Spirit Moral Warga Rusia Melemah Menyikapi Hasil Perang
Kekalahan demi kekalahan di garis depan dan berlarutnya perang melemahkan moral publik Rusia. Mereka mulai pesimis Rusia mampu memenangkan perang di Ukraina.

Warga berjalan di Lapangan Merah saat cuaca cerah di Moskwa, Rusia, 20 Maret 2022.
”Kita sudah kalah. Ekonomi kita sudah terdampak, orang-orang pintar pergi keluar negeri (brain drain) dan seluruh dunia mengisolasi Rusia. Kita hanya melihat hasil yang buruk bagi Rusia dan problem di dalam negeri.”
Pendapat itu diperkuat warga lainnya yang memandang bahwa stagnasi perang di garis depan mencerminkan kemampuan sesungguhnya militer Rusia. Seorang responden perempuan khawatir kekalahan Rusia akan menyebabkan warga biasa harus membayar kerugian perang Ukraina, sementara Presiden Vladimir Putin dan kaum elite pergi mencari selamat keluar negeri. Demikian pendapat sejumlah warga Rusia yang diwawancara kanal Youtube ”1420” Daniil Orain pada rilis Senin (5/6/2023).
Opini-opini itu dinyatakan sejumlah warga Moskwa yang diwawancara secara acak dan spontan oleh tim Daniil Orain, yang terdiri dari lima Youtuber muda warga Rusia yaitu Daniil Orain, Andrei, Artyom, Maxim, dan Sanyok. Wawancara kanalYoutube ”1420” dilakukan secara konsisten sejak 2019 sebelum invasi Rusia ke Ukraina sehingga bisa dipakai sebagai salah satu acuan perubahan opini publik di Rusia.
Di tengah dominasi unsur Pemerintah Rusia terhadap media massa dan lembaga survei opini publik, keberadaan kanal Youtube ”1420” menjadi istimewa untuk memotret tema-tema keseharian warga Rusia.

Pasukan Ukraina bersiaga di lapangan terbuka dengan latar belakang wilayah Bakhmut di Provinis Donetsk, Ukraina, Senin (5/6/2023).
Berkebalikan dengan perasaan galau warga Rusia tentang hasil perang ini, respons warga Ukraina justru semakin tampak meyakinkan. Survei opini publik terbaru di Ukraina yang dilakukan oleh lembaga International Republican Institute (IRI) menunjukkan kepercayaan kepada Presiden Volodymyr Zelenskyy, lonjakan dukungan untuk keanggotaan NATO, dan pandangan rakyat Ukraina bahwa Rusia harus membayar kerugian akibat perang dan untuk rekonstruksi pascaperang.
Sebanyak 82 persen orang Ukraina mendukung bergabung dengan NATO jika referendum diadakan hari ini, meningkat 10 persen dari jajak pendapat Juni 2022 dan 23 persen dari April 2022. Ketika ditanya tentang aktivitas Presiden Zelenskyy, hampir seluruh responden Ukraina (91 persen) menyetujui kinerjanya dan nyaris seluruh orang Ukraina (97 persen) percaya mereka akan menang atas Rusia.
Sebanyak 74 persen percaya Ukraina akan mempertahankan semua wilayah, seperti perbatasan yang ditetapkan tahun 1991 saat lepas dari Uni Sovyet. Ini berarti meliputi pula Semenanjung Crimea, selain empat provinsi yang sebagian saat ini diduduki Rusia (Donetsk, Luhansk, Zaporizhia, dan Kherson).
Hasil survei warga Ukraina yang kontras dengan kondisi psikologis publikRusia itu menggambarkan realitas yang berbeda bagi dukungan moril tentara yang berperang di garis depan. Sebagaimana yang acapkali disuarakan tentara Ukraina tentang motivasi berada di garis depan, ialah tentang pengorbanan menjadi pahlawan bagi tanah airnya, yang digambarkan dalam pekik terkenal ”heroyam slava” atau kemuliaan bagi para pahlawan.

Sebuah gambar dari tangkapan layar video yang dirilis akun Telegram Concord, Selasa (20/5/2023), memperlihatkan pemimpin tentara bayaran Wagner, Yevgeny Prigozhin, yang mengklaim telah menguasai kota Bakhmut, tetapi terus mendapatkan perlawanan dari militer Ukraina.
Moral turun
Seiring invasi ke Ukraina, tema-tema kanal Youtube ”1420” semakin tajam menelisik pandangan warga biasa Rusia terhadap langkah politik dan kebijakan pemerintahan Vladimir Putin. Uniknya, sejauh ini kelima anak muda ini mengaku belum pernah sekalipun diperiksa atau diwawancara oleh aparat keamanan Rusia, padahal mereka beroperasi di seputar ibu kota Moskwa.
Hingga kini, kanal Youtube ”1420” yang merupakan nama sekolah tempat Daniil dan teman-temannya menempuh pendidikan dulu sudah memproduksi ratusan topik dengan wawancara kepada ribuan orang. Jumlah penonton (viewer) hingga saat ini tercatat sudah 160 juta views.
Meski di edisi-edisi awal tampak dilakukan dengan spontan dan sederhana menggunakan metode convenience sampling (sampel dipilih berdasarkan populasi yang tersedia dan mudah dijangkau oleh peneliti), lama-kelamaan hasil wawancara kanal ini bisa menjadi jendela informasi yang orisinal tentang pikiran dan perasaan warga Rusia.
Gelagat menurunnya moral warga Rusia sebenarnya seiring dengan kondisi yang terjadi di medan pertempuran. Selama enam bulan terakhir terjadi kemandekan kemajuan garis depan. Pada awal perang, pasukan Rusia dengan cepat menyapu wilayah Donbas, mengepung kota Mariupol, menyapu Mykolaiv, dan menyeberang ke barat Sungai Dnieper di Kherson.

Rusia dan Ukraina saling tuding terkait serangan yang meledakkan sebuah bendungan dan menyebabkan banjir di wilayah Kherson, Ukraina, Selasa (6/6/2023). Otoritas setempat memperingatkan potensi banjir dan mengevakuasi penduduk di 10 desa di sekitar bendungan.
Namun, pada April 2022 terjadi perlawanan hebat dari pasukan pertahanan Ukraina, yang membuat pasukan Rusia menarik diri dari sekitar ibu kota Kyiv. Hal itu dilanjutkan serangan mendadak terkoordinasi di Provinsi Kharkiv yang akhirnya mengusir Rusia dan membuat Ukraina merebut daerah seluas 3.000 kilometer persegi di utara.
Di bulan September 2022, lagi-lagi pasukan Rusia termakan propaganda Ukraina dan membuat puluhan batalyon di barat Sungai Dnieper terkepung dan akhirnya mundur ke sisi timur sungai itu di Provinsi Kherson.
Baca juga: Arah Perang Rusia-Ukraina Mulai Berubah
Satu-satunya kemenangan menonjol di tahun ini yang akhirnya dimenangi Rusia setelah diperjuangkan habis-habisan pasukan militer swasta Wagner ialah menguasai kota kecil Bakhmut yang berpenduduk 70.000 orang. Di kota ini, dengan strategi perang habis-habisan, Rusia akhirnya berhasil merebut kota pada pertengahan Mei 2023, dengan pengorbanan 60.000pasukan Wagner. Jumlah korban itu merupakan yang terbesar dialami Rusia dibandingkan berbagai medan laga lainnya di Ukraina.
Parahnya, kemenangan Wagner Rusia atas Bakhmut tak berumur panjang. Faktanya, desa-desa di kawasan sekitar Bakhmut tetap dikepung pasukan Ukraina dengan komposisi persenjataan yang kuat. Mliter Ukraina ternyata hanya mundur sebagai siasat. Tak heran, saat tulisan ini dibuat sebagian kecil desa di selatan Bakhmut diberitakan sudah kembali direbut militer Ukraina.

Sebuah gambar dari tangkapan layar video yang dirilis akun Telegram Concord, Selasa (20/5/2023) memperlihatkan pemimpin tentara bayaran Wagner, Yevgeny Prigozhin, di kota Bakhmut, Ukraina.
Wawancara Prigozhin
Seluruh kondisi itu membuka mata para petinggi Rusia bahwa kekalahan adalah sesuatu yang bisa saja terjadi pada Rusia. Tak hanya warga biasa, bahkan pimpinan pasukan militer swasta Wagner, Yevgeny Prighozhin, juga memandang potensi kekalahan Rusia dalam perang melawan Ukraina.
Dalam salah satu wawancara dengan vloger terkemuka pro-Rusia, Konstantin Dolgov, terkait perang di Bakhmut, Prigozhin menyatakan kini Rusia bisa memenangi perang tetapi bisa pula kalah jika merujuk pada kondisi di medan tempur.
”Perang di Ukraina telah menjadi bumerang dan Kremlin berisiko menghadapi revolusi,” kata Prigozhin sebagaimana ditayangkan di saluran Telegram Konstantin Dolgov, Jumat (23/5/2023).
Baca juga: Suara Publik Ukraina Saat Negara Diinvasi Rusia
Prigozhin memperkirakan kerugian besar bagi perusahaan militer swastanya dalam merebut kota Bakhmut bulan ini, yang dianggap lebih sebagai simbolis daripada kemenangan strategis. Seperlima dari sekitar 50.000 orang yang direkrutnya ke tim Wagner diakui telah tewas di medan perang dan akan menjadi beban politik bagi warga Rusia.
Parahnya, perang ini malah membuat Ukraina semakin kuat. ”Pada awal operasi militer khusus, katakanlah mereka memiliki 500 tank. Sekarang mereka punya 5.000 tank,” katanya.
”Tidak ada yang berhasil bagi kami, doktrin denazifikasi Ukraina yang dibicarakan Rusia justru telah mengubah Ukraina menjadi negara yang dikenal di mana-mana di seluruh dunia,” kata Prigozhin. Dia juga memperkirakan dengan kekuatan militernya saat ini, Ukraina akan mampu merebut kembali wilayahnya bahkan merebut kembali Semenanjung Crimea.
Sang bloger, Konstantin Dolgov, mengaku dipecat sehari setelah wawancara dengan Prigozhin. Dia dipecat dari ”Telega Online Project”, sebuah proyek yang dibiayai Kremlin untuk membuat konten propaganda daring. ”Petinggi Kremlin sepertinya marah karena wawancaraku dengan Prigozhin, tetapi tidak bisa melakukan apa pun terhadap dia sehingga menimpakan kesalahan dan memecatku,” kata Dolgov.

Banjir besar menggenangi kota Kherson, Ukraina, Rabu (7/6/2023), setelah Bendungan Kakhovka dibom.
Bendungan dibom
Seiring dengan memanasnya kembali perang Ukraina-Rusia, peledakan Bendungan Nova Kakhovka di Ukraina timur, Rabu (7/6/2023), membawa dampak bencana banjir bagi puluhan ribu warga Provinsi Kherson baik yang berada di sisi barat maupun timur.
Namun, semua dampak yang menyengsarakan tersebut tampaknya diabaikan para pelaku peledakan demi menghambat serangan balik Ukraina yang sudah mulai tampak dilakukan di sejumlah titik garis depan Provinsi Zaporizhiya dan Kherson.
Baik Rusia maupun Ukraina saling tuding sebagai pelaku peledakan. Namun yang jelas, sudah sejak tahun lalu militer Rusia memasang ratusan ranjau antitank di dasar Bendungan Nova Kakhovka. Peledakan bendungan ini juga seperti pola peledakan jembatan Zaporizhiya yang dilakukan militer Rusia pada November 2022 untuk menghambat pengejaran pasukan Ukraina saat militer Rusia mundur dari Kherson saat itu.
Oleh karena itu, publik dengan mudah menalar siapa pelaku peledakan bendungan dengan menilai bahwa kondisi garis depan di dua provinsi Ukraina itu memang sedang tak menguntungkan bagi pasukan Rusia. Apa pun di balik peledakan bendungan terbesar Eropa itu pesan yang tersampaikan adalah Rusia kini telah berganti posisi dari menyerang menjadi bertahan.

Kombinasi gambar satelit teknologi Maxar menunjukkan sebuah kota (kiri) di sepanjang Sungai Dnipro di Kherson, Ukraina, pada 15 Mei 2023 dan kota yang sama pada 6 Juni 2023 setelah disapu banjir menyusul jebolnya Bendungan Kakhovka di selatan Ukraina, Selasa (6/6/2023).
Para panelis garis keras Rusia dalam debat televisi nasional Rusia dengan moderator Olga ”iron doll” Skabeyeva pun sudah mulai vokal menyatakan kemungkinan Rusia kalah dengan seluruh kondisi global yang berpihak pada Ukraina saat ini. Invasi yang tertahan, kemunduran ekonomi, dan keberpihakan geopolitik dunia menjadi tanda buruk yang harus dijawab Rusia secara rasional.
Seluruh opini yang tampak goyah itu berbeda dengan kondisi setahun lalu, di mana para panelis Rusia masih tampak percaya diri, berpikir tak mungkin Rusia kalah karena mereka negara adalah negara nuklir terkuat di dunia.
Bagaimanapun, mungkin publik Rusia tak menyangka bahwa Ukraina akan menjadi sekuat saat ini. Berbagai bantuan militer datang silih berganti dan kondisi geopolitik dunia semakin mendukung perjuangan rakyat Ukraina. Presiden Volodymyr Zelenskyy diterima di berbagai forum internasional seakan tamu istimewa, termasuk di pertemuan negara maju G-7. Semua kepala negara menempatkan perhatiannya kepada Zelenskyy dan sebaliknya mengecam atau menepikan Vladimir Putin.
Baca juga: Panas Dingin Publik Rusia Saat Negaranya Invasi Ukraina
Saat ini, serangan balik Ukraina sedang berlangsung di berbagai titik garis depan. Sebagaimana tahun lalu ketika merebut Kharkiv dan Kherson, militer Ukraina senantiasa memainkan berbagai elemen taktik militer disertai propaganda pengelabuan yang jitu.
Dunia sedang menunggu apakah dalam serangan balik kali ini, Ukraina benar-benar mampu merebut kembali wilayahnya yang diduduki Rusia dan maju ke meja perundingan dengan modal penguasaan wilayah yang lebih baik. Karena tanpa hal itu, sulit pula bagi Presiden Zelenskyy meyakinkan rakyatnya untuk menyudahi peperangan dan hidup damai kembali bersama saudara Slavik mereka, Rusia. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Serangan Lintas Batas Ukraina Mulai Berpengaruh Mendikte Rusia