Sebuah aplikasi manipulator foto berbasis AI bernama Lensa yang diciptakan perusahaan teknologi Prisma Labs mulai viral pada November 2022. Warganet di seluruh dunia beramai-ramai mencoba membuat avatar wajah mereka dengan beragam variasi penampilan. Aplikasi ini sudah diunduh lebih dari 10 juta kali oleh pengguna perangkat Android.
AI juga digunakan untuk menciptakan gambar baru dengan bahan baku racikan dari jutaan gambar yang ada di internet. Beberapa mesin pembuat gambar yang terbilang populer misalnya DALL-E 2 dan Midjourney.
Saat ini DALL-E 2 memiliki 1,5 juta pengguna aktif dan dalam sehari menghasilkan lebih dari dua juta gambar bagi penggunanya. Pihak OpenAi sebagai perusahaan pengembang DALL-E 2 mengklaim pengguna layanan mereka berlatar belakang seniman, pengarah produk kreatif, penulis, arsitek, serta desainer dari berbagai bidang. Artinya, pengembangan dan penggunaan teknologi AI pembuat gambar sudah dimanfaatkan oleh berbagai kelompok masyarakat, mulai dari kebutuhan personal atau nonprofit hingga kalangan profesional.
Penciptaan teknologi AI pembuat gambar yang begitu cepat dan masif dapat ditinjau trennya dengan meminjam kurva perkembangan dan adopsi teknologi yang diperkenalkan oleh Gartner. Perusahaan Gartner bergerak di bidang konsultan terkait dengan adopsi dan adaptasi terhadap teknologi baru dalam dunia bisnis.
MIDJOURNEY/KOMPAS/HERU SRI KUMORO
Visual ini dihasilkan Midjourney dengan mengolah foto asli yang diunggah ke midjourney untuk digenerate dengan menambahkan sejumlah perintah
Kurva Gartner meliputi lima fase dalam perkembangan serta pemanfaatan teknologi baru. Diawali dengan fase pemicu inovasi (innovation trigger) yang ditandai dengan adanya inovasi teknologi, tapi belum terbukti andal menghasilkan produk yang relevan dengan dunia komersial. Pada fase ini bentuk kurva dengan tren positif atau menanjak secara terjal berkat lecutan inovasi pada aspek teknologi.
Fase berikutnya ialah puncak dari ekspektasi publik (peak of inflated expectations) yang amat besar terhadap teknologi baru, salah satunya AI penyusun gambar. Saat ini perkembangan tren AI image generator berada di fase puncak. Ditandai dengan adopsi yang begitu masif, utamanya pada pekerja profesional di bidang cipta karya visual.
Selanjutnya fase lembah kekecewaan (trough of disillusionment). Pada tahap ini mulai timbul berbagai persoalan dan kegagalan dari segi bisnis dalam pemanfaatan AI penyusun gambar. Kurva akan membentuk garis tren negatif atau menurun dari titik puncaknya. Pada fase ini yang akan paling merasa dirugikan ialah perusahaan yang mengadopsi teknologi secara dini, tetapi mengalami kegagalan dalam mencapai nilai target komersilnya ataupun target kualitas gambar yang dihasilkan mesin AI.
Fase berikutnya setelah masa krisis. Ini bisa terjadi dua hal, yaitu terjadi kebangkitan setelah mengalami krisis dan disebut dengan fase lereng harapan (slope of enlightenment) atau justru tenggelam dan tidak ada kelanjutannya.
Jika teknologi baru dapat mencapai lereng harapan, maka ada peluang untuk sampai pada fase yang stabil, yaitu kestabilan produktivitas (plateau of productivity). Suatu teknologi baru akan mencapai kondisi ini apabila sudah terbukti keandalannya memproduksi produk serta memiliki pangsa pasar yang stabil. Muaranya ialah dapat menjadi faktor produksi yang stabil pada sektor ekonomi kreatif, misalnya melihat dari kasus AI image generator.
Tak tergantikan
Mengacu pada siklus Gartner tersebut, posisi perkembangan AI image generator sekarang sedang di puncak siklus. Pertanyaannya kemudian adalah apakah AI berpotensi menggantikan peran fotografer dalam menciptakan karya visual berupa foto?
Berkaca pada sejarah perkembangan teknologi, peran manusia sebagai pencipta karya sejauh ini tidak tergantikan. Ketika fotografi diperkenalkan pada tahun 1800-an, muncul suara sumbang dari kalangan pelukis bahwa teknologi kamera akan memangkas dan mempermudah proses pembuatan gambar.
Para pelukis resah bahwa mereka akan tergantikan. Namun, hal itu tidak terjadi. Hingga saat ini keahlian melukis serta gaya melukis terus mengalami perkembangan. Bahkan, saat ini antara bidang lukis-melukis dan fotografi berjalan di koridor yang berbeda. Kehadiran gawai pun membuka peluang menciptakan karya dengan alat digital dan tidak melulu menggunakan kuas, cat, dan kanvas.
Kehadiran AI dalam dunia fotografi masih tetap membutuhkan manusia sebagai operator dan justru membuka peluang pemanfaatan AI sebagai alat bantu untuk mewujudkan kreasi secara lebih efisien. Misalnya untuk menyusun konsep karya fotografi bisa memanfaatkan AI untuk membuat sketsa awalnya.
Peran manusia pada dunia fotografi tetap akan di posisi sentral dengan kehadiran AI. Dari makna katanya, fotografi berarti melukis dengan menggunakan cahaya. Tanpa adanya cahaya, tidak akan tercipta sebuah foto. Artinya, karya fotografi yang sejati hanya dapat dihasilkan dari komponen terpenting, yaitu cahaya. Tanpanya, proses fotografi tidak akan tercipta foto, hanya ada gambar. (LITBANG KOMPAS)