudian daftar calon tetap (DCT) anggota DPR yang ditetapkan Komisi Pemilihan Umum pada 3 November menunjukkan, komposisi calon anggota legislatif (caleg) yang diajukan PKN cenderung lebih banyak memberikan kesempatan kepada generasi yang lebih muda.
Dari 525 calon anggota DPR yang dimajukan PKN atau sekitar 90,25 persen dari total kursi yang diperebutkan, seperempatnya atau sekitar 24,6 persen berasal dari kelompok usia 21-30 tahun.
Jumlah caleg dari kelompok usia paling muda ini relatif lebih tinggi dibandingkan dengan caleg dari kelompok usia 31-40 tahun yang tercatat mencapai 20,6 persen, serta dibandingkan dengan kelompok caleg dari kalangan usia paling senior, yakni 61 tahun ke atas, yang hanya mencapai 9 persen. Komposisi yang lebih banyak berasal dari caleg dari kelompok usia 41-50 tahun yang tercatat 25,1 persen.
Sementara dari sisi isu perempuan, secara akumulasi nasional, calon legislator yang diajukan PKN juga relatif sudah melebihi angka 30 persen. Data KPU merekam, dari total 525 caleg PKN, 37,71 persen perempuan. Angka ini relatif lebih tinggi ketimbang sejumlah partai politik lain, termasuk di antaranya partai politik besar yang relatif sudah mapan.
Pemilu 2024 akan menjadi ujian, apakah misi politik PKN dalam memperkuat ”Nusantaraisme” bisa mendapatkan dukungan dan simpati pemilih di bilik suara nanti. Tidak mudah bagi PKN untuk mendulang elektoralnya di tengah pertarungan dari 17 partai politik lainnya yang juga melakukan hal yang sama.
Hasil survei tatap muka yang dilakukan Litbang Kompas secara periodik merekam bagaimana partai-partai politik nonparlemen dan termasuk juga partai-partai politik pendatang baru, seperti halnya PKN, tingkat elektoralnya masih jauh di bawah 1 persen.
Hasil survei Litbang Kompas periode Agustus 2023 juga merekam tingkat popularitas PKN di angka 19 persen dengan tingkat kesukaan di angka 8,8 persen.
Dengan tingkat popularitas dan kesukaan yang relatif masih minim dibandingkan dengan partai-partai politik lama yang sudah malang melintang dari pemilu ke pemilu, PKN dihadapkan pada pekerjaan rumah yang tidak ringan.
Apalagi sebagian besar partai politik saat ini sudah membangun posisi politik yang tegas dalam konstelasi pemilihan presiden. Sampai saat ini PKN belum menyatakan sikap kepada pasangan calon presiden-wakil presiden mana dukungan akan diberikan.
PKN sampai saat ini masih terus melakukan pencermatan, pengkajian, dan pendebatan di Majelis Agung PKN tentang bakal pasangan calon presiden dan calon wakil presiden yang akan didukung dan kapan dukungan tersebut secara resmi dilakukan. Partai ini tetap fokus pada upaya pemenangan di pemilu legislatif dengan mendorong semua calegnya, baik di DPR maupun DPRD, untuk fokus berjuang di daerah pemilihan masing-masing.
Dengan semangat membangun dan memperkuat semangat ”Nusantaraisme”, PKN tetap optimistis menyongsong Pemilu 2024. Meskipun popularitas, tingkat kesukaan, dan tingkat keterpilihan berada pada angka yang masih rendah, peluang politik tetap diyakini terbuka bagi PKN dan semua partai politik peserta pemilu.
Anas menyatakan, meski partainya paling muda, semua pengurus dan kader meyakini tidak ada yang mustahil. Menurut dia, kesadaran baru rakyat tentang keadaan nyata saat ini dan harapan masa depan adalah momentum bagi PKN untuk menjadi alternatif terbaik bagi rakyat. (LITBANG KOMPAS)