Membangun PLTN Skala Kecil Berkeselamatan Tinggi di Rusia
PLTN tipe SMR yang saat ini beroperasi memiliki tingkat keamanan tinggi sehingga mampu menekan risiko bahaya radiasi. PLTN ini minim emisi karbon sehingga tidak berefek negatif bagi lingkungan sekitarnya.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F05%2F18%2Fed9cc24d-002a-46ff-9a22-6aa65a5a32ee_jpg.jpg)
Pembangkit listrik tenaga nuklir terapung (FNPP) Akademik Lomonosov tertambat di dermaga di Pevek, Chaunskaya Bay, Laut Siberian Timur, Chukotka, Rusia, pada Selasa (16/5/2023). FNPP ini merupakan fasilitas pembangkit energi nuklir pertama di dunia yang dapat bergerak. Terdapat dua reaktor KLT-40S berkapasitas masing-masing 35 megawatt untuk mengalirkan listrik bagi kawasan terpencil (remote area) ini.
Pembangkit listrik tenaga nuklir skala kecil menjadi solusi yang relatif tepat untuk menyuplai elektrifikasi di daerah terpencil (remote area) yang tidak memiliki sumber pembangkit mandiri di wilayahnya.
Selain tinggi fleksibilitas energinya, PLTN tipe small modular reactor (SMR) ini juga sangat kecil menghasilkan emisi karbon sehingga minim efek negatif bagi lingkungan sekitarnya yang cenderung masih alami. Bahkan, reaktor SMR yang kini beroperasi pun memiliki tingkat keamanan yang tinggi sehingga mampu menekan risiko bahaya radiasi.
Menurut Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), PLTN tipe SMR adalah reaktor nuklir mutakhir yang memiliki kapasitas daya hingga 300 megawatt (MW) per unit. SMR ini dapat ditempatkan di lokasi yang tidak cocok untuk pembangkit listrik dengan skala lebih besar. Dengan sifatnya yang modular, maka konstruksi reaktor ini dapat dikembangkan dengan sistem rakitan. Diproduksi di pabrik, diangkut ke lokasi, dan dilakukan perakitan untuk pemasangannya.
Hingga saat ini, baru negara Rusia yang sudah merealisasikan PLTN tipe SMR. SMR yang sudah diaplikasikan dalam kehidupan nyata tersebut berbentuk floating nuclear power plant (FNPP) atau kapal energi nuklir terapung. FNPP Akademik Lomonosov merupakan kapal penghasil energi nuklir pertama di dunia yang sudahdiuji coba melayani elektrifikasi dan memproduksi heat (panas) bagi masyarakat kota Pevek, Chukotka, Rusia. Akademik Lomonosov ini dimiliki dan dioperasikan oleh BUMN nuklir Pemerintah Federasi Rusia, Rosatom.
FNPP merupakan simbol keberhasilan para ilmuwan Rusia dalam menggabungkan teknologi PLTN tipe SMR dengan teknologi perkapalan bertenaga nuklir yang dikuasai ”negara beruang merah” itu. Akademik Lomonosov menjadi terobosan besar bagi teknologi energi atom dunia karena mampu bergerak layaknya kapal, tetapi juga menghasilkan listrik selayaknya PLTN. Untuk sementara ini, baru Rusia yang mampu menciptakan karya teknologi seperti itu.
Baca juga : PLTN untuk Wilayah Terpencil Memungkinkan

FNPP Akademik Lomonosov bergerak menuju Pevek, Chukotka, setelah memuat bahan bakar dan menyelesaikan serangkaian pengujian di FSUE Atomflot di Murmansk FNPP ini mampu bergerak seperti kapal dengan sumber energi dari reaktor nuklir.
Berdasarkan laporan IAEA, ada sejumlah negara yang kini sedang mengembangkan PLTN tipe SMR. Negara itu di antaranya Argentina, Kanada, China, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Secara keseluruhan, ada lebih dari 70 desain SMR komersial yang sedang dikembangkan di seluruh dunia dengan berbagai output dan aplikasi yang berbeda-beda. Di antaranya untuk produksi listrik, sistem energi hibrida, pemanas, desalinisasi air, dan uap untuk aplikasi industri. Sebagian besar PLTN tipe SMR yang dikembangkan oleh sejumlah negara itu bersifatnya land based atau diinstal di daratan, bukan terapung seperti halnya FNPP Akademik Lomonosov.
Untuk yang berbasis daratan itu, Rusia kemungkinan besar juga menjadi negara pertama yang akan mengoperasikan PLTN tipe SMR secara komersial. Menurut World Nuclear Org, pada April lalu, Rosatom menandatangani kerja sama dengan pihak badan investasi dan promosi Pemerintah Rusia untuk mendukung proyek Rosatom dalam membangun PLTN tipe SMR di Yakutia utara, kawasan Arktik Rusia. Proyek SMR ini sudah mendapat lisensi dan persetujuan dari Pemerintah Rusia dan diperkirakan mulai beroperasi pada tahun 2028.
Jadi, apabila hingga tahun 2028 nanti belum ada negara lain yang mengoperasikan PLTN tipe SMR, maka Rusia akan memegang rekor negara pertama yang sudah mengaplikasikan teknologi modular itu untuk kehidupan nyata. Bahkan, mampu mengaplikasikan dua jenis SMR sekaligus, land based dan juga tipe terapung seperti FNPP.
Manfaat FNPP
Sebagai barang yang relatif masih sangat baru dalam hal operasional, tentu saja banyak pertanyaan yang mengarah pada sisi keselamatan dan manfaat PLTN tipe SMR yang sudah beroperasi di lapangan. FNPP Akademi Lomonosov mulai resmi beroperasi mengalirkan listrik di wilayah Pevek, Rusia, secara komersial pada Mei 2020. Artinya, baru sekitar tiga tahun ini FNPP itu melayani elektrifikasi di wilayah terpencildi belahan utara Rusia.
Ada sejumlah hal menarik yang dapat dilihat dari pengaruh suplai energi FNPP itu di kawasan Pevek. Saat Kompas mengunjungi kota itu pada pertengahan Mei lalu, ada sejumlah komentar dari masyarakat setempat yang mengatakan FNPP membuat lingkungan di kota itu kian bersih. Sebelum FNPP beroperasi, sering kali saat salju menutupi sebagian kota ini, terdapat bercak-bercak hitam akibat polusi dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batubara yang beroperasi di kota tersebut. Namun, setelah FNPP hadir, salju yang menutupi kawasan Pevek ini relatif bersih karena kinerja PLTU tidak semasif sebelumnya.
Menurut laporan dari Rosatom, setiap tahun sekitar 60.000 ton emisi karbon dioksida berhasil ditekan untuk tidak mengotori lingkungan Pevek dengan keberadaan FNPP itu. Besaran angka emisi itu berasal dari konversi sejumlah pembangkit energi fosil yang diterminasi seiring kehadiran Akademik Lomonosov. Salah satunya adalah ditutupnya pembangkit energi panas TPP Chaun yang menggunakan batubara. Selain itu, suplai energi dari PLTU milik swasta di kota Pevek tidak lagi mendominasi sehingga kadar polusi emisi karbon kian mengecil.
Baca juga : Pengamanan Berlapis Mengunjungi Pembangkit Nuklir Terapung Milik Rusia

Hal positif lain lagi dari kehadiran FNPP itu adalah membuat harapan masyarakat Pevek tumbuh optimistis. ”Banyak anak muda yang kini mau kembali ke Pevek untuk membangun kotanya. Dengan adanya FNPP, berarti perhatian pemerintah pada wilayah ini akan terus ditingkatkan. Jadi, menimbulkan harapan besar bagi generasi muda untuk mengisi dan membangun kotanya,” tutur Evgeny Kovalevsky, warga asli Pevek.
Jumlah penduduk kota yang relatif sedikit memang menjadi tantangan besar bagi kota ini dalam membangun wilayahnya. Menurut informasi dari masyarakat setempat, jumlah penduduk di Pevek berkisar 4.000-5.000 jiwa. Hal ini patut dimaklumi karena sebagian besar daerah ini sepanjang tahun dalam kondisi bersalju karena posisinya berada di kawasan Arktik kutub utara.
Suhu dingin hingga lebih rendah dari minus 20 derajat celsius adalah sesuatu yang wajar terjadi di Pevek. Pada bulan-bulan tertentu, angin kencang sering terjadi dan matahari sama sekali tidak muncul dalam tempo hingga dua bulan. Gelap dan berhawa sangat dingin. Namun, di bulan lain, terang matahari selalu tampak di langit sehingga dapat mengganggu pola tidur masyarakat. Hal inilah yang membuat sebagian generasi muda memilih berpindah ke kota-kota lain di wilayah daratan Rusia yang berhawa lebih hangat.
Namun, hadirnya FNPP itu membuat harapan masyarakat setempat kembali tumbuh. Banyak potensi di kawasan itu dapat terus dioptimalkan dan dinikmati masyarakat. Banyak lapangan pekerjaan tersedia bagi masyarakat setempat, terutama di sektor pertambangan. Hingga saat ini, wilayah Pevek menjadi salah satu sentra penghasil tembaga, nikel, dan emas bagi Rusia. Bahkan, di masa sebelumnya, Pevek menjadi salah satu kawasan produsen uranium penting bagi Rusia. Oleh sebab itu, kehadiran FNPP sangat penting dalam menumbuhkan perekonomian setempat, terutama dalam mendukung sektor pertambangan, perdagangan, dan jasa.
Keamanan FNPP
Meskipun sebagai pembangkit energi skala ”mikro”, FNPP tetap diberlakukan dengan standar keselamatan tinggi. Apalagi, jenis FNPP ini merupakan fasilitas infrastruktur yang mampu bergerak dan menghasilkan listrik yang semuanya berasal dari energi nuklir. Jadi, urusan keselamatan adalah faktor utama yang menjadi perhatian Rosatom selaku operator.
Mulai dari kapalnya mampu bergerak dan terapung, Rosatom sudah menggandeng perusahaan perkapalan JSC SEVMASH yang memiliki pengalaman panjang membangun kapal bertenaga nuklir. Mulai dari kapal pemecah es di lautan yang beku, kapal kargo, hingga kapal selam. Kerja sama ini merupakan salah satu upaya untuk menjamin keselamatan pada komoditas yang akan dihasilkan.
Setelah kapal selesai, Akademik Lomonosov dibawa ke Atomflot yang merupakan unit usaha Rosatom untuk memuat bahan bakar dan menyelesaikan pengujian. Secara umum, reaktor FNPP mengacu pada sejumlah prinsip keselamatan. Di antaranya kesederhanaan serta keandalan struktur dan sistem yang meliputi pipa uap dan pipa umpan kondensat, sirkulasi alami air di sirkuit pendingin, serta sistem keamanan pasif yang tidak memerlukan campur tangan staf atau orang. Unit reaktor ditempatkan di pusat FPU di balik pelindung anti-benturan.
Baca juga : Menguji Kemampuan EBT dan Nuklir dalam Mereduksi Emisi Karbon

FNPP Akademik Lomonosov tertambat di dermaganya di Pevek, Chaunskaya Bay, Laut Siberian Timur, Chukotka, Rusia.
Selanjutnya, kapal ditempatkan di Pevek, yang dilindungi oleh dermaga pemecah gelombang. Dermaga ini berfungsi untuk melindungi FNPP dari gelombang besar, tsunami, dan juga es membeku yang didorong angin.
Selain menciptakan keselamatan yang tinggi dari sisi internal di fasilitas FNPP itu, pihak Rosatom juga mengantisipasi bahaya keamanan dari sisi eksternal. Menurut pengelola FNPP, pihaknya juga menjalin kerja sama keamanan dengan pihak pertahanan militer yang bersiaga secara penuh dengan kapasitas maksimal di sejumlah area untuk mengamankan fasilitas vital energi nuklir ini.
Harapannya, dengan terciptanya tingkat keamanan yang tinggi itu, FNPP dapat menghasilkan energi secara maksimal dan mampu memberikan dampak positif bagi kawasan sekitarnya. Setidaknya, emisi karbon dapat direduksi dan kemajuan ekonomi bagi wilayah terpencil itu meningkat. Jadi, sangat mungkin bagi daerah terpencil lain di seluruh dunia ini untuk membangun fasilitas energi listriknya secara andal dan mandiri tanpa harus tergantung dari daerah lain. PLTN tipe SMR dapat menjadi solusi untuk mewujudkan hal itu. (LITBANG KOMPAS)