Survei Litbang ”Kompas”: Mereka yang Menolak Prabowo dan Ganjar
Terbilang cukup besar para pendukung kedua tokoh, baik Ganjar maupun Prabowo, yang menolak jika sosok pilihannya itu tidak menjadi calon presiden. Tidak sedikit pula para pendukung yang beralih pilihan.
Oleh
Bestian Nainggolan
·4 menit baca
KOMPAS
Kebersamaan Presiden Joko Widodo dengan dua tokoh potensial capres, yakni Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dalam momentum panen raya padi di Kebumen, Jawa Tengah, Jumat (10/3/2023), memunculkan spekulasi adanya perjodohan kedua tokoh itu untuk berkontestasi di Pemilihan Presiden 2024.
Duet Prabowo dan Ganjar ataupun Ganjar dan Prabowo sebagai pasangan capres-cawapres dinilai paling potensial meraup dukungan terbanyak dalam Pemilu 2024 mendatang. Pertimbangannya, kedua tokoh sejauh ini menjadi rujukan papan atas dari elektabilitas calon presiden. Gabungan para pendukung kedua tokoh tersebut, jika kedua tokoh dipasangkan, menjadi kekuatan elektoral yang belum dapat disaingi oleh tokoh lain.
Di sisi lain, karakteristik pendukung kedua sosok pun terbilang saling melengkapi. Baik Ganjar maupun Prabowo sejauh ini dikenal memiliki para pendukung dengan karakteristik yang berbeda. Perbedaan dukungan semacam itu menjadi nilai lebih jika kedua tokoh disandingkan.
Dalam paparan sebelumnya, berdasarkan hasil survei Litbang Kompas, penggabungan kedua pendukung mampu menghimpun 62,6 persen potensi dukungan pemilih secara maksimal pada Ganjar dan Prabowo. Dengan kemampuan minimal meraih dukungan sebesar 43,4 persen, rentang kisaran pemilih Ganjar jika digabungkan dengan Prabowo berpotensi menjadi 43,4-62,6 persen.
Akan tetapi, rentang dukungan sebesar itu tidak bersifat statis. Rentang dukungan masih sangat memungkinkan berubah lantaran tidak semua yang tertarik pada kedua tokoh tersebut merupakan barisan pendukung loyal (strong voter). Dengan mempertimbangkan kekuatan loyalitas dukungan, misalnya, gabungan kedua pendukung loyal Ganjar dan Prabowo terbilang hanya berkisar 23,3-28,8 persen. Sementara sisanya, 20,1-33,8 persen, merupakan para pemilih Ganjar ataupun Prabowo yang tergolong kurang loyal (swing voter), yang masih memiliki kemungkinan untuk berubah di kemudian hari.
Masih cukup besarnya kalangan yang tergolong sebagai pemilih kurang loyal dari kedua tokoh menjadi titik rawan bagi kemungkinan bergabungnya kedua tokoh tersebut. Isu paling signifikan yang memungkinkan beralihnya para pendukung di antaranya terkait dengan posisi dan peran masing-masing tokoh dalam duet tersebut. Dalam hal ini, apakah Ganjar-Prabowo atau sebaliknya Prabowo-Ganjar?
Di tengah perdebatan yang belum berujung, kembali persoalannya siapa yang paling layak ditempatkan sebagai presiden dan siapa pula yang layak jadi calon wakil presiden?
Berdasarkan kajian sebelumnya dengan merujuk pada besaran yang diperoleh kedua tokoh, tampak jika sampai saat ini Ganjar relatif masih lebih tinggi jumlah pendukungnya ketimbang Prabowo. Begitu pula jika dipilah dari sisi loyalitas dukungan, masih lebih besar kelompok pemilih loyal Ganjar ketimbang Prabowo. Bahkan, jika kedua tokoh tersebut dihadapkan satu sama lain, potensi dukungan terhadap Ganjar masih relatif lebih besar. Tidak kurang dari 56,7 persen responden akan memilih Ganjar dan sisanya (43,3 persen) memilih Prabowo.
Namun, jika didasarkan kalkulasi potensi yang dapat diraih saat kedua tokoh dipasangkan, dengan tokoh berlatar militer yang mencerminkan ketegasan dan kewibawaan sosok lebih banyak dinantikan publik sebagai presiden saat ini, maka Prabowo relatif lebih layak didudukkan sebagai calon presiden ketimbang Ganjar.
Menyandingkan kedua tokoh pada kenyataannya tidak selalu menjadi berita baik bagi para pendukung kedua tokoh. Hasil pencermatan terhadap survei elektabilitas kali ini pun menyiratkan tidak semua dari masing-masing kedua pendukung menyetujui langkah tersebut. Bagi para pendukung Ganjar, terdapat sebagian kalangan yang dalam survei ini belum menoleransikan kehadiran Prabowo sebagai calon presiden. Begitu pula bagi para pendukung Prabowo, tidak semuanya menoleransikan pencalonan Ganjar sebagai presiden.
Sikap penolakan yang terbangun pada masing-masing pendukung kedua tokoh ini tersirat dari pertanyaan survei yang mencoba mengetahui lebih jauh, jika masing-masing tokoh yang sebelumnya dipilih sebagai calon presiden, mereka ternyata batal dinominasikan sebagai calon presiden.
Dari segenap pendukung Ganjar, jika ternyata calonnya itu tidak dinominasikan sebagai calon presiden, memang masih dalam proporsi yang terbesar berencana akan memilih Prabowo. Jika dielaborasi, sekitar seperlima bagian dari pendukung akan memilih Prabowo. Namun, yang perlu juga dicermati, hampir separuh bagian lainnya cenderung akan mengalihkan dukungan pada sosok lainnya. Sisanya, sekitar 30,4 persen, menyatakan tidak tahu.
Tampilnya Prabowo sebagai calon presiden pilihan tertinggi dari para pemilih Ganjar di satu sisi menyiratkan adanya penerimaan dirinya yang cukup signifikan sebagai calon presiden oleh kubu pendukung Ganjar. Akan tetapi, masih sedemikian besarnya para pendukung Ganjar yang menominasikan calon lain selain Prabowo, seperti Ridwan Kamil, Anies Baswedan, Erick Thohir, dan Tri Rismaharini, yang dipandang lebih kompetitif, berpotensi menjadi kendala yang mengurangi daya pikat Prabowo sebagai calon presiden dalam duet Prabowo-Ganjar.
Apalagi jika ditelusuri lebih jauh, dari kalangan pendukung Ganjar yang berencana akan memilih Prabowo itu tidak semua tergolong solid. Barisan pendukung yang terbilang pemilih loyal (strong voter) Ganjar belum semuanya terkonsolidasikan. Hasil survei menunjukkan, masih sekitar separuh bagian (51,6 persen) yang memilih Prabowo merupakan pemilih loyal Ganjar. Sisanya, para pemilih Ganjar yang tergolong swing voter.
Begitu pula dari sisi pendukung Prabowo, tidak semua menerima Ganjar sebagai calon presiden mereka. Hasil survei menunjukkan, dari seluruh pendukung Prabowo, sebanyak 19,6 persen yang akan memilih Ganjar sebagai presiden jika Prabowo tidak dinominasikan menjadi calon presiden. Selain Ganjar, pendukung Prabowo juga banyak memilih Anies Baswedan (19,4 persen). Berikutnya, Ridwan Kamil dan Sandiaga Uno yang dijadikan rujukan pilihan.
Seperti juga pada barisan pendukung Ganjar, para pendukung Prabowo yang akan memilih Ganjar pun sepenuhnya tidak loyal. Apabila ditelusuri lebih jauh, hanya separuh bagian dari barisan pendukung Prabowo yang akan memilih Ganjar terkelompokkan sebagai pemilih loyal. Hasil survei juga menunjukkan, masih terdapat sekitar 40,5 persen yang tergolong sebagai pemilih yang memungkinkan berpindah pilihan.
Masih cukup besarnya potensi penolakan dari masing-masing pendukung ini sekaligus mengisyaratkan masih panjangnya jalan yang harus dilalui kedua tokoh tersebut dalam meyakinkan masing-masing pendukung akan potensi kemenangan kedua tokoh jika disandingkan dalam pasangan capres-cawapres dalam Pemilu Presiden 2024 mendatang. (LITBANG KOMPAS)