Survei Litbang "Kompas" : “Partisanship” Pengaruhi Penilaian Kinerja Pemerintah
Penilaian publik pada kinerja pemerintahan Jokowi-Amin tidak sekadar berdasar persepsi yang dibangun atas pengetahuan dan pengalaman responden. Pilihan politik sedikit banyak juga memengaruhi lahirnya penilaian tersebut.
Oleh
YOHAN WAHYU
·4 menit baca
Sikap yang dipengaruhi oleh pilihan politik (partisanship) ini tergambar dari hasil survei tatap muka Litbang Kompas pada Mei 2023 ini. Pilihan politik ini tidak saja dilihat dari latar belakang pilihan partai politik, namun juga didorong oleh pilihan presiden pada pemilihan presiden 2019.
Hasilnya, responden pemilih dari partai politik yang berada di luar pemerintahan cenderung lebih kritis dan pesimis terhadap kinerja pemerintahan Jokowi-Amin. Sebaliknya, responden pemilih partai-partai yang saat ini berada dalam pemerintahan, relatif cenderung apresiatif dan optimis.
Setidaknya hal ini bisa dilihat dari analisis kuadran yang dilakukan Litbang Kompas dari hasil survei. Ada dua varibel yang dipakai, yakni tingkat kepuasan dan tingkat keyakinan responden terhadap kinerja pemerintahan Jokowi-Amin. Dua varibel ini kemudian dianalisis dengan model kuadran yang menghasilkan empat kategori.
Jika dilihat searah jarum jam, kategori pertama, yakni kuadran kiri bawah, adalah kelompok responden yang paling kritis dan pesimis terhadap kinerja pemerintah. Kategori kedua adalah kuadran kiri atas yang berisi kelompok responden yang kurang apresiatif tapi relatif menyimpan optimisme terhadap kinerja pemerintah.
Kemudian kategori ketiga adalah kuadran kanan atas. Kelompok responden yang berada di kuadran ini adalah mereka yang paling apresiatif sekaligus paling optimis dengan kinerja pemerintah. Terakhir, kategori keempat di kuadran kanan bawah, yakni mereka yang cenderung apresiatif, namun kurang optimis kinerja pemerintah ke depan akan bisa lebih baik lagi.
Dari keempat kuadran ini, jika dimasukkan variabel pilihan partai politik, tampak kelompok responden pemilih Partai Keadilan Sejahtera (PKS) berada di kuadran kiri bawah, masuk kelompok yang cenderung kritis sekaligus pesimis dengan pemerintahan Jokowi.
Tentu ini makin menegaskan, pemilih PKS berbanding lurus dengan sikap dan posisi politik yang diambil partai ini untuk berada di luar pemerintahan sebagai kekuataan penyeimbang atau oposisi.
Tren posisi PKS yang berada di kuadran kiri bawah ini relatif konsisten dari sejumlah survei Kompas. Selain tampak pada survei periode Mei 2023 ini, posisi yang sama juga ditunjukkan responden pemilih PKS di survei Januari 2023, bahkan juga di survei Januari 2022, Juni 2022, dan Oktober 2022.
Bisa dikatakan asosiasi partai oposisi sejati memang tidak salah jika dilekatkan pada PKS dengan pemilihnya yang relatif loyal dan militan karena cenderung segaris dengan langkah dan kebijakan partai.
Hal berbeda justru ditunjukkan oleh responden pemilih Partai Demokrat. Meskipun sama-sama berada di luar pemerintahan kurang lebih sepuluh tahun terahir ini bersama PKS, pemilih Demokrat cenderung tidak semilitan pemilih PKS.
ADRYAN YOGA PARAMADWYA
Simpatisan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) bersorak dalam Puncak Milad ke-21 PKS di Istora Senayan, Jakarta, Sabtu (20/5/2023). PKS memperingati milad ke-21 bersama ribuan anggota, simpatisan, dan pengurus partai. Selain itu, Wakil Presiden ke-10 dan 12 RI Jusuf Kalla, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono, Wakil Ketua Umum Partai Nasdem Ahmad Ali, dan bakal calon presiden Koalisi Perubahan untuk Persatuan Anies Baswedan juga turut hadir dan memberikan sambutan.
Dari lima survei terakhir Litbang Kompas, kelompok responden pemilih Demokrat tidak pernah berada di kuadran kiri bawah seperti halnya responden pemilih PKS.
Responden pemilih Demokrat cenderung berada di antara kuadran kanan, baik bawah maupun atas. Pada survei Januari 2022, responden Demokrat masuk kuadran kanan atas, yakni mereka yang puas dan optimis dengan pemerintahan Jokowi.
Pada survei Juni 2022 pemilih Demokrat beralih ke kuadran kanan bawah yang lebih puas dengan kinerja pemerintah, namun pesimis dengan kinerjanya ke depan.
Pada survei Oktober 2022, posisinya kembali ke kuadran bawah, namun pas di tengah-tengah antara kuadran kiri dan kanan bawah. Artinya, pemilih Demokrat cenderung terbelah soal kepuasan pada masa depan pemerintahan Jokowi, meskipun sama-sama pesimis terhadap pemerintah.
Namun, di dua survei terakhir Kompas, yakni Januari dan Mei 2023 ini posisi pemilih Demokrat cenderung bergeser lagi ke kanan atas, sekelompok dengan responden pemilih partai-partai politik yang selama ini berada di dalam pemerintahan. Hal ini menegaskan, langkah politik Demokrat yang berada di luar pemerintahan tidak serta merta diikuti oleh pemilihnya.
Sama halnya dengan PKS, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) juga memiliki loyalitas dan militansi pemilih. Namun, posisinya berseberangan dengan PKS karena PDI-P menjadi partai politik pendukung pemerintahan Jokowi-Amin. Pemilih partai berlambang kepala banteng moncong putih ini relatif konsisten berada di kuadran kanan atas.
Dari lima survei yang digelar Litbang Kompas, responden pemilih PDI-P selalu berada di kuadran kanan atas, bahkan posisinya paling ujung atas kanan, yang menunjukkan betapa sangat apresiatif dan optimis pemilih PDI-P terhadap kinerja pemerintahan Jokowi-Amin.
Sama halnya dengan PKS, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) juga memiliki loyalitas dan militansi pemilih
Selain PDI-P, partai-partai politik yang berada dalam barisan pendukung pemerintahan juga masuk dalam kuadran kanan atas ini. Namun, jika dibandingkan dengan PDI-P yang selalu berada di ujung kanan atas, partai-partai politik pendukung pemerintah lainnya cenderung lebih dinamis posisinya.
Kondisi ini juga tergambar dari kelompok responden pemilih Partai Nasdem yang selalu berada di kuadran kanan atas, termasuk pada survei Mei 2023 ini.
Sejauh ini pilihan politik Partai Nasdem jelang pemilihan presiden 2024 yang mengajukan pilihan politik yang berbeda dengan koalisi partai-partai politik pendukung pemerintahan, relatif tidak berdampak besar pada sikap pemilihnya yang cenderung masih apresiatif dan optimis pada kinerja pemerintah.
Kentalnya isu pilihan politik atau sikap partisan dalam menilai kinerja pemerintahan makin tampak jika didekati dengan pilihan responden saat pemilihan presiden 2019 lalu. Mereka yang memilih Jokowi sebagai presiden cenderung apresiatif dan optimis dengan jalannya kerja-kerja pemerintahan Jokowi-Amin selama ini.
Hal ini juga ditunjukkan oleh kelompok pemilih Jokowi, termasuk mereka yang memilih partai-partai oposisi yang berada di luar pemerintahan. Mayoritas pemilih Jokowi masuk dalam kuadran kanan atas.
Dari kelompok ini, sebagian besar memang pemiih partai-partai politik pendukung pemeritahan, namun sebagian di antara mereka juga ada yang pemilih PKS dan Demokrat, dua partai yang berada di luar pemerintahan, meskipun tidak sebanyak dari kelompok pemilih partai pendukung pemerintah.
Namun, berbeda dengan kelompok responden pemilih Jokowi, kelompok responden pemilih Prabowo relatif menyebar di sejumlah kuadran, tidak berada di satu kuadran yang sama seperti pemilih Jokowi.
FAKHRI FADLURROHMAN
Simpatisan Partai Gerindra melemparkan yel-yel Prabowo Presiden di depan gedung KPU, Jakarta, Sabtu (13/5/2023). Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Partai Gerindra mendaftarkan bakal calon anggota dewan perwakilan rakyat untuk maju pada pemilu 2024. KPU membuka pendaftaran bakal calon legislatif anggota DPR, DPRD dan DPD periode 2024-2029 selama dua pekan, yakni sejak Senin 1 Mei 2023 hingga 14 Mei 2023.
Pemilih Prabowo yang sekaligus pemilih PKS berada di paling ujung kuadran kiri bawah. Sebaliknya, pemilih Prabowo yang juga pemilih PDI-P berada di paling ujung kuadran kanan atas.
Pemilih Prabowo lainnya yang memilih partai-partai lain, tersebar di kuadran kanan atas dan kiri atas, termasuk sebagian di kiri bawah bersama responden pemilih Prabowo dan PKS.
Masuknya Prabowo dalam kabinet sekaligus menjadi barisan pendukung pemerintahan Jokowi, padahal sebelumnya menjadi rival di pemilihan presiden, sedikit banyak membuat para pendukungnya relatif lebih menyebar ke sejumlah kuadran dibandingkan kelompok pemilih Jokowi.
Pada akhirnya, pilihan terhadap presiden dan partai politik saling berkaitan dan menyatu yang kemudian menjadi pertimbangan dan mendorong pemilih memberikan penilaian pada kinerja pemerintah.
Hal ini menegaskan, sikap partisan karena pilihan politik, tidak bisa lepas begitu saja ketika pemilih bersikap terhadap isu-isu tertentu, termasuk dalam menilai kinerja pemerintah. (LITBANG KOMPAS)