“Nobar” Gerhana Matahari di Media Sosial
Gerhana Matahari total menyambangi sejumlah wilayah Indonesia pada 20 April 2023. Fenomena alam yang jarang terjadi ini disambut antusias warganet mencari informasi tentang gerhana dan “nonton bareng” di media sosial.
Rasa penasaran warganet Indonesia ini terekam dari pencarian informasi dan percakapan seputar gerhana matahari di media sosial dan mesin pencari Google. Merujuk data Google Trends, pengguna internet di Indonesia paling banyak mencari informasi seputar “gerhana” pada 18 April 2023 dan 20 April 2023.
Dari rentang skala 0-100, Google Trends menangkap puncak pencarian (skor 100) informasi tentang gerhana terjadi pada 18 April 2023 pukul 04.00 WIB dinihari. Saat itu informasi yang dicari ialah seputar kapan akan terjadi gerhana dan berita-berita terkait gerhana Matahari.
Puncak pencarian kedua terjadi pada 20 April 2023 pukul 10.00 WIB atau bertepatan dengan detik-detik menjelang terjadinya fenomena alam tersebut. Sedikit berbeda dengan pencarian pada sebelumnya, informasi yang banyak dicari pada tanggal gerhana tersebut ialah kanal streaming yang menyiarkan gerhana Matahari, waktu puncak gerhana, serta shalat gerhana.
Hampir senada, popularitas gerhana juga terlihat di media sosial. Pantauan Litbang Kompas menggunakan aplikasi Talkwalker memperlihatkan pada periode 14-20 April 2023, terdapat 41.863 percakapan dan 258.484 interaksi warganet dari berbagai platform media sosial. Data yang diambil pada 20 April 2023 pukul 17.00 WIB ini menggunakan kata kunci ”gerhana” dan saringan lokasi Indonesia.
Menjelang terjadinya gerhana, percakapan warganet cenderung meningkat. Hal ini dapat diamati dari terjadinya puncak percakapan seputar gerhana. Paling banyak interaksi antar pengguna media sosial terjadi pada 20 April 2023 pukul 11.00 – 12.00 WIB. Data yang dicuplik selama satu pekan hingga saat itu memperlihatkan sudah terdapat 28.174 percakapan dan 108.842 interaksi warganet.
Selain dari puncak percakapan, tren peningkatan engagement warganet ini terlihat pula dari perbandingan interaksi pada pekan sebelumnya. Pada periode 11-17 April 2023, isu seputar gerhana masih relatif minim. Pada pekan tersebut baru muncul 5.800 percakapan dan 17.200 interaksi di antara warganet.
Sebagaimana di mesin pencari Google, warganet membicarakan seputar waktu terjadinya gerhana Matahari dan penjelasan tentang fenomena gerhana tersebut. Dari pencermatan terhadap 10 konten yang memunculkan interaksi terbanyak, konten-konten yang banyak memicu perbincangan warganet dapat diklaster dalam dua kategori. Pertama, ialah konten pra-gerhana yang diunggah satu pekan sebelum terjadinya gerhana. Konten-konten yang banyak mendapat interaksi pada fase ini ialah tentang kapan terjadinya gerhana Matahari dan apa sebenarnya fenomena gerhana tersebut.
Salah satu contoh ialah konten yang diunggah akun berita Kompas TV dan akun Youtube Kompas.com. Pada 17 April 2023, akun berita Kompas TV mengunggah informasi akan terjadinya gerhana yang terjadi pada 20 April 2023. Konten ini memicu 1.000 interaksi warganet dan berpotensi menjangkau 2,9 juta akun lainnya. Demikian pula dengan akun Youtube Kompas.com yang pada 18 April 2023 mengunggah konten 11 wilayah di Indonesia yang akan mengalami gerhana matahari.
Konten kedua, ialah percakapan yang diunggah menjelang gerhana atau pada saat terjadinya gerhana. Pada kelompok ini, yang lebih banyak memicu interaksi pengguna media sosial di Indonesia ialah konten tentang siaran langsung (live) gerhana. Dua akun yang menyita perhatian warganet ialah akun Youtube CNNIndonesia dan akun Youtube Fajrul Falah yang menyebutkan identitasnya di profil akunnya sebagai fisikawan lulusan Cardiff University, Inggris.
CNN Indonesia menyiarkan langsung peristiwa gerhana dari pantai barat Australia (Exmouth) hingga wilayah Indonesia Timur. Konten berdurasi 4 jam 36 menit ini telah menghadirkan sedikitnya 16.100 interaksi dengan potensi daya jangkau 2,4 juta akun.
Sedangkan Youtuber Fajrul Falah (@FajrulFx) menampilkan kompilasi siaran langsung (live) dari pengamatan sejumlah lembaga seperti BMKG, TimeAndDate, dan NASA. Siaran yang dibingkai sebagai “nobar” diselingi ngobrol daring ini berlangsung selama 3 jam 35 menit. Total terdapat 11.900 interaksi terhadap konten Fajrul Falah dengan potensi jangkauan 447.900 akun.
Di luar dua konten tersebut, beberapa akun yang menyiarkan langsung gerhana ialah akun Youtube Tribunnews, akun Youtube @VSEXPERIMENT, dan akun Youtube Kumparan. Meski konten siaran langsung lewat Youtube ini banyak mendapat respon warganet, tetapi Youtube bukanlah platform media sosial yang paling berpengaruh dalam percakapan gerhana.
Dalam periode 14-20 April 2023, Twitter menjadi media sosial yang banyak digunakan akun pemengaruh (influencer). Dari 10 akun pemengaruh, enam diantaranya menggunakan Twitter dalam unggahannya. Akun influencer yang juga konten paling banyak menarik interaksi warganet ialah akun Twiter @ursingularity yang mengunggah kualitas foto gerhana Matahari dari sebuah telepon pintar (smartphone).
Di luar nonton bareng atau “nobar” gerhana di media sosial Youtube, sempat muncul sorotan warganet yang tertuju pada polemik keterkaitan datangnya gerhana dengan awal bulan baru untuk menentukan hari raya Idul Fitri. Berdasarkan pemberitaan Kompas, tanda awal bulan (month) dalam kalender Hijriah adalah terlihatnya hilal, bukan terjadinya gerhana matahari.
Gerhana matahari adalah konjungsi atau kesegarisan antara matahari, bulan, dan bumi yang teramati. Meski konjungsi menjadi tanda masuknya fase bulan (moon) baru, tidak otomatis menjadi tanda datangnya bulan (month) baru dalam kalender Islam (Kompas, 20/4/2023).
Lintasan gerhana
Meski sempat memicu polemik, isu tersebut tidak menghalangi antusiasme warganet untuk berburu informasi dan “nobar” gerhana. Hal ini tidak terlepas dari langkanya fenomena alam tersebut. Gerhana Matahari total (GMT) yang dapat disaksikan di Indonesia tersebut merupakan bagian dari gerhana Matahari hibrida (GMH). Gerhana hibrida merupakan tipe gerhana Matahari gabungan dari gerhana Matahari Total dan gerhana Matahari cincin.
Selain tahun ini, setidaknya ada empat peristiwa gerhana Matahari total yang pernah singgah di wilayah Indonesia. Pada 11 Juni 1983, gerhana Matahari total melintasi Pulau Jawa. Dari arsip Kompas diberitakan, sebagian besar astronom mengamati terjadinya gerhana tersebut dari Pantai Tanjung Kodok, Jawa Timur.
Gerhana berikutnya pada 18 Maret 1988. Saat itu gerhana Matahari total melintasi Bengkulu, Sumatera Selatan, Bangka, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur. Tujuh tahun kemudian, 24 Oktober 1995 gerhana Matahari total melewati sebagian wilayah Indonesia dan hanya bisa diamati di kota Tahuna, Enuwira, Mamalu dan Tamako di Pulau Sangir. Gerhana berlangsung selama satu menit 53 detik.
Sebelum gerhana 2023, terakhir gerhana Matahari total terjadi pada 9 Maret 2016. Gerhana melewati Bengkulu, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, dan berakhir di Maluku Utara.
Berdasarkan data BMKG, akan ada empat peristiwa gerhana tahun 2023 ini. Pertama, gerhana Matahari hibrida pada 20 April 2023 yang dapat diamati secara langsung dari Indonesia. Kemudian, gerhana Bulan penumbra yang akan terjadi pada 5-6 Mei 2023. Gerhana Bulan ini dapat diamati dari Indonesia. Berikutnya ialah gerhana Matahari cincin pada 14 Oktober 2023, tapi gerhana ini tidak dapat diamati dari Indonesia. Terakhir, pada 29 Oktober 2023 akan terjadi gerhana Bulan sebagian yang dapat diamati dari Indonesia.
Khusus untuk gerhana Matahari berikutnya, warga Indonesia akan menyaksikan pada 22 Juli 2028. Fenomena alam yang jarang terjadi ini menjadi daya tarik bagi warganet untuk berburu informasi dan mengikuti siaran langsung gerhana dari berbagai kanal media termasuk media sosial. Dari pantauan pencarian yang dilakukan pengguna internet di Indonesia, media Youtube menjadi saluran yang banyak diminati warganet untuk melihat fenomena menakjubkan ini secara live.
Baca juga: 75 Detik yang Mengesankan
Namun, durasi gerhana yang cukup cepat dan lintasan jalur gerhana yang terbatas (di timur Indonesia) membuat pantulan isu gerhana juga mudah menghilang. Di media sosial, gerhana Matahari hibrida 20 April 2023 yang hanya berlangsung 1 menit 16 detik kemudian segera bergeser kembali ke perbincangan “mudik” di masa Lebaran 2023.
Kondisi ini tidak terlepas dari hajatan bangsa berupa perjalanan mudik yang dilakukan sebagian besar masyarakat. Setidaknya sudah muncul 319.000 percakapan dan 761.600 interaksi warganet terkait mudik Lebaran pada periode 14-20 April 2023. Jumlah interaksi “mudik” ini tiga kali lipat dari engagement warganet tentang “gerhana”.
Meski demikian, fenomena gerhana sesaat yang dapat diamati di Indonesia terbukti dapat memikat perhatian dari warganet. Di masa depan, beragam potensi dapat dikemas dari fenomena alam tersebut, seperti membangun wisata penelitian astronomi atau “nobar” gerhana di berbagai lokasi di Tanah Air untuk menggaet audiens.
Munculnya peristiwa langka yang menakjubkan ini juga dapat menjadi lintasan penghubung antara fenomena alam dengan pengetahuan manusia. Walau sesaat, meluangkan waktu untuk melihat gerhana Matahari dapat menjadi momentum perlunya manusia membangun kesadaran mendasar akan manfaat Matahari bagi kehidupan.
Munculnya gerhana di masa-masa sinar Matahari yang begitu terik dan mematikan di banyak belahan Bumi menjadi bentuk sapaan alam kepada manusia untuk lebih banyak peduli pada keseimbangan hayati serta kelangsungan peradaban yang berpihak pada lingkungan hidup. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Fenomena Gerhana Matahari Hibrida, Warga Antusias Ikut Pengamatan Langsung