Survei Litbang ”Kompas”: Duet Ganjar dan Prabowo, Berapa Ruang Tersisa?
Pasangan Ganjar dan Prabowo berpotensi meraup banyak dukungan di Pilpres 2024. Namun, becermin pada survei terakhir, masih relatif besar tersisa rentang pemilih yang kurang tertarik pada Ganjar ataupun Prabowo.
Oleh
Bestian Nainggolan
·5 menit baca
BPMI SEKRETARIAT PRESIDEN/ LAILY RACHEV
Presiden Joko Widodo bersama Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meninjau panen raya padi dan berdialog dengan petani di Desa Lajer, Kecamatan Ambal, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Kamis (9/3/2023).
Sejak Presiden Joko Widodo mempertemukan Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo dalam acara panen raya padi di Kebumen, Jawa Tengah, Kamis (9/3/2023) lalu, sontak duet Prabowo dan Ganjar ataupun Ganjar dan Prabowo ramai digunjingkan sebagai pasangan capres-cawapres paling berpotensi meraup dukungan terbanyak dalam Pemilu 2024 mendatang.
Saking berpotensinya, sebagian menganggap, kendati banyak pasangan capres maupun cawapres yang dimunculkan dalam pemilu mendatang, duet kedua tokoh ini akan mampu menyapu suara pemilih dalam satu putaran pemilu. Sebagian lagi, dengan kalkulasi lebih hiperbolis, menyatakan pemilu telah usai sebelum dimulai.
Pertimbangannya, kedua tokoh sejauh ini menjadi rujukan papan atas dari elektabilitas calon presiden. Merujuk pada hasil survei elektabilitas calon presiden yang dilakukan oleh lembaga-lembaga survei kredibel, Ganjar dan Prabowo berada pada ranking teratas. Kalkulasi sederhananya, jika kedua tokoh berpasangan, barisan pendukung keduanya akan menyatu dan terakumulasi menjadi kekuatan elektoral yang belum dapat disaingi oleh tokoh lain.
Pertimbangan lain, dari sisi karakteristik pendukung kedua sosok. Baik Ganjar maupun Prabowo sejauh ini dikenal memiliki para pendukung dengan karakteristik yang berbeda. Perbedaan dukungan menjadi sisi lebih jika kedua tokoh dipasangkan. Gabungan dari kedua karakteristik pendukung yang berbeda menjadi kekuatan yang melengkapi dan sekaligus merepresentasikan secara lengkap gambaran seluruh pemilih di negeri ini.
Dari sisi karakteristik demografis, misalnya, tampak kedua barisan pendukung punya perbedaan yang cukup signifikan. Ganjar hingga sejauh ini lebih terfokus didukung para pemilih di Pulau Jawa, khususnya Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Sementara Prabowo, dukungan pemilih luar Jawa cukup signifikan dan diperkuat pula oleh sebagian Jawa, yang lebih terkonsentrasi di Jawa Barat. Gabungan keduanya menjadikan barisan pendukung yang relatif identik dengan struktur demografis pemilih di negeri ini.
Pada pemandangan lain, dari sisi sosio-ekonomi pun kedua pendukung tokoh tersebut saling melengkapi. Dari sisi jenjang pendidikan, misalnya, gabungan keduanya mampu merepresentasikan kekuatan dukungan secara nasional yang masih terkonsentrasi pada kelompok pendidikan menengah ke bawah. Kondisi yang juga tidak banyak berbeda tampak pada sisi kelompok ekonomi, yakni kedua pendukung tokoh tersebut berada dalam lapis kategorisasi ekonomi menengah hingga bawah yang selaras dengan struktur pengelompokkan ekonomi masyarakat di negeri ini.
Tidak kalah penting, dari sisi politik. Penggabungan kedua sosok tersebut secara politik menjadi suatu kekuatan yang tergolong dominan. Dari sisi latar belakang partai politik, misalnya, duet kedua tokoh mampu menjadi daya tarik bagi para pendukung politik dari beragam latar belakang partai politik yang memiliki basis dukungan besar.
Ganjar, misalnya, sejauh ini dominan didukung para pemilih PDI-P yang hingga kini menjadi partai dengan potensi elektabilitas tertinggi. Selain itu, Ganjar juga didukung oleh para pemilih Partai Golkar, PKB, PAN, bahkan hingga sebagian kecil pemilih PKS. Konsentrasi dukungan terhadap Prabowo pun muncul dari partainya sendiri, Gerindra. Selain itu, sebagian para pemilih yang mengaku menjadi simpatisan PKB, Golkar, PDI-P, hingga PKS juga memilih Prabowo. Duet kedua tokoh tersebut dengan sendirinya merepresentasikan para pemilih berdasarkan latar belakang partai politik.
Di samping itu, yang tidak kalah meyakinkan, duet kedua tokoh secara politik menjadi bentuk kongkret rekonsialisasi politik di negeri ini. Keterbelahan politik yang muncul sejak Pemilu 2014 dan kian mengental dalam Pemilu 2019 lalu dengan sendirinya menjadi pudar lantaran unifikasi politik kedua tokoh. Ganjar sejauh ini merupakan sosok yang dinilai paling banyak menurunkan karakter khas pendukung Presiden Joko Widodo bertemu dengan Prabowo yang sebelumnya menjadi rival Joko Widodo dan belakangan memilih bergabung dalam kabinet pemerintahan, menjadi suatu bentuk rekonsialiasi paling ideal.
BPMI SEKRETARIAT PRESIDEN/ LAILY RACHEV
Presiden Joko Widodo bersama Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meninjau panen raya padi dan berdialog dengan petani di Desa Lajer, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Kamis (9/3/2023).
Dengan beragam pertimbangan, mulai dari sisi potensi elektabilitas, kelengkapan dari keragaman latar belakang pendukung, hingga sisi rekonsialisasi politik kedua tokoh politik tersebut, tergolong logis jika duet kedua tokoh tersebut paling potensial meraup dukungan yang besar dalam Pemilu 2024 mendatang. Namun, persoalannya, apakah dengan sedemikian besarnya potensi yang dapat digabungkan itu maka dengan sendirinya akan menutup ruang penguasaan politik bagi para calon presiden lainnya?
Sejatinya, persaingan penguasaan calon pemilih jelang Pemilu 2024 mendatang masih tergolong cair. Dikatakan demikian lantaran berdasarkan kecenderungan hasil survei elektabilitas masih terbuka ruang yang relatif lebar bagi masing-masing pasangan calon presiden untuk menguasai arena persaingan politik.
Jika dikalkulasi, hasil survei memang menunjukkan sejauh ini basis penguasaan duet Ganjar dan Prabowo besar. Dengan menggabungkan kekuatan dukungan dari para pemilihnya, pasangan ini diperkirakan mampu menguasai hingga 43,4 persen pemilih. Dukungan sebesar itu diperoleh dengan menggabungkan potensi pendukung dari kedua tokoh hasil survei akhir Januari 2022 lalu. Hanya saja, proporsi dukungan keduanya masih potensial bertambah saat simulasi dilakukan.
Paling relevan, dengan menggunakan hasil simulasi tiga tokoh papan atas elektabilitas, yaitu Ganjar, Prabowo, dan Anies Baswedan yang sekaligus menunjukkan batas maksimal dukungan yang masih mungkin diraih setiap tokoh politik. Sederhananya, dengan menggunakan data tersebut, potensi dukungan maksimal pada Ganjar dan Prabowo menjadi 62,6 persen. Dengan demikian, dapat disimpulkan rentang kisaran potensi pemilih Ganjar jika digabungkan dengan Prabowo menjadi 43,4-62,6 persen.
Akan tetapi, besaran dukungan tersebut tidak berarti bersifat mutlak dan statis. Besaran dukungan masih sangat memungkinkan berubah lantaran tidak semua yang tertarik pada kedua tokoh tersebut merupakan barisan pendukung loyal (strong voter). Apabila dipilah berdasarkan kekuatan loyalitas dukungan, gabungan kedua pendukung loyal Ganjar dan Prabowo terbilang hanya sekitar separuh bagian.
Artinya, jika dikalkulasi dari kemungkinan capaian duet kedua pasangan ini nyatanya hanya berkisar 23,3-28,8 persen saja yang terkategorikan sebagai strong voter. Sementara sisanya, 20,1-33,8 persen, merupakan para pemilih Ganjar ataupun Prabowo tergolong kurang loyal (swing voter), yang masih memiliki kemungkinan untuk berubah di kemudian hari.
Dengan simulasi pemilahan di atas, praktis kekuatan riil dari para pemilih loyal kedua tokoh tersebut belum mampu menjaminkan kemenangan. Atau, jika digabungkan dengan pemilih yang belum loyal, rentang pemilih pada kedua tokoh tersebut menjadi lebih lebar lagi, yaitu 23,3-62,6 persen. Dengan rentang besaran tersebut tampaknya masih terdapat ruang yang cukup terbuka bagi para calon presiden lainnya.
Sekalipun masih terbuka lebar, tetap saja terbilang relatif sulit dalam membendung kekuatan duet kedua tokoh tersebut. Celah perubahan masih dapat terjadi jika sosok penantang punya kekuatan politik yang tidak hanya dapat menarik dukungan dari para pemilih yang hingga kini belum menentukan pilihannya (15,8-25,2 persen), tetapi juga mampu mengalihkan dukungan dari para pemilih mengambang dari Ganjar ataupun Prabowo (20,1-33,8 persen) kepada dirinya. Siapa atau pasangan mana yang berpeluang? (Bersambung) (LITBANG KOMPAS)