Penguatan Generasi Kedua Dinasti Politik di Banten
Fenomena politik kekerabatan begitu melakat di Provinsi Banten. Pemilu 2024 di wilayah ini disinyalir tidak akan sepi dari panggung elite-elite yang lahir dari politik dinasti ini.
Oleh
TOTO SURYANINGTYAS
·3 menit baca
Pengalaman berkendara menyusuri jalanan di wilayah Citorek ke arah Bayah, Lebak, bisa membuat nyali siapa pun ciut. Selain jalanan yang relatif belum mulus, curam, dan bertebing jurang, juga di sepanjang jalan sangat sepi penduduk. Pengendara harus saling mengalah jika berpapasan karena sempitnya jalan.
Di kawasan pegunungan ini, masih banyak jalanan makadam (perkerasan) dengan tebing-tebing rawan longsor di satu sisi dan jurang menganga di sisi lain. Sentuhan pembangunan wilayah tampaknya belum lama menjamah kawasan ini terlihat dari aktivitas perkerasan dan pembetonan jalan masih berlangsung.
Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya (Demokrat) dan wakilnya, Ade Sumardi (PDI-P), dalam pemaparan visi-misi di acara debat kandidat jelang pilkada, 22 Juni 2018, mengakui keterbatasan pembangunan di Lebak.
Selain sarana dan akses kebutuhan dasar masyarakat masih terkendala luasnya wilayah (jarak terjauh dari ibu kota kabupaten ada yang mencapai 200 kilometer), sebanyak 43 persen wilayah Lebak juga merupakan hutan.
Pada tahun 2022, angka kemiskinan Lebak mencapai 8,91 persen atau 117.220 orang dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 64,71 atau terendah di Banten.
Angka harapan lama sekolah bagi anak-anak di Lebak baru di angka 12,09 tahun alias setara SD. Dengan semua keterbatasan daerahnya, tak heran Iti Jayabaya justru menyebut keinginan masyarakat untuk adanya pemekaran wilayah Lebak.
Pasangan Iti Jayabaya-Ade Sumardi merupakan pasangan calon tunggal yang didukung 10 partai politik di Lebak. Pasangan ini maju untuk periode kedua tanpa pecah kongsi melawan kotak kosong.
Iti Jayabaya merupakan anak Mulyadi Jayabaya, Bupati Lebak dua periode sebelumnya (2003-2013), sedangkan Ade Sumardi merupakan Ketua DPD PDI-P Banten. Pilkada Lebak 2018 akhirnya mencatat kemenangan mereka dengan 76,96 persen suara dari tingkat partisipasi pemilih 65,46 persen.
Ketokohan keluarga Mulyadi Jayabaya masih menjadi kunci dalam kepemimpinan Lebak. Selain itu, ada nuansa nasionalis di pemilih Lebak.
Muhlis, Ketua Fraksi PDI-P DPRD Banten, menengarai, pemilih Lebak meski bercorak Islam dan Sunda Wiwitan tetapi bersifat nasionalis karena ”ikatan psikologis Soekarno”. Hal ini mengacu pada dua kali kunjungan Presiden Soekarno ke Lebak pada era pra-kemerdekaan 1944 dan tahun 1957.
Tak hanya Lebak yang memiliki tokoh kuat yang dominan di panggung politik lokal. Di Pandeglang ada keluarga trah Ahmad Dimyati Natakusumah yang menjabat bupati dua periode (2000-2009) dan wakil Ketua MPR dari Partai Persatuan Pembangunan (2014) serta anggota DPR. Menghindari konflik internal di PPP, Dimyati pada akhir 2017 bergabung ke Partai Keadilan Sejahtera.
Istrinya, Irna Narulita, kini menjabat Bupati Pandeglang dua periode (2016-2024) setelah sebelumnya menjadi anggota DPR dua periode (2009-2015).
Keanggotaan Irna juga tercatat berpindah dari PPP ke Demokrat dan sejak 2020 menjadi kader PDI-P. Meski Irna bukan warga Pandeglang asli, kekuatan nama keluarga Dimyati di Pandeglang membuat dia memenangi Pilkada 2015 dengan proporsi hampir 70 persen.
Di Serang dan Tangerang, tokoh lokal dari trah keluarga mantan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah dari Partai Golkar mendominasi panggung politik.
Tercatat nama-nama Andika Hazrumy (anak Ratu Atut) sebagai wakil Gubernur Banten (2017-2022), Tubagus Haerul Jaman (adik tiri Ratu Atut) sebagai Wali Kota Serang dua periode (2011-2018), Tanto W Arban (menantu Ratu Atut) sebagai Wakil Wali Kota Pandeglang dua periode (2016-2024).
KOMPAS/WAWAN H PRABOWO (WAK)
Baliho para calon kepala daerah Pilkada Kota Tangerang Selatan, Banten, pada pilkada serentak 2020 di Jalan Aria Putra, Ciputat, Tangerang Selatan, Sabtu (14/11/2020).
Kemudian Ratu Tatu Chasanah (adik kandung Ratu Atut) sebagai Bupati Serang dua periode (2016-2024), Pilar Saga Ichsan (anak Ratu Tatu Chasanah) sebagai Wakil Wali Kota Tangerang Selatan (2021-2024), Airin Rachmi Diany (adik ipar Ratu Atut) sebagai Wali Kota Tangerang Selatan dua periode (2011-2021), dan sejumlah kerabat lainnya yang menjabat anggota DPD dan DPR.
Berbeda dengan wilayah Serang yang ”dikuasai” trah Atut Chosiyah, di Kota Cilegon Aat Syafaat yang menjadi wali kota dua periode (2005-2015) merupakan tokoh lokal yang ”beda trah” meski sama-sama dari Partai Golkar. Terbukti selepas Aat, kursi wali kota ”dilanjutkan” anaknya, Tubagus Iman Ariyadi, sebagai Wali Kota Cilegon dua periode (2010-2017).
Becermin dari masih kentalnya nuansa kekerabatan politik di Banten, sulit memperkirakan kontestasi politik 2024 akan menghasilkan sosok di luar tokoh-tokoh saat ini.
Tepatlah yang digambarkan Muhlis terkait kontestasi Gubernur Banten 2024. ”Bagaimana mau melawan dinasti? Wong pilkada masih lama saja balihonya sudah dimana-mana,” kata Muhlis. (LITBANG KOMPAS)