Survei Litbang ”Kompas”: Membaca Arah Dukungan Pemilih Jokowi dan Prabowo
Menarik mencermati ke mana arah pemilih Jokowi dan pemilih Prabowo berlabuh pada Pemilihan Presiden 2024. Kekuatan sosok tetap menjadi daya tarik bagi pemilih dalam menentukan arah pilihannya.

Presiden Joko Widodo bersama Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo saat meninjau panen raya padi dan berdialog dengan petani di Desa Lajer, Kecamatan Ambal, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Kamis (9/3/2023).
Pemilu 2024 akan menjadi momentum ke mana arah pilihan pendukung Presiden Joko Widodo ketika tokoh idolanya tidak bisa lagi maju karena sudah menjabat dua periode masa jabatan presiden.
Hal yang sama juga menarik untuk mengetahui ke mana arah pilihan pemilih Prabowo ketika sosok ini masih disebut-sebut akan bertarung pada pemilihan presiden mendatang.
Hasil survei Litbang Kompas pada Januari 2023 merekam, pada kelompok responden pemilih Jokowi, sepertiga lebih dari mereka lebih dekat secara elektoral dengan sosok Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Pola kecenderungan ini relatif bukan hal baru. Jika digabung dengan tiga survei sebelumnya, nama Ganjar rata-rata mendapatkan dukungan sepertiga lebih dari kelompok pendukung Jokowi tersebut.
Selain Ganjar, nama Menteri Pertahanan Prabowo Subianto juga memiliki kecenderungan yang sama. Meskipun rata-rata dukungan pemilih Jokowi ke Prabowo ini tidak sebesar kepada Ganjar, yakni hanya 15 persen, angka dukungan ini relatif stabil di bawah Ganjar. Artinya, preferensi pilihan politik dari simpatisan Jokowi relatif lebih banyak tertuju pada Ganjar dan Prabowo.

Hal ini semakin bisa menjelaskan banyaknya spekulasi yang kemudian mengarahkan pada dua nama tokoh sebagai pasangan calon presiden dan calon wakil presiden. Apalagi, sejumlah pihak memandang kedua nama ini sebenarnya sudah masuk dalam radar dukungan dan restu Jokowi untuk menjadi sosok yang bisa melanjutkan estafet kepemimpinan kepresidenan lima tahun ke depan.
Tambahan lagi, momen akrab antara Presiden Jokowi bersama Ganjar dan Prabowo saat meninjau panen raya di ladang sawah Ambal, Kabupaten Kebumen, Jateng, beberapa waktu lalu menjadi sorotan publik. Banyak pihak kemudian meyakini pertemuan akrab ketiganya sebagai sinyal politik Jokowi untuk mendukung pasangan Ganjar-Prabowo dalam Pilpres 2024.
Jika sinyal tersebut benar, hasil survei di atas sebenarnya makin terkonfirmasi. Arah dukungan Jokowi ke Ganjar dan Prabowo memang lebih dekat dengan arah preferensi dari para pendukung Jokowi yang memang lebih banyak memberikan dukungan kepada Ganjar dan Prabowo.

Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto saat menghadiri acara pernikahan putra ke-10 KH Agoes Ali Masyhuri, pengasuh Pondok Pesantren Progresif Bumi Shalawat, Sidoarjo, Jawa Timur, Minggu (11/3/2023) siang.
Di luar nama Ganjar dan Prabowo, nama Ridwan Kamil sebenarnya juga cukup memberikan sinyal ada respons positif dari responden pendukung Jokowi ini. Setidaknya dari empat survei Litbang Kompas, nama Gubernur Jawa Barat ini mengalami kenaikan elektoral.
Pada survei Januari 2022 tingkat keterpilihan Ridwan Kamil mencapai 3,1 persen dari kelompok pemilih Jokowi ini. Setahun kemudian, pada survei Januari 2023, angka elektoralnya mencapai 8,7 persen. Data ini memberikan kecenderungan, nama Ridwan Kamil juga mulai diterima oleh responden pendukung atau simpatisan Jokowi.
Sementara itu, nama Anies Baswedan, yang dalam survei Litbang Kompas menempati tiga besar sosok bakal calon presiden yang diminati publik, selain Ganjar dan Prabowo, cenderung belum mendapatkan dukungan optimal dari kelompok responden simpatisan Jokowi.
Tingkat dukungan elektoral Anies di mata pendukung Jokowi relatif masih rendah, yakni kurang dari 10 persen. Angkanya bahkan cenderung menurun dari survei Januari 2022 dibandingkan survei Januari 2023.
Baca juga : Ganjar, Prabowo, dan Intensi Presiden Jokowi untuk Jadi ”King Maker”
Simpatisan Prabowo
Berbeda dengan kelompok responden simpatisan Jokowi, di mana Anies kurang optimal mendapatkan dukungan elektoral, pada kelompok responden simpatisan Prabowo, yakni mereka yang pada pemilihan presiden sebelumnya memilih Prabowo, nama Anies justru relatif mendapatkan dukungan elektoral.
Meskipun nama Prabowo masih menjadi favorit pilihan di kelompok simpatisannya, nama Anies justru memiliki peluang yang sama besar dengan Prabowo untuk merebut simpati dari simpatisan mantan Danjen Kopassus tersebut.
Setidaknya jika mengacu pada tren survei Litbang Kompas, dukungan terhadap Prabowo dari kelompok simpatisannya ini cenderung menurun, sedangkan dukungan terhadap Anies relatif menunjukkan tren kenaikan.
Pada survei Januari 2022, tren simpatisan Prabowo masih loyal memilih Menteri Pertahanan ini sebagai presiden. Sebanyak 42,1 persen dari mereka yang sebelumnya memilih Prabowo pada Pemilu 2019 akan memilih kembali Prabowo jika pemilihan presiden dilakukan saat survei berjalan.

Namun, pada tiga survei terakhir berikutnya, tren dukungan terhadap Prabowo dari kelompok responden simpatisannya ini cenderung menurun. Pada survei Januari 2023, dukungan elektoral dari simpatisan Prabowo berkurang menjadi 30,6 persen. Artinya, dalam satu tahun terakhir terjadi penurunan dukungan sekitar 11 persen dari pendukung Prabowo ini.
Sebaliknya, nama Anies cenderung mengalami peningkatan dukungan dari simpatisan Prabowo ini. Pada survei Januari 2022 Anies tercatat mendapatkan simpati elektoral dari pendukung Prabowo ini hingga mencapai angka 26,9 persen.
Angka ini meningkat 28,3 persen yang terbaca pada survei Januari 2023. Meskipun kenaikannya masih relatif lambat, setidaknya ada kenaikan sekitar 1,5 persen dalam satu tahun terakhir buat Anies dari kelompok simpatisan Prabowo.
Selain nama Anies, ceruk pemilih Prabowo juga diperebutkan oleh Ridwan Kamil. Dari empat survei Litbang Kompas yang terakhir, Gubernur Jawa Barat ini menunjukkan tren kenaikan dari kelompok simpatisan Prabowo.

Anies Rasyid Baswedan dan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono berswafoto bersama di depan para kader dan simpatisan Partai Demokrat, di halaman DPP Partai Demokrat, Jakarta, Kamis (2/3/2023).
Pada survei Januari 2022, Ridwal Kamil hanya mendapatkan dukungan elektoral sebesar 2,1 persen dari pemilih Prabowo ini. Setahun kemudian (Januari 2023), Kang Emil, demikian ia biasa dipanggil, mendapat limpahan dukungan dari pemilih Prabowo hingga mencapai 10,1 persen.
Artinya, dalam setahun Ridwan Kamil mampu mencuri perhatian sekitar delapan persen dari simpatisan Prabowo ini. Sebelumnya, nama Ridwan Kamil juga mulai diperhitungkan dari kelompok simpatisan Jokowi. Bisa dikatakan, sosok Ridwan Kamil relatif diterima dari kedua kelompok pemilih tersebut.
Pada akhirnya, dari kelompok pendukung Prabowo ini akan lebih banyak bertarung tiga nama, yakni Prabowo sendiri, Anies Baswedan, dan Ridwan Kamil. Meskipun dukungan terhadap Prabowo cenderung melemah dari kelompok pemilihnya sendiri, Prabowo juga berpeluang mendapatkan simpati dari kelompok pemilih Jokowi.
Setidaknya hal ini terbaca sejak nama Prabowo masuk dalam pemerintahan dan menjadi Menteri Pertahanan. Prabowo berpotensi mendapatkan limpahan dukungan dari kelompok pemilih Jokowi. Seperti yang disebutkan sebelumnya, di ceruk pemilih Jokowi ini, nama Prabowo menjadi sosok kedua yang paling mendapatkan perhatian setelah nama Ganjar Pranowo.
Baca juga : Saat Presiden Jokowi, Prabowo, dan Ganjar Tampil Bersama
Pemilih mengambang
Meksipun dari kelompok pemilih Jokowi dan kelompok pemilih Prabowo menunjukkan pola yang relatif stabil soal ke mana arah pilihan mereka pada pemilihan presiden nanti, peluang tokoh-tokoh lain merebut simpati dari kelompok pemilih Jokowi dan pemilih Prabowo tetap terbuka lebar.
Dari data ini bisa dibaca, baik suara para pendukung Jokowi maupun suara pendukung Prabowo belum sepenuhnya terkonsentrasi pada satu sosok capres dan masih tersebar pada banyak tokoh politik. Arus dukungan politik ini juga masih terbuka karena dari tiap-tiap kelompok simpatisan menyimpan angka jumlah pemilih mengambang yang relatif tetap menentukan arah perubahan pilihan.
Pada kelompok pendukung Jokowi, pada survei Januari 2023 tercatat masih ada 22 persen dari pemilih Jokowi ini yang masih belum menentukan siapa sosok presiden pilihannya. Menariknya, angka 22 persen dari kelompok simpatisan Jokowi yang cenderung belum menentukan pilihan atau pemilih yang masih mengambang (undecided voters) ini tercatat mengalami kenaikan jika dibandingkan survei sebelumnya.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil saat menjadi pembicara dalam Kompas Editor's Talks di Redaksi Kompas di Menara Kompas, Jakarta, Rabu (8/2/2023). Kompas Editor's Talk ini mengangkat tema Kenapa Tokoh Publik Mau Masuk Partai Politik? Dalam diskusi ini Ridwan Kamil menyatakan, politik menjadi salah satu cara mewujudkan cita-cita dalam bernegara.
Pada survei setahun sebelumnya, Januari 2022, angka pemilih bimbang dari kelompok simpatisan Jokowi ini mencapai 12,9 persen. Angka ini kembali meningkat pada survei Juni 2022 berada di kisaran 16,2 persen. Pada survei Oktober 2022 jumlahnya kembali bertambah menjadi 17,1 persen, sebelum kemudian berada lebih tinggi 22 persen pada survei Januari 2023.
Hal yang sama juga terbaca dari kelompok responden simpatisan Prabowo. Dari tren empat survei yang dilakukan Litbang Kompas, simpatisan Prabowo yang sebelumnya mengaku menjadi pemilih Prabowo pada pemilihan presiden sebelumnya cenderung mengalami kenaikan jumlah pemilih yang bimbang.
Pada survei Januari 2022, kelompok pemilih yang belum memutuskan pilihannya tercatat 3,9 persen. Angka ini mengalami peningkatan signifikan menjadi 14,4 persen pada survei Januari 2023. Padahal, semakin mendekati waktu pelaksanaan pemilu, keputusan menentukan pilihan semestinya sudah mulai terbaca.

Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah sekaligus pelindung tim kontingen Olimpiade Khusus Indonesia (Special Olympics Indonesia/SOIna), memberikan sambutan dalam penggalangan dana di Museum Nasional Indonesia, Jakarta, Rabu (25/1/2023).
Namun, adanya kecenderungan makin tingginya jumlah pemilih yang belum menentukan pilihan, hal ini bisa memberikan sinyal bahwa pemilih masih menimbang-nimbang dengan penuh kalkulatif dan rasional, terutama kepada siapa suaranya akan diberikan pada pemilihan presiden nanti.
Pada akhirnya, semua tokoh yang selama ini berpeluang menjadi calon presiden pada Pemilu 2024 mendapatkan kesempatan yang sama untuk merebut hati pemilih, terutama mereka yang masih bimbang dengan pilihan politiknya.
Apalagi kecenderungan pemilih lebih mengutamakan sosok calon presidennya dibandingkan pengaruh dari luar, termasuk endorse dari Presiden Jokowi.
Meksipun kelompok responden pendukung Jokowi lebih tinggi potensinya mengikuti pilihan politik Jokowi, sosok akan tetap menjadi tumpuan pertimbangan pemilih dalam menentukan siapa calon presiden yang diinginkan. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga : Analisis Litbang ”Kompas”: Capres Pilihan Presiden