Siapa Paling Loyal, Pendukung Prabowo, Ganjar, atau Anies?
Masih belum solidnya kadar loyalitas dukungan pada ketiga calon presiden rujukan publik: Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan, mengindikasikan perubahan penguasaan dukungan potensial terjadi.
Oleh
Bestian Nainggolan
·4 menit baca
FAKHRI FADLURROHMAN
Simpatisan Partai Gerindra membawa poster dan nyiru bertuliskan "Prabowo Presiden" saat mengiringi pendaftaran bakal calon legislatif di depan Gedung KPU, Jakarta, Sabtu (13/5/2023).
Survei Litbang Kompas periode Mei 2023 menunjukkan perubahan peta penguasaan dukungan pemilih pada posisi papan atas perolehan dukungan. Prabowo Subianto kali ini memuncaki persaingan dengan menguasai 24,5 persen dukungan responden. Sementara Ganjar Pranowo berada pada posisi kedua dengan dukungan 22,8 persen. Anies Baswedan berada pada posisi ketiga dengan dukungan 13,6 persen responden.
Membandingkan dengan hasil survei sebelumnya, langkah Prabowo merebut posisi pertama persaingan dari sebelumnya yang terkuasai Ganjar cukup terbilang spektakuler. Sebab, sejak Oktober 2022, peningkatan dukungan pada Prabowo terbilang konsisten setelah sebelumnya penurunan dukungan ia alami. Sebelum periode penurunan dukungan, Prabowo sebenarnya telah memuncaki posisi teratas persaingan. Itulah mengapa capaiannya kali ini menjadi perulangan dari prestasi yang pernah ia gapai.
Berbeda dengan kondisi yang dialami Ganjar. Capaiannya pada survei kali ini relatif lebih rendah daripada survei periode sebelumnya. Terjadi penurunan dukungan sekitar 2,5 persen. Besar kemungkinan, peristiwa penolakan dukungan pada kedatangan tim sepak bola Israel U-20 hingga berujung pada gagalnya penyelenggaraan Piala Dunia U-20 di negeri ini, membangkitkan pro-kontra terhadap sikapnya.
Walaupunpada periode yang tidak berbeda jauh, PDI-P menegaskan dukungan capres pada dirinya, masih tampak sikap-sikap resistensi. Terhadap dinamika politik yang terjadi, Ganjar terganjal. Tren peningkatan dukungan yang selama ini terjadi terus-menerus pada Ganjar, pada periode Mei 2023 tertahan.
Pada sisi lain, dukungan Anies Basswedan tetap stagnan. Beberapa manuver politik yang terjadi, baik pencalonan resmi Nasdem pada dirinya sebagai capres Oktober 2022, pembentukan pencapresan bersama PKS dan Demokrat yang kemudian dinamakan Koalisi Perubahan untuk Persatuan, serta beragam aktivitas temu relawan sepanjang tahun ini, belum mampu mendongkrak dukungan pemilih secara signifikan. Bahkan, apabila ditarik periode waktu sebelum dukungan Nasdem pada Anies berlangsung, praktis stagnasi dukungan telah berlangsung.
Dengan segenap kekinian kondisi yang dialami oleh para capres papan atas dukungan publik, peta persaingan terbilang dinamis. Belum terbentuk suatu konfigurasi dukungan yang ajek. Pada papan atas dukungan di masa yang akan datang masih saja dapat terjadi perubahan, tergantung pada dinamika politik pencapresan yang terjadi.
Indikasi masih dinamisnya persaingan tergambarkan saat dilakukan simulasi dengan mengerucutkan pilihan capres hanya pada ketiga calon: Anies, Ganjar, dan Prabowo. Hasilnya, Ganjar mampu mengungguli Prabowo dan Anies. Dukungan terhadap Ganjar terpaut tipis, sekitar 2 persen di atas Prabowo. Namun, dalam bentuk simulasi lain, tatkala ketiga capres tersebut dihadap-hadapkan satu sama lain, Prabowo relatif lebih unggul saat berhadapan dengan Ganjar dan Anies. Sementara, Anies terkalahkan oleh kedua capres lainnya.
Masih dinamisnya peta persaingan di antara para capres dan perubahan dukungan yang potensial terjadi tidak lepas dari kadar loyalitas dukungan yang terekam pada setiap capres tersebut. Loyalitas dukungan yang dimaksud terkait dengan seberapa yakin setiap pemilih terhadap pilihannya. Apakah pilihan yang diungkapkan sudah menjadi pilihan final yang tidak akan berubah-ubah lagi apa pun yang dialami capres pilihannya itu ataukah kecenderungan terjadi perubahan seiring dengan perkembangan politik yang berlangsung.
TIM MEDIA GANJAR
Bakal calon presiden Ganjar Pranowo saat mengikuti acara konsolidasi pemenangan Pilpres 2024 yang diselenggarakan DPD PDI Perjuangan Sumatera Selatan di GOR Dempo, Palembang, Sumsel, Sabtu (20/5/2023).
Dalam hal ini, potensi kekuatan setiap capres dapat dilihat dari seberapa besar kadar loyalitas pendukungnya. Para pendukung yang tergolong loyal (strong voter) tidak akan mengalihkan dukungan pada sosok lain dan sebaliknya, yang kurang loyal (swing voter) cenderung berubah. Semakin besar proporsi swing voter pada setiap capres, di satu sisi mengindikasikan kerawanan penguasaan dukungan.
Berdasarkan hasil survei, sejauh ini belum ada satu pun capres papan atas yang memiliki barisan pemilih loyal yang terbilang kuat. Setiap capres didukung pula oleh para pemilih kurang loyal yang signifikan jumlahnya.
Di antara ketiga capres, Anies memiliki barisan pendukung loyal yang relatif lebih besar. Tidak kurang dari 55,2 persen dari responden yang mengaku menjatuhkan pilihan politiknya pada Anies terbilang loyal. Mereka mengaku tidak akan mengalihkan dukungannya pada sosok capres lainnya. Sebaliknya, 44,8 persen terbilang kurang loyal.
Jika ditelusuri lebih jauh, pendukung loyal Anies berasal dari latar belakang jenis kelamin perempuan (51,5 persen), barisan usia terbanyak pada kisaran 35-49 tahun (32,4 persen), proporsi pendidikan tinggi terbilang besar (22,2 persen), berpijak pada kelompok ekonomi menengah (46,1 persen) dan menengah ke atas (24,5 persen), serta dari sisi pilihan politik terbanyak mengaku menjadi pemilih Nasdem (22,1 persen), Gerindra (17,6 persen), PKS (10,1 persen), dan Demokrat (8,8 persen).
Berdasarkan latar belakang pemilih loyal Anies, tampak jika pendukung loyalnya tersegmentasi pada kelompok identitas tertentu yang terkonsentrasi pada kelompok sosial elite menengah dan atas dengan latar belakang politik yang mulai tersegmen pada partai-partai pendukungnya.
Pada Ganjar dan Prabowo, barisan pendukungnya yang terbilang loyal sebesar 53,5 persen. Sementara para pendukung yang masih dapat berubah pilihan pada kedua tokoh tersebut sebanyak 46,5 persen.
Namun, berbeda dengan Anies, Ganjar dan Prabowo memiliki karakteristik dukungan yang berkebalikan. Kedua tokoh ini didukung oleh lebih banyak kaum laki-laki. Pada Ganjar, misalnya, 54,4 persen pemilihnya laki-laki. Prabowo relatif lebih besar, 61,4 persen.
FAKHRI FADLURROHMAN
Sukarelawan mengibarkan bendera bergambar Anies Baswedan di Tennis Indoor Senayan, Jakarta, Minggu (21/5/2023). Sukarelawan bakal calon presiden Anies Baswedan menyelenggarakan acara bertajuk "Temu Kebangsaan Relawan Anies Baswedan" yang dihadiri ribuan sukarelawan dari berbagai penjuru Indonesia.
Dari sisi jenjang pendidikan dan kelas sosial ekonomi, baik Ganjar maupun Prabowo didukung oleh kelompok loyal berstatus sosial menengah hingga bawah. Dari sisi pendidikan, misalnya, tidak kurang dari 59,9 persen pendukung Prabowo berpendidikan dasar. Sementara pendukung loyal Ganjar, 53,9 persen berpendidikan dasar. Kondisi agak mirip juga terjadi pada kelompok ekonomi, yang mendudukkan para pendukung loyal kedua capres pada kelompok menengah ke bawah.
Terkait dengan dukungan partai politik pun menunjukkan loyalitas partai yang terbilang kuat pada kedua sosok capres. Pada Ganjar, pendukung utama para pemilih PDI-P (53,1 persen) kendati didukung pula oleh PKB (7 persen), Gerindra (5,6 persen), dan partai lain dengan proporsi yang kurang signifikan.
Sementara pada Prabowo, pendukung loyalnya merupakan para pemilih Gerindra (43,4 persen), dan terbilang signifikan pula dukungan dari pemilih Golkar (10,9 persen), PDI-P (11,6 persen), dan Demokrat (9,3 persen). Selain ketiga partai tersebut, dukungan para pemilih partai-partai lain terbilang kurang signifikan.
Dengan konfigurasi dukungan pemilih loyal yang terbentuk, ruang persaingan memang masih terbuka lebar, yang memungkinkan setiap capres memuncaki penguasaan dukungan pemilih. (LITBANG KOMPAS)