Mencermati Dinamika Terkini Elektabilitas Capres 2024: Prabowo, Ganjar, dan Anies
Lima bulan menjelang dibukanya pendaftaran calon presiden 2024, elektabilitas capres kian mengerucut pada tiga sosok, Prabowo, Ganjar, dan Anies. Melihat trennya, kecil kemungkinan munculnya nama lain di luar ketiganya.

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto setelah menghadiri Silaturahmi dan Tausiah Kebangsaan di Masjid Istiqlal, Jakarta (18/5/2023).
Kian mengerucutnya elektabilitas tokoh-tokoh yang kemungkinan akan berlaga di Pemilu Presiden 2024 terlihat dari survei periodik Kompas Mei 2023. Hasil survei memperlihatkan, ada tiga tokoh yang mendapat tingkat elektabilitas mapan hingga saat ini.
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto memimpin dengan 24,5 persen, sedangkan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo berada di peringkat dua dengan angka keterpilihan sebesar 22,8 persen. Di posisi ketiga, mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan elektabilitasnya berada di angka 13,6 persen.
Capaian dukungan publik kepada ketiga tokoh tersebut setidaknya memberikan dua gambaran angka keterpilihan, yaitu dominasi elektabilitas dan peluang dinamika ke depan.
Dari sisi angka keterpilihan, pilihan publik hingga saat ini cenderung kian dominan pada ketiga sosok tersebut. Jika digabungkan, elektabilitas Prabowo, Ganjar, dan Anies berdasar hasil survei Kompas Mei 2023 ini mencapai 60,9 persen. Tingkat keterpilihan itu meningkat dari survei Januari 2023 yang mencapai 56,5 persen.
Dominasi tersebut makin kentara saat dibandingkan dengan hasil survei pada 2019 dan 2020. Pada survei Agustus 2019, gabungan elektabilitas ketiganya masih sebesar 24,9 persen dan pada survei Agustus 2020 sebanyak 29,6 persen. Kondisi ini menggambarkan dukungan yang naik hingga dua kali lipat pada ketiga sosok tersebut sejak tiga tahun lalu.

Bakal calon presiden Ganjar Pranowo saat mengikuti acara konsolidasi pemenangan Pilpres 2024 yang diselenggarakan DPD PDI Perjuangan Sumatera Selatan, di GOR Dempo, Palembang (20/5/2023).
Selain Prabowo, Ganjar, dan Anies, sebenarnya masih ada tokoh-tokoh lain yang dinilai publik pantas menjadi capres. Saat ini ada 14,4 persen responden survei yang mencalonkan tokoh-tokoh lain di luar ketiga sosok tersebut. Dukungan publik tersebut menyebar ke-17 tokoh lainnya.
Namun, seiring berjalannya waktu, jumlah tokoh dan besar dukungannya semakin berkurang. Berkurangnya dukungan ini terjadi karena pilihan publik berpindah ke tiga tokoh di atas dan juga bergeser menjadi belum menentukan pilihan.
Dalam survei Mei 2023 ini, masih ada 24,7 persen responden yang belum menentukan pilihan atau menyatakan rahasia terhadap orientasi politiknya. Jika ditotal antara persentase dukungan ke tokoh-tokoh lain dan mereka yang belum menentukan pilihan, ada 39,1 persen suara yang masih bisa diperebutkan. Tentu saja, sebagai peraih elektabilitas terbesar saat ini, peluang meraup dukungan suara mereka potensial diperebutkan oleh Prabowo, Ganjar, dan Anies.
Peluang bagi tokoh-tokoh lain di luar Parabowo, Ganjar, dan Anies tetap ada. Namun, sisa waktu lima bulan jelang pendaftaran capres, menjadi tantangan terberat bagi calon-calon lain untuk meraih dukungan elektabilitas. Ganjar, misalnya, membutuhkan waktu dua tahun untuk mencapai elektabilitas 13,9 persen dari semula 1,8 persen.
Melihat proporsinya, jumlah suara pemilih mengambang tersebut (39,1 persen) tersebut masih sangat besar dan bisa menjadi penentu kemenangan bagi calon manapun. Namun, proporsi ini akan terus berkurang seiring dengan berjalannya waktu mendekati waktu pemilihan yang diikuti dengan orientasi pilihan yang lebih jelas kepada sosok-sosok capres.

Bakal calon presiden Anies Baswedan menyapa para relawannya di Tennis Indoor Senayan, Jakarta (21/5/2023). Relawan bakal calon presiden Anies Baswedan menyelenggarakan acara bertajuk "Temu Kebangsaan Relawan Anies Baswedan".
Momentum Prabowo
Dalam konteks itu, selain mengerucutnya angka elektabilitas, tren keterpilihan ini juga menunjukkan kemungkinan yang dapat terjadi dalam beberapa bulan ke depan. Jika mengikuti pola tren yang terjadi sejak 2019, tingkat dukungan kepada Prabowo terekam lebih fluktuatif dibanding Ganjar dan Anies.
Rata-rata tingkat elektabilitas Prabowo sepanjang Oktober 2019-Mei 2023 sebesar 18,4 persen dengan capaian terendah pada Januari 2021 (12 persen) dan tertinggi pada Januari 2022 (26,5 persen). Kenaikan dukungan paling besar terjadi pada kurun Oktober 2021 ke Januari 2022, saat itu elektabilitas Prabowo meningkat 12,6 persen. Namun, Prabowo juga pernah mengalami tren penurunan keterpilihan yang cukup besar pada periode Juni 2022 ke Oktober 2022 yaitu turun sebesar 7,7 persen.
Jika tingkat elektabilitas Prabowo terlihat fluktuatif, hal berbeda dialami Ganjar. Secara periodik dukungan kepada Ganjar terus meningkat, dari 1,8 persen di Oktober 2019 hingga mencapai 22,8 persen di Mei 2023. Namun, sebagai catatan, dalam survei terbaru ini, elektabilitas Ganjar untuk pertama kali mengalami penurunan. Padahal, Ganjar sempat unggul atas Prabowo pada bulan Oktober 2022 dan Januari 2023.
Hal sedikit berbeda terjadi pada elektabilitas Anies. Sempat menunjukkan tren kenaikan dari Oktober 2019 hingga Januari 2022, elektabilitas Anies terlihat stabil dalam dua survei terakhir. Pencapaian tertinggi Anies terjadi pada Oktober 2022 ketika dicalonkan oleh Partai Nasdem sebagai capres. Namun, setelah itu elektabilitas Anies justru cenderung menurun.

Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto bertemu dengan Presiden ke-6 RI yang juga Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono, di Museum dan Galeri SBY-ANI di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur (20/5/2023).
Sebenarnya hal ini juga terjadi pada Prabowo dan Ganjar. Prabowo dicalonkan Gerindra sebagai capres pada bulan Agustus 2022. Namun, elektabilitasnya justru menurun pada survei Oktober 2022 dan Januari 2023. Baru pada Mei 2023, elektabilitas Prabowo meningkat. Fenomena yang sama juga terjadi pada Ganjar. Setelah resmi menjadi capres dari PDI-P pada April 2023, elektabilitasnya juga menurun pada Mei 2023.
Hasil survei terbaru, Mei 2023, menempatkan elektabilitas Prabowo di atas tokoh lainnya. Banyak faktor yang mendorong peningkatan elektabilitas tersebut, mulai dari citra tokoh, kerja mesin partai, hingga koalisi parpol yang memberi dukungan bagi elektabilitas bagi Prabowo. Di luar itu, temuan survei memperlihatkan adanya korelasi antara pemilih Prabowo saat ini dengan tingkat kepuasan kepada kinerja pemerintahan Joko Widodo.
Jika melihat latar belakang pemilih Prabowo saat ini, profil pendukungnya berada di tengah kuadran antara tingkat kepuasan dan keyakinan terhadap pemerintah Jokowi-Amin. Meski berada di kuadran tengah, tingkat kepuasan dan keyakinan para pemilih Prabowo saat ini terhadap pemerintahan Jokowi relatif baik.
Pemilih Prabowo saat ini yang menyatakan puas terhadap kinerja pemerintah mencapai 69,1 persen. Posisi kuadran ini memperlihatkan bahwa pemilih yang cukup puas dan cukup yakin terhadap kinerja pemerintahan Jokowi-Amin memandang Prabowo sebagai bagian dari pemerintahan (Menteri Pertahanan). Di tengah tren kenaikan apresiasi kinerja pemerintahan secara umum, Prabowo juga mendapat keuntungan elektabilitas dari pemilih yang cukup puas dan cukup yakin terhadap kinerja pemerintahan.
Di luar itu ada juga pemilih mengambang yang saat masih belum menentukan pilihan capres. Namun, kalau dilihat karakternya yang agak puas dan agak yakin dengan pemerintah, terlihat latar belakang pemilih mengambang ini mirip dengan pendukung Prabowo saat ini. Jika Prabowo bisa mendapatkan dukungan dari pemilih mengambang ini, peluang untuk meningkatkan tingkat elektabilitas di kemudian hari masih sangat besar.

Gagasan Ganjar
Jika Prabowo masih punya potensi memperluas dukungan, hal serupa tidak dialami Ganjar. Dari sisi pendukung saat ini, Ganjar yang didukung oleh partai pemerintah banyak dipilih oleh pemilih yang puas dan yakin terhadap pemerintah. Ini juga berarti Ganjar diharapkan dapat melanjutkan arah pembangunan yang sudah dilakukan pemerintahan saat ini.
Profil pemilih Ganjar merupakan mereka yang paling banyak puas terhadap kinerja pemerintah (80,5 persen) dan yang relatif besar tingkat keyakinannya pada pemerintah (85,3 persen). Namun, yang perlu dicermati, pemilih yang puas dan yakin terhadap pemerintah sudah hampir semuanya memilih Ganjar.
Hanya saja, jika mengandalkan dari ceruk pemilih ini, belum cukup untuk mengantarkan Ganjar menjadi presiden. Ganjar perlu menarik dukungan dari segmen pemilih yang lain. Untuk meningkatkan elektabilitasnya, Ganjar harus menambahkan ide, gagasan, atau rencana pembangunan yang baru dan berbeda dengan yang dilakukan Jokowi saat ini.
Prioritas pembangunan yang sedikit berbeda ini diharapkan dapat menarik pemilih yang lebih beragam, selain tentu saja meneruskan pembangunan yang dilakukan pemerintah saat ini, agar dapat mempertahankan dukungan dari pendukungnya saat ini.

Terobosan Anies
Tantangan meningkatkan elektabilitas juga dialami Anies. Sejak Oktober 2021, posisi Anies selalu tertinggal dibandingkan Prabowo dan Ganjar. Profil pendukung Anies saat ini berada di level bawah pada kuadran tingkat kepuasan dan keyakinan terhadap pemerintah. Artinya, pendukung Anies umumnya didominasi oleh orang-orang yang kurang puas dan kurang yakin akan pemerintah saat ini. Kemampuan pemerintahan Jokowi-Amin yang berhasil menjaga tren kepercayaan masyarakat cenderung kurang menguntungkan bagi Anies.
Situasi ini tentu tidak menguntungkan bagi Anies maupun partai pendukung. Anies beserta partai pendukungnya perlu segera melakukan terobosan untuk meningkatkan elektabilitasnya. Semakin lama situasi stagnansi ini berlangsung, semakin sulit nanti untuk bisa meningkatkan dukungan. Sebab, dengan semakin berjalannya waktu, masyarakat yang belum menentukan pilihan akan semakin sedikit, yang berarti kemungkinan mendapatkan tambahan elektabilitas akan semakin kecil juga.
Baca juga: Prabowo, Ganjar, Anies Berebut Generasi Pemilih Mengambang
Kian mengerucutnya elektabilitas pada sosok Prabowo, Ganjar, dan Anies dari hasil survei terkini membawa dinamika baru persaingan berupa strategi perluasan dukungan publik. Narasi-narasi pencapresan akan semakin masif menyasar ceruk pemilih termasuk melihat latar belakang orientasi pemilih dalam menilai kinerja pemerintah. Di luar itu, penjaringan nama cawapres juga bakal lebih santer dilakukan.
Tidak dimungkiri, faktor cawapres juga memiliki faktor penguat dalam meluaskan dukungan elektabilitas. Persaingan strategi memperluas tingkat elektabilitas tiga capres potensial ini akan banyak mewarnai pentas politik nasional jelang pendaftaran nama capres 2024. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Sederet Opsi Figur Cawapres