Satgas Khusus dan Keseriusan AS Mengungkap Misteri UFO
Topik UFO sering dianggap tabu karena sarat hoaks dan mitos. Banyaknya insiden obyek terbang tak teridentifikasi (UFO) di wilayah udaranya membuat AS harus serius menyelidiki fenomena tersebut.
Oleh
Rangga Eka Sakti
·3 menit baca
Upaya Amerika Serikat untuk menyelidiki fenomena misterius di wilayah udaranya sebenarnya sudah cukup lama dilakukan. Setelah menerima laporan-laporan serius dari beberapa pilot angkatan udara dan lautnya, AS resmi membentuk satgas khusus, yakni Unidentified Aerial Phenomenon Task Force atau UAPTF tiga tahun lalu.
Lembaga yang dibentuk oleh Departemen Pertahanan AS ini dikhususkan untuk menyelidiki fenomena udara tak teridentifikasi atau yang lebih dikenal dengan UFO (unidentified flying object).
UAPTF terdiri atas tim ahli dari Badan Intelijen Pertahanan, Badan Keamanan Nasional, dan Departemen Pertahanan Amerika Serikat. Tim ini terdiri atas pakar dalam bidang teknologi informasi, intelijen, dan keamanan nasional. Sekitar setahun setelah dibentuk, UAPTF ini pun diperluas otoritasnya dan diberi nama baru, yakni All-Domain Anomaly Resolution Office (AARO).
Sejak pembentukannya pada tahun 2020, UAPTF dan AARO telah merilis beberapa laporan mengenai kemunculan obyek tak teridentifikasi di udara yang diamati oleh personel militer AS.
Laporan-laporan ini menunjukkan adanya fenomena udara yang tidak dapat dijelaskan secara konvensional dan menunjukkan kemampuan luar biasa yang tidak sesuai dengan teknologi saat ini.
Beberapa laporan dari kantor tersebut mengungkapkan adanya obyek yang mampu melakukan manuver yang sulit dicapai oleh pesawat buatan manusia, seperti bergerak dengan kecepatan tinggi, berubah arah dengan tiba-tiba, bahkan terbang di ketinggian yang sangat tinggi (sekitar 60.000 kaki).
Selain itu, laporan UAPTF juga mengungkapkan adanya obyek yang terbang tanpa memiliki tanda-tanda mesin atau sayap serta mampu menghilang dengan cepat dari pandangan mata.
Laporan UAPTF yang paling menggemparkan adalah laporan yang dirilis pada bulan Juni 2021. Laporan tersebut mengungkapkan bahwa UAPTF telah mengidentifikasi lebih dari 140 kasus fenomena udara yang tidak dapat diidentifikasi sejak tahun 2004.
Dari analisis awal, satgas ini membagi temuan ke lima kategori kejadian, yakni adanya ”sampah” udara, fenomena atmosfer alamiah, program pengembangan industri tertentu, sistem milik musuh, dan fenomena lainnya.
Salah satu kejadian UAP paling menonjol yang dijelaskan dalam laporan adalah kejadian yang terjadi pada 14 November 2004, ketika pilot Angkatan Laut AS, Dave Fravor dan Alex Dietrich, melaporkan melihat obyek aneh yang terbang di atas lautan lepas di dekat San Diego. Obyek tersebut memiliki ukuran dan bentuk yang tidak biasa dan mampu bergerak dengan kecepatan luar biasa.
Setelah laporan yang cukup menggemparkan pada 2021, upaya investigasi terhadap fenomena aerial tak teridentifikasi terus dilakukan. Laporan terakhir yang dirilis pada Januari lalu menunjukkan hasil yang tak kalah mencengangkan.
Jika sebelumnya ditemukan 144 kejadian kemunculan obyek tak dikenal di ruang udara AS selama rentang 2004 hingga 2020, laporan terbaru menunjukkan bahwa ternyata terdapat lebih dari 500 kemunculan selama rentang 2004 hingga 2021.
Penambahan jumlah ini bukan berarti terdapat peningkatan signifikan selama setahun. Namun, selama rentang waktu setahun tersebut, lebih banyak data dari berbagai sensor dan pengakuan dari narasumber yang diverifikasi oleh kantor AARO.
Dari sekitar 366 laporan baru yang masuk, belum semua fenomena terekam dapat dijelaskan. Jika dipersentase, hanya sekitar separuh yang dapat dijelaskan. Beberapa penjelasan dari fenomena yang dipecahkan adalah 26 kasus pesawat nirawak, 163 kasus balon, dan 6 kasus sampah udara. Sementara itu, masih ada sekitar 171 kasus laporan yang masih belum bisa dijelaskan.
Meskipun laporan menunjukkan adanya fenomena udara yang tidak dapat dijelaskan, mereka tidak serta-merta memberikan kesimpulan bahwa fenomena ini terjadi akibat adanya alien atau makhluk luar angkasa. Bahkan, secara gamblang, kantor ini menyatakan bahwa ratusan dari fenomena yang dilaporkan kepada mereka masih belum bisa dijelaskan.
Alih-alih, AARO menyatakan bahwa mereka membutuhkan lebih banyak data dan informasi untuk dapat memahami fenomena tersebut dengan lebih baik.
Melalui laporan yang dirilis, mereka menekankan pentingnya memperkuat kemampuan pengumpulan data dan pelaporan untuk memastikan bahwa semua fenomena udara yang tidak dapat diidentifikasi dapat diidentifikasi dan dianalisis dengan lebih baik.
Selain merilis laporan, kantor ini juga terus mengembangkan metode dan teknologi baru untuk mengidentifikasi dan mempelajari fenomena udara tak teridentifikasi. Mereka bekerja sama dengan lembaga pendidikan, industri, dan badan pemerintah lainnya untuk meningkatkan pemahaman tentang fenomena ini dan mengembangkan solusi baru untuk mempelajarinya.
Tak hanya itu, meski belum bisa memberikan bukti konkret dari adanya ”alien” atau kehidupan di luar bumi, kerja dari satgas ini terbukti mampu untuk lebih melindungi ruang udara AS.
Salah satu contoh kasusnya adalah berhasil ditemukan dan ditembaknya balon cuaca milik China yang diduga memata-matai AS selama beberapa waktu pada Februari lalu. (LITBANG KOMPAS)