Konser Coldplay, Memahami Antusiasme Menyambut Chris Martin dan Kawan-kawan
Demam Coldplay melanda publik Indonesia. Ketenaran dan kemegahan konser yang ditawarkan menjadi resep sempurna di balik tingginya animo publik menyambut Coldplay.

Layar panggung menunjukkan daya listrik yang dikonversi dari lompatan pengunjung di area kinetik sebelum konser Coldplay yang megah di Stadion Hampden Park, Glasgow, Skotlandia, Selasa (23/8/2022).
Band Coldplay dijadwalkan akan menggelar konser di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, pada 15 November 2023 mendatang. Perhelatan yang menjadi bagian dari ”Music of the Spheres World Tour” tersebut merupakan yang pertama kali dilakukan Coldplay di Indonesia.
Kedatangan band kelas dunia ini seakan menjadi kulminasi dari penantian panjang para penggemarnya di Indonesia. Wajar saja, sudah beberapa kali Coldplay diisukan akan memasukkan Indonesia sebagai lokasi konser, tetapi akhirnya hanya menjadi wacana belaka.
Tak pelak, konfirmasi resmi kunjungan Coldplay ke Indonesia menjadi kejutan luar biasa bagi banyak orang. Alhasil, obrolan tentang Coldplay merebut lampu sorot perbincangan di jagat maya. Mereka mengalahkan percakapan terkait isu panas lainnya, seperti kunjungan Presiden Jokowi ke Lampung, kasus narkoba Irjen Teddy Minahasa, SEA Games Kamboja, dan KTT ke-42 ASEAN.
Litbang Kompas mengamati fenomena ”demam” Coldplay ini selama satu pekan (14-20 Mei 2023) melalui aplikasi Talkwalker dengan kata kunci ”Coldplay” dan saringan lokasi ”Indonesia”. Hasilnya, terdapat 283.804 percakapan dan 2,26 juta interaksi di antara warganet dari berbagai kanal medsos dan pemberitaan media massa digital.
Interaksi warganet tersebut mengalami peningkatan dari pekan sebelumnya. Dari pantauan yang sama, sepanjang 7-14 Mei 2023terdapat 1,9 juta engagement terkait ”Coldplay” di media sosial. Hangatnya publik menyambut kedatangan Coldplay dapat dilihat dari sentimen percakapan yang cenderung positif, seperti bersyukur, senang, dan antusias.

Para pemburu tiket konser grup band Coldplay berburu tiket (ticket war) secara daring di warung internet (warnet) di kawasan Pamulang, Tangerang Selatan, Banten (17/5/2023). Warnet gim daring menjadi pilihan pemburu tiket karena kecepatan internetnya yang kencang.
Namun, ada pula yang merespons kedatangan Coldplay dengan kecurigaan akan banyak terjadi kasus penipuan akibat maraknya praktik calo tiket. Belakangan muncul pula pernyataan menolak kedatangan Coldplay karena tuduhan mendukung LGBTQ dan ateisme.
Dalam satu pekan terakhir (14-20 Mei 2023), puncak pencarian dan percakapan seputar Coldplay terjadi pada 17 Mei 2023 pukul 10.00-11.00. Tingginya interaksi pada saat itu tidak terlepas dari dimulainya penjualan tiket presale konser band Coldplay Music of The Spheres tersebut. Sontak informasi seputar tiket presale ini diserbu rasa penasaran dan antusias warganet.
Informasi seputar kedatangan band Coldpaly dan penjualan tiket, memang mendominasi pencarian dan percakapan terkait Coldplay di media sosial. Hal ini juga tergambar dari interaksi warganet pada pekan sebelumnya (7-14 Mei 2023).
Obrolan mengenai Coldplay mengalami puncaknya pada 9 Mei 2023 pukul 10.00-11.00 WIB. Momen tersebut bertepatan dengan waktu pengumuman resmi kedatangan Coldplay ke Indonesia. Dalam kurun waktu tersebut, terjadi 10.400 percakapan di media sosial dan pemberitaan media daring.
Masifnya penyebaran kabar kedatangan Coldplay tak lepas dari banyaknya akun media, pemengaruh, dan artis yang memberitakan ulang atau memberikan tanggapan. Selain itu, kanal-kanal media massa daring juga tak menyia-nyiakan waktu untuk merilis berita berisi informasi jadwal, harga tiket, dan informasi seputar Coldplay.

Tenar
Melihat meriahnya sambutan yang diberikan publik, wajar apabila ada yang bertanya apa yang menyebabkan Coldplay mampu meraih perhatian sedemikian besar ini. Dari beberapa alasan, ketenaran band ini merupakan yang utama. Band yang dipunggawai Chris Martin sebagai vokalis dan pianis, Johnny Buckland sebagai gitaris, Guy Berryman sebagai bassist, dan Will Champion sebagai drummer memang dapat dikatakan sebagai salah satu band legendaris yang masih eksis hingga sekarang.
Coldplay telah terbentuk sejak tahun 1996. Artinya, jejak karier mereka telah membentang selama hampir 27 tahun. Band yang sebelumnya sempat bernama ”Starfish” ini disebut-sebut sebagai salah satu ikon brit-pop era 1990-an, bersama dengan Radiohead, Oasis, dan The Verse. Berita Kompas pada 11 Oktober 2002 menyebutkan Coldplay menarik ceruk penggemar musik dengan menawarkan kesederhanaan yang manis, nyaman di kuping banyak orang, tetapi tidak kacangan dan tetap mempertahankan kesan monoton khas brit-pop.
Sepanjang karier mereka berkarya, Coldplay telah memproduksi sebanyak 226 lagu dan sembilan album studio. Beberapa rilis yang sempat lama bertengger di Billboard Hot 100 adalah Viva la Vida, Something Just Like This, Paradise, Sky Full of Stars, dan Hymn for the Weekend. Album mereka pun juga laris manis di pasaran, dengan terjual sebanyak lebih 100 juta kopi di seluruh dunia.
Di ranah digital, Coldplay termasuk salah satu musisi populer. Hingga 15 Mei 2023, mereka tercatat memiliki 65,1 juta pendengar bulanan di Spotify. Jumlah ini merupakan terbanyak ke-15 secara global dan pertama terbanyak sepanjang sejarah untuk kelompok band, mengalahkan Maroon 5, Imagine Dragoons, dan OneRepublic. Di samping itu, band yang berkomitmen menyumbangkan 10 persen pendapatannya untuk kegiatan amal ini juga merupakan kelompok band pertama yang mampu menembus 1 miliar streams di Spotify.

Indonesia sendiri merupakan salah satu penyumbang terbesar pendengar Coldplay di layanan streaming. Per bulan Mei 2023, Coldplay memiliki 2,93 juta pendengar bulanan asal Indonesia di Spotify. Ini menjadikan Indonesia sebagai pendengar Coldplay di Spotify terbanyak keempat sedunia.
Selain itu, kota-kota Indonesia juga menempati jajaran teratas penonton kanal Coldplay di Youtube. Jakarta bahkan menempati peringkat pertama, di mana video Coldplay ditonton sebanyak 5,1 juta kali dalam sebulan terakhir. Bila ditotal, sebanyak 12,4 juta tontonan bulanan Coldplay berasal dari Indonesia atau 12,7 persen dari total global. Angka ini menunjukkan bahwa Coldplay memang memiliki basis penggemar yang besar di Indonesia.
Coldplay pun dapat dikatakan sebagai kelompok musisi yang bergelimang penghargaan. Sepanjang kariernya, Coldplay telah menyabet ratusan penghargaan dan nominasi yang diterimanya dari berbagai ajang. Dalam Grammy Award, ajang penghargaan paling bergengsi di dunia musik, Coldplay berhasil memboyong pulang tujuh penghargaan dari 34 nominasi. Coldplay juga adalah kelompok band yang paling sukses di BRIT Award, dengan 9 penghargaan dari 30 nominasi di berbagai kategori.

Kesuksesan
Semua torehan prestasi tersebut seakan menjadi fondasi kokoh bagi kesuksesan konser-konser yang dihelat oleh Coldplay. Selama dua puluh tahun terakhir, band yang dikenal aktif mengampanyekan perdamaian global ini telah mengadakan delapan kali tur konser dunia.
Coldplay adalah salah satu dari 11 musisi yang mampu menembus angka 1 miliar dolar AS dari pendapatan semua konser yang pernah mereka selenggarakan. Total sebanyak 12 juta tiket terjual dari 456 pertunjukan selama perjalanan karier mereka. Tur paling sukses sejauh ini adalah ”A Head Full of Dreams” pada 2016-2017 lalu yang mampu meraup 523,3 juta dollar AS dan dilabeli sebagai tur tersukses ke-7 sepanjang sejarah.
Konser Coldplay menjadi incaran tidak hanya bagi para penggemarnya saja, tapi bagi khalayak yang menyukai hiburan pertunjukan. Pasalnya, Coldplay konsisten menyuguhkan penampilan spektakuler yang dilengkapi dengan berbagai efek visual megah.
Salah satu ciri utama konser Coldplay adalah gemerlap cahaya yang dipancarkan dari puluhan ribu xyloband, gelang LED yang dipakai oleh para penonton konser. Gelang tersebut dilengkapi teknologi canggih yang dapat diatur secara terpusat sehingga mampu menyulap venue konser menjadi lautan cahaya berwarna-warni. Dengan xyloband ini, penampilan setiap lagu menjadi jauh lebih meriah, seperti ketika ribuan kelip cahaya putih-keunguan laksana bintang di malam hari bergoyang sembari ”A Sky Full of Stars” dibawakan Chris Martin dan kawan-kawan.

Di samping itu, Coldplay juga tak ragu menggunakan laser, kembang api, balon, dan meriam confetti yang membuat seisi stadion dihujani potongan kertas berbentuk kupu-kupu atau bintang. Chris Martin juga terkenal selalu memiliki energi yang tak pernah padam sepanjang jalannya konser. Ia melompat, berlari, bersujud, dan berdansa, sembari tak henti menyapa para penonton dari atas panggung.
Kombinasi dari atraksi panggung, lautan cahaya, kualitas sistem suara, dan lantunan musik inilah yang membuat tiket konser Coldplay selalu habis diburu para penggemarnya. Menurut Billboard, konser mereka sepanjang 2022 mencatatkan jumlah penonton rata-rata adalah 52.909 per pertunjukan. Ini berarti ada kenaikan 12,8 persen dari konser tersukses mereka.
Baca juga: Hebohnya ”Ticket War” Konser Coldplay
Lebih daripada itu, jumlah pendapatan per pertunjukan juga mengalami kenaikan, dari 4,5 juta dollar AS pada 2016-2017 menjadi 4,9 juta dollar AS pada 2022. Jumlah tersebut masih akan terus bertambah seiring berjalannya konser ”Music of the Spheres” sampai penghujung tahun 2023 ini.
Dengan semua torehan, pencapaian, serta kesuksesan menggelar konser, dapat dipahami mengapa publik Indonesia begitu antusias menyambut Coldplay. Meski harga tiket konser yang dipatok relatif cukup tinggi, hal tersebut tampaknya tak menyurutkan semangat para penggemar fanatiknya hingga sudah habis terjual.
Sebelumnya, para fans ini bahkan rela untuk ”perang” memperebutkan kesempatan bertemu Chris Martin dan kawan-kawan seraya terus bernyanyi “See You Soon” saat menunggu band pujaan hati datang ke Indonesia November nanti. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Mengenang Kehebohan Nonton Konser Coldplay