Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Ridwan Kamil menduduki posisi tiga teratas tokoh potensial capres pilihan generasi Z dalam survei Litbang ”Kompas”, Januari 2023.
Oleh
Arita Nugraheni/Litbang Kompas
·5 menit baca
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Mural foto-foto presiden RI tergambar di kawasan Cibuluh, Bogor, Sabtu (6/8/2022). Pemerintah bersama DPR, DKPP, KPU, dan Bawaslu memutuskan bahwa pemilu presiden-wakil presiden serta anggota DPR, DPD, dan DPRD akan diselenggarakan serentak pada 14 Februari 2024.
Pemilih mula ataupun muda mulai menunjukkan karakter yang khas menjelang pesta demokrasi 2024. Antusiasme untuk menggunakan hak pilih, ketertarikan besar dalam menimbang calon presiden, dan ceruk populasi membuat dinamika preferensi politik generasi Z ini memiliki nilai strategis diperebutkan partai politik dan capres.
Hasil survei Litbang Kompas periode Januari 2023 ini mencatatkan tiga fenomena yang bisa dipakai untuk memahami bagaimana pemilih dari kelompok generasi Z yang berusia di kisaran 17-26 tahun ini dalam memandang Pemilu 2024.
Pertama, antusiasme pemilih dari gen Z. Minat mereka cukup besar untuk menggunakan hak pilih pada pemilu nanti secara sekaligus, yakni memilih pasangan calon presiden-wakil presiden (capres-cawapres), partai politik, dan calon anggota legislatif (caleg). Namun, antusiasme kaum muda ini cenderung lebih rendah jika dibandingkan dengan generasi di atasnya.
Jika pada generasi Z angka antusiasme berada di 67,8 persen, pada kelompok responden yang berada dalam generasi di atasnya nilai antusiasmenya lebih tinggi, yakni pada rentang 68,1-77,9 persen. Mudah dan tidak direpotkan dengan banyaknya surat suara boleh jadi lebih dekat dengan gaya anak-anak muda yang identik dengan hal-hal yang serba praktis dan cepat.
Kedua, kelompok pemilih gen Z antusiasme memilihnya cenderung lebih tertuju pada kontestasi pemilihan presiden. Jika memilih ketiga-tiganya sekaligus (capres, partai, dan caleg), antusiasmenya memang paling rendah. Sebaliknya, jika menyangkut pemilihan presiden, antusiasme tercatat paling tinggi dibandingkan dengan generasi di atasnya. Bagaimanapun perhatian publik memang lebih banyak tertuju pada pemilihan presiden dibandingkan dengan kontestasi lainnya.
Hasil survei mencatat, sebanyak 8,6 persen responden dari gen Z ini berniat menggunakan hak pilih pada pemilu nanti hanya untuk pemilihan presiden, tidak untuk yang lain. Angka ini relatif lebih tinggi dibandingkan dengan generasi lainnya. Sekali lagi, jika mengikuti logika ini, hanya dengan satu surat suara pemilihan presiden, lebih mudah dan cepat. Hal ini tentu juga tidak lepas dari animo perhatian publik yang lebih banyak menyorot kontestasi pemilihan presiden.
Ketiga, kelompok responden dari gen Z cenderung tidak ingin menjadi bagian dari kelompok yang antipati terhadap proses pemilu. Setidaknya angka keinginan dari kelompok responden gen Z untuk menjadi bagian dari mereka yang secara sengaja dan sadar menjadi golput atau tidak akan menggunakan hak pilih pada pemilu relatif rendah. Tercatat hanya 0,6 persen dari kelompok responden gen Z yang berniat golput.
Jika dihubungkan ketiga temuan di atas, tampak ada gejala antusiasme yang relatif terjaga dari gen Z ini. Tentu minat gen Z menggunakan hak suara yang terpotret dari hasil survei ini patut dijadikan rujukan guna meningkatkan partisipasi pemilih. Setidaknya ini menjadi momentum untuk meningkatkan kembali angka partisipasi pemilu di Indonesia.
Relawan Demokrasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jakarta Pusat mengadakan sosialisasi kepada pemilih pemula terkait Pemilu Serentak 2019 di SMA Negeri 4 Jakarta, Jumat (15/2/2019).
Pemilu 2019, dengan partisipasi pemilih mencapai 81,97 persen, tercatat sebagai partisipasi tertinggi kedua setelah Pemilu 1999 yang mencapai 92,74 persen. Tentu saja, antusiasme pemilih menggunakan hak suara pada Pemilu 2024 bisa menjadi kabar baik bagi upaya meningkatkan angka partisipasi pemilih.
Berdasarkan latar belakang usia, gen Z merupakan kelompok terbesar di Indonesia dibandingkan dengan generasi lainnya. Dari hasil Sensus Penduduk 2020, jumlah gen Z sebanyak 27,94 persen dari total 270,2 juta jiwa penduduk. Proporsi tersebut mengungguli penduduk dari gen Y yang berjumlah 25,87 persen, gen X (21,88 persen), dan baby boomers (13,43 persen).
Meski tidak semua populasi gen Z dapat memberikan suara sesuai dengan ketentuan hak memilih (sudah berumur 17 tahun atau sudah menikah saat pemungutan suara), keberadaan gen Z tetap memiliki posisi strategis dalam Pemilu 2024.
Calon presiden
Antusiasme gen Z yang lebih condong berminat menggunakan hak pilih pada pemilihan presiden jika dibandingkan dengan generasi di atasnya ternyata juga diikuti dengan pola yang agak berbeda, terutama terkait dengan pilihan terhadap sosok-sosok yang diinginkan menjadi presiden.
Pada survei kali ini, percaturan kandidat papan atas mulai berubah. Sejak survei periode Januari 2022, mayoritas suara gen Z menunjukkan konsistensi pilihan pada tiga kandidat. Pada survei Januari dan Juni 2022, setidaknya 62 persen suara gen Z terdistribusi kepada Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan. Meskipun pada Oktober 2022 proporsi itu menyusut menjadi 58 persen, ketiga sosok tersebut tetap menjadi unggulan di mata gen Z.
Kini, di survei Januari 2023, posisi Anies Baswedan tergeser oleh Ridwan Kamil dengan perolehan suara 9,1 persen. Anies kini berada di posisi keempat dengan 8,8 persen atau kehilangan 4,5 suara gen Z. Perolehan suara Anies ini merupakan yang terendah sejak survei Januari 2022.
Sementara itu, popularitas Ridwan Kamil melejit sejak survei Oktober 2022. Ia dipilih oleh 10,4 persen responden gen Z atau mendulang tambahan suara sebesar 6,3 persen dibandingkan dengan periode survei sebelumnya. Kala itu, keterpilihan Ridwan Kamil bertumpu pada pemilih muda. Kini, elektabilitas Ridwan Kamil makin tampak pada pemilih dari generasi lainnya.
Adapun Ganjar Pranowo masih di posisi teratas dengan 28,8 persen suara disusul dengan Prabowo Subianto dengan 20,6 persen. Dibandingkan survei Oktober 2022, Ganjar kehilangan 0,7 persen suara, sementara Prabowo mendulang penambahan 4 persen suara.
Sejak survei Januari 2022, ini pertama kalinya bagi Ganjar kehilangan suara pemilih gen Z dan pertama kali bagi Prabowo mendapatkan tambahan suara. Di tengah dinamika ini, gen Z masih memberikan sumbangan besar bagi elektabilitas Ganjar dan mengukuhkan keterpilihan Prabowo.
Kemapanan kandidat di papan atas pun terbukti lewat besarnya aliran suara responden yang belum mempunyai hak pilih pada Pemilu 2019. Dari kelompok ini, sebanyak 64,1 persen suara mengalir kepada tiga sosok utama. Rinciannya, 32,8 persen akan memilih Ganjar; 22,7 persen akan memilih Prabowo; dan 8,6 persen memilih Anies. Sementara Ridwan Kamil ada pada peringkat keempat dengan 5,5 persen.
Partai politik
Dinamika politik pada kelompok responden gen Z juga terjadi pada pilihan partai politik. Sejumlah partai kembali mendapatkan kepercayaan dari para calon pemilih mula dan muda. Sementara itu, partai lainnya justru semakin kehilangan daya keterpilihan.
Bendera partai politik peserta pemilu terpasang di kantor Komisi Pemilihan Umum, Jakarta, Jumat (27/1/2023).
Elektabilitas Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) mulai terkerek naik. PDI-P kembali mendapatkan 19,5 persen suara atau naik 0,5 persen dari sebelumnya, memantapkan posisi di peringkat pertama.
Meski demikian, kenaikan terbesar justru tampak pada Partai Gerindra yang kini memiliki elektabilitas 17,1 persen atau naik 3,2 persen. Kenaikan ini selaras dengan dinamika yang terjadi pada aspek ketokohan, di mana Prabowo Subianto sebagai ketua umum partai turut mendulang suara yang signifikan.
Survei kali ini turut menangkap turunnya pamor Partai Demokrat di mata anak muda. Walaupun tetap berada di peringkat ketiga, elektabilitas partai ini turun 3 persen. Daya tarik yang berkurang bagi kalangan muda ini perlu disikapi serius. Hal ini mengingat gen Z menyumbang besar elektabilitas Partai Demokrat secara umum.
Melihat lebih rinci, pamor PDI-P, Gerindra, dan Demokrat juga menancap di benak pemilih mula. Hampir separuh responden yang belum punya hak pilih pada Pemilu 2019 akan memilih ketiga partai tersebut jika pemilu dilakukan saat ini. Tentu ini bisa menjadi potret untuk membaca bagaimana preferensi kelompok responden gen Z dalam memproyeksikan arah pilihan di pemilu nanti. (LITBANG KOMPAS)