Mendengar Seruan #PrayForPlumpang di Media Sosial
Duka atas kebakaran Depo Pertamina Plumpang mengalir di media sosial. Polemik seputar tragedi ini jangan melupakan hal utama yang harus mendapat prioritas, yaitu menangani para korban.

Petugas pemadam kebakaran mencari jenazah di antara reruntuhan bangunan yang terbakar di belakang pipa penerimaan bahan bakar di Depo Pertamina Plumpang di Jalan Tanah Merah Bawah, Jakarta Utara (3/3/2023).
Kebakaran Depo bahan bakar minyak PT Pertamina di Plumpang, Jakarta Utara, terjadi pada Jumat (3/3/2023) sekitar pukul 20.20 WIB. Kobaran api merembet ke permukiman padat penduduk di sekitarnya. Simpati bagi para korban kebakaran ini diberikan pejabat pemerintah dan masyarakat, termasuk melalui media sosial. Dari pantauan melalui aplikasi Talkwalker pada 4 Maret 2023, kata kunci ”#PrayForPlumpang” telah menghasilkan 81.600 percakapan warganet.
Frekuensi percakapan menggunakan kata kunci ”plumpang” ini terus bertambah hingga 6 Maret 2023. Terekam ada 133.900 percakapan dengan 1.038.525 interaksi (engagement) pengguna media sosial yang tercatat sampai pukul 14.00 WIB. Puncak percakapan yang terjadi dalam rentang empat hari terakhir ini terjadi pada 3 Maret 2023 pukul 22.00-23.00 WIB atau dua jam setelah kebakaran terjadi.
Dampak kebakaran yang mengakibatkan sedikitnya 19 orang korban meninggal, 40 orang luka-luka, dan 1.085 orang mengungsi cukup menyita perhatian warganet. Hal ini terlihat dari 10 percakapan teratas yang mendapat interaksi paling banyak. Di antaranya unggahan mengenai kebakaran hebat, semburan api kebakaran yang disertai ledakan, bau solar yang menyengat, dan jatuhnya korban akibat kebakaran.
Salah satu konten yang banyak mendapat interaksi warganet berasal dari unggahan akun Twitter @nanakardus. Video berdurasi 1 menit 18 detik ini menampilkan gambar paniknya warga sekitar akibat kebakaran hebat yang disertai ledakan. Video yang diunggah pada 3 Maret 2023 pukul 21.10 WIB ini mendapatkan 47.600 interaksi dari pengguna media sosial.
Hampir senada, konten Tiktok Kompas TV yang mengunggah video pendek berisi suasana kebakaran dan aliran pengungsian warga juga banyak disambut percakapan intens warganet. Konten yang diunggah melalui media sosial Tiktok pada pukul 22.12 WIB ini mampu memicu 55.900 interaksi warganet.
Secara khusus, akun Tiktok Kompas TV ini menjadi salah satu akun pemengaruh (influencer) dalam peristiwa kebakaran Depo Pertamina Plumpang. Sepanjang 3-6 Maret 2023, sudah 15 konten yang diunggah akun Tiktok Kompas TV dan telah menghasilkan 122.100 interaksi pengguna media sosial.

Warga memeriksa puing-puing rumahnya yang ambruk terbakar di Jalan Tanah Merah Bawah, Jakarta Utara, Senin (6/3/2023). Setidaknya 19 warga meninggal, 37 orang masih menjalani perawatan, dan 421 jiwa masih mengungsi berdasarkan data BPBD DKI Jakarta per 5 Maret 2023. Dua RW yang paling terdampak kebakaran depo adalah RW 009 dan RW 001.
Selanjutnya, akun pemengaruh yang paling banyak memicu percakapan dan interaksi di media sosial ialah akun Tiktok Menteri BUMN Erick Thohir. Ucapan duka bagi para korban dan janji untuk mengawal penuntasan kebakaran ini direspons dengan 222.900 interaksi warganet.
Dari 10 percakapan yang paling banyak menarik interaksi di media sosial, secara garis besar, ada dua hal yang menjadi narasi di media sosial terkait insiden ini. Pertama, tentang peristiwa kebakaran yang mengakibatkan dampak korban jiwa dan pengungsi. Kedua, penyebab kebakaran di depo Plumpang.
Percakapan tentang peristiwa kebakaran lebih banyak dipicu dari unggahan video yang menampilkan kobaran api dan paniknya warga yang berada di sekitar Depo Pertamina Plumpang. Konten-konten seputar deskripsi kebakaran dan upaya warga sekitar untuk mengungsi juga lebih mendominasi percakapan pengguna sosial dibandingkan dengan konten terkait penyebab kebakaran.
Namun, setelah kejadian, percakapan seputar penyebab kebakaran mulai banyak peningkatan berikut varian isunya. Hingga hari kedua setelah peristiwa kebakaran ada sejumlah isu yang diangkat dalam rangka mencari penyebab kebakaran dan mengapa kebakaran bisa memicu banyak korban. Isu pertama yang mengemuka ialah makin padatnya permukiman warga di sekitar depo.
Percakapan itu juga memantik isu lain, yaitu berulangnya peristiwa kebakaran yang menimpa depo bahan bakar minyak Plumpang. Sebagaimana diketahui, kebakaran ini merupakan kali ketiga yang terjadi di depo. Dua kebakaran sebelumnya terjadi pada 2002 dan 2009. Dengan bertambah padatnya permukiman warga, dampak kebakaran semakin mengancam keselamatan masyarakat di sekitarnya.

Anak-anak pengungsi kebakaran Depo Pertamina Plumpang mengikuti kegiatan di aula Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Rasela, Koja, Jakarta Utara (5/3/2023).
Problem metropolitan
Padatnya permukiman warga memang menjadi salah satu dilema bagi keberadaan Depo Pertamina Plumpang. Melihat sejarahnya, depo ini diresmikan Presiden Soeharto pada 11 Maret 1972. Dari arsip Kompas saat peresmian, depo ini didirikan sebagai tambahan fasilitas untuk penyediaan bahan bakar minyak di DKI Jakarta dan Jawa Barat. Depo yang memiliki tujuh buah tangki ini menyediakan bahan bakar super, premium, kerosin, dan solar.
Pertimbangan mendirikan depo di Plumpang saat itu ialah untuk mengurai kemacetan dan semrawutnya lalu lintas di seputar Pelabuhan Tanjung Priok. Sebelum ada depo di Plumpang, ratusan truk mengantre untuk mengambil BBM di Pelabuhan Tanjung Priok. Karena itu, perlu didirikan depo di luar pelabuhan, tetapi masih dapat terjangkau jaringan distribusi dari Pelabuhan Tanjung Priok.
Hal ini mengingat, untuk suplainya, depo ini mendapatkan pasokan minyak dari Pelabuhan Tanjung Priok yang dialirkan lewat tiga pipa besar. Pada 1974, Depo Pertamina Plumpang mempunyai kapasitas timbun sebanyak 17.500 ton. Depo ini mampu mendistribusikan 2.000 kiloliter premium, 170 kiloliter super, 8.500 kiloliter kerosin, 1.600 kiloliter minyak diesel, 500 kiloliter avtur, dan 25 kiloliter avigas (Kompas, 13/11/1974).
Namun, keberadaan depo strategis di wilayah Ibu Kota menjadikannya tidak luput dari problem metropolitan Jakarta, seperti kepadatan penduduk, kemacetan, banjir, dan kebakaran. Seiring pertambahan penduduk di Ibu Kota, kebutuhan masyarakat memerlukan tempat tinggal membuat kawasan sekitar depo tidak luput dari kepadatan permukiman warga.
Di luar insiden kebakaran dan padat penduduk, dalam sejarahnya, depo Plumpang juga beberapa kali mengalami kebanjiran sebagaimana yang dialami wilayah-wilayah lain di Jakarta saat puncak musim hujan.
Pada 20 Januari 1977, pemberitaan Kompas menyebutkan depo minyak Plumpang kebanjiran dengan ketinggian banjir mencapai 85 sentimeter. Akibatnya, pasokan minyak di Jakarta terhambat karena menunggu situasi normal kembali selama tiga hari. Selama banjir, 750 truk tangki tidak bisa mengambil BBM.
Kejadian serupa juga terulang saat Jakarta dilanda banjir besar pada 2002. Kawasan depo yang meliputi areal seluas 25 hektar sempat terendam air dengan kedalaman 50 sentimeter hingga 1 meter. Banjir membuat jalur distribusi menjadi terganggu karena akses menuju depo terhalang banjir. Demikian pula dengan banjir besar pada 2007. Saat itu, kawasan Plumpang yang merupakan depo bahan bakar minyak terbesar yang memasok sekitar 20 persen kebutuhan BBM nasional kembali lumpuh.

Sejumlah warga melihat proses pencarian korban hilang di Jalan Tanah Merah Bawah, Rawa Badak Selatan, Koja, Jakarta Utara, Senin (5/3/2023). Polisi memfokuskan pencarian dengan bantuan anjing pelacak dari Detasemen Satwa K-9.
Mengurangi beban
Melihat perkembangan lingkungan yang semakin padat permukiman dan rawan mengalami banjir, sejumlah langkah ditempuh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Pertamina untuk mengatasi permasalahan dan mengurangi beban depo.
Saat terjadi banjir 1977, manajemen depo kemudian merespons dengan meninggikan jalan yang menjadi akses truk tanki. Demikian pula saat banjir besar melanda pada 2002. Pertamina kemudian membangun depo baru di daerah Cikampek untuk mengurangi 30 persen beban Depo Pertamina Plumpang.
Depo Pertamina Cikampek yang mulai beroperasi September 2006 ini membantu melayani pasokan BBM untuk wilayah Purwakarta, Subang, Karawang, dan Bekasi. Ancaman banjir yang terus mengintai kawasan depo juga membuat Pertamina membuat studi kelayakan untuk program ”Plumpang Waterproof” untuk mencegah dampak banjir di Depo Pertamina Plumpang.
Dalam hal menangani kebakaran, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebenarnya sudah merancang zona penyangga. Saat terjadi kebakaran pada 2009, kawasan penyangga sudah direncanakan akan dilebarkan menjadi 50 meter karena saat itu zona penyangga yang berupa saluran air lebarnya hanya sekitar 10 meter. Jarak itu dinilai sangat dekat dengan permukiman warga di Tanah Merah, Jakarta Utara.

Foto udara hunian warga yang terpisah oleh pagar pembatas Depo Pertamina Plumpang di Kelurahan Rawabadak Selatan, Kecamatan Koja, Jakarta Utara, Sabtu (4/3/2023).
Untuk program pelebaran zona penyangga, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengusulkan kepada Pertamina agar membangun rumah susun sederhana sewa (rusunawa) bagi warga yang bermukim di kawasan Tanah Merah, Jakarta Utara. Rumah susun itu perlu disiapkan sebelum merelokasi warga yang tinggal di dekat Depo Pertamina Plumpang (Kompas, 10/2/2009).
Upaya relokasi ini belum terwujud hingga kebakaran hebat datang pada 3 Maret 2023. Jika menilik jauh ke belakang, upaya pembebasan lahan atau relokasi ini sebenarnya sudah diupayakan Pertamina sejak 1992. Waktu itu, Pertamina menawarkan pembebasan lahan dengan pola ganti rugi.
Lamanya proses penataan kawasan sekitar Depo Pertamina Plumpang menjadi gambaran alotnya pengaturan tata kota di wilayah Ibu Kota. Problem ini bisa jadi bukan hanya dialami oleh Depo Pertamina Plumpang. Karena itu, dibutuhkan sinergi antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan Pertamina untuk mencari solusi terkait polemik depo strategis milik negara tersebut.

Berlarutnya penuntasan masalah ini akan membuat warga cemas karena risiko keselamatan mereka makin terancam. Bukan hanya itu, polemik lahan depo ini juga berpotensi diwarnai isu-isu politik menjelang Pemilu 2024.
Percakapan bernuansa politis ini terekam muncul di seputar penyebab kebakaran. Dua dari 10 percakapan yang banyak menarik interaksi warganet berkaitan dengan masalah politisasi lahan permukiman di seputar depo. Dua konten yang diunggah oleh dua akun berbeda melalui media sosial Twitter sudah menghasilkan 29.200 interaksi warganet.
Di luar peliknya masalah permukiman warga, ditambah bumbu-bumbu politik di tahun pemilu, insiden kebakaran ini membentuk solidaritas warganet Indonesia dalam tagar #PrayForPlumpang dan #SelamatkanWargaPlumpang. Kedua tagar terpopuler ini menyiratkan perlunya penanganan bagi para korban beserta keluarganya sebagai prioritas utama saat ini, bukan menambah polemik dengan muatan kepentingan politik praktis. Terlebih warga membutuhkan ketenangan hidup menjelang datangnya bulan Ramadhan. (LITBANG KOMPAS)
Baca Juga: Segalanya Hilang di Tengah Musibah Berulang