Luar Jawa Lebih Diminati Investor Asing
Pasca pandemi, tren investasi mulai menunjukkan pertumbuhan positif. Hal ini tidak saja terjadi di Jawa, namun juga luar Jawa.

Pandemi Covid-19 sempat memperlambat aliran investasi di Indonesia. Namun, hal itu tidak berlangsung lama. Realisasi investasi tahun 2022, baik dalam negeri maupun asing, tumbuh mengesankan. Bahkan, peningkatan investasi asing di luar Pulau Jawa merupakan yang tertinggi yang menandai kebangkitan.
Tahun 2020, investasi tumbuh kurang dari 5 persen. Meski demikian, pencapaian ini relatif baik di tengah perlambatan ekonomi nasional yang mengarah ke resesi.
Di tahun kedua pandemi, tahun 2021, di tengah perekonomian Indonesia yang secara resmi masuk kategori resesi, investasi masih bisa tumbuh lebih tinggi, yakni 9 persen.
Di tahun ketiga pandemi, pertumbuhan investasi melonjak hampir empat kali lipat menjadi 34 persen. Total realisasi investasi mencapai Rp 1.207,2 triliun.
Porsi investasi asing lebih besar dibandingkan investasi dalam negeri. Realisasi investasi asing tercatat sebesar 45,6 miliar dollar Amerika Serikat atau sekitar 54,2 persen dari total investasi. Sementara investasi dalam negeri tercatat sebesar Rp 552,77 triliun (45,8 persen).
Selama tiga tahun pandemi, investasi asing meningkat lebih tinggi dibandingkan investasi dalam negeri. Setelah hanya tumbuh 1,6 persen pada tahun 2020, investasi asing tumbuh 8,5 persen pada 2021 dan melonjak menjadi 46,7 persen pada tahun 2022.

Hal ini berbeda dengan investasi dalam negeri yang tumbuh lebih moderat. Pada tahun 2020 investasi dalam negeri tumbuh 7 persen, menjadi 8,1 persen pada tahun 2021, dan akhirnya meningkat 23,6 persen pada 2022.
Jika dilihat berdasarkan wilayah, investasi asing lebih banyak menyasar di luar Pulau Jawa. Porsi realisasi investasi asing di luar Pulau Jawa meningkat perlahan secara meyakinkan, dari 45,1 persen pada tahun 2019 menjadi 57,7 persen pada tahun 2022.
Sebaliknya, porsi realisasi investasi dalam negeri di Pulau Jawa menurun dari 54,9 persen pada tahun 2019 menjadi 42,3 persen pada tahun 2022.
Luar Jawa menjadi perhatian investor asing mulai tampak pada tahun 2020, saat pandemi dimulai. Hal ini dipicu oleh Pulau Jawa yang saat itu menjadi episentrum penularan Covid-19. Pembatasan mobilitas yang dimulai di Pulau Jawa memberi peluang daerah luar Jawa menerima investor.
Pertumbuhan investasi asing di luar Jawa selalu positif, bahkan, tahun 2022 lalu mencapai angka tertinggi, yakni 54,6 persen. Berbeda dengan investasi asing di Jawa yang sempat negatif pada tahun 2020 (-12,8 persen), pada tahun 2022 meskipun bisa bangkit, hanya mampu mencapai level 37 persen.
Meski demikian, Pulau Jawa tetap menjadi magnet utama untuk investasi dalam negeri, terutama di DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Sementara di Sumatera, Provinsi Riau masih menjadi daya tarik utama. Di Kalimantan, Kalimantan Timur juga menjadi primadona.
Baca juga : Akselerasi Ekonomi di Tahun Ketiga Pandemi
Ke Timur
Sebelum pandemi (2019), investasi asing terkonsentrasi di Pulau Jawa, terutama secara berturut-turut di Provinsi Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, dan Banten yang masuk dalam empat provinsi dengan realisasi terbesar investasi asing. Di posisi kelima baru masuk satu provinsi di luar Jawa, yakni Sulawesi Tengah.
Di tahun 2020, Provinsi Maluku Utara masuk ke dalam kelompok lima provinsi yang realisasi investasi asingnya terbesar, menggeser Jawa Tengah. Investasi makin merambah ke timur. Sulawesi Tengah konsisten berada dalam kelompok lima besar realisasi investasi asing terbesar hingga tahun 2022.
Bahkan di tahun 2022, realisasi investasi asing di Sulawesi Tengah merupakan yang tertinggi mengalahkan Jawa Barat. Sulawesi Tengah berhasil mencatatkan 502 proyek dengan nilai 7,48 miliar dollar AS. Sementara Jawa Barat yang mendapat lebih banyak proyek, yakni 12.419 proyek, nilainya hanya 6,53 miliar dollar AS.
Setelah Jabar, di posisi ketiga ada Maluku Utara dengan 302 proyek senilai 4,48 miliar dollar AS. Dari pola investasi di Sulteng dan Malut, terlihat bahwa secara nilai investasi di luar Jawa jauh lebih besar dibandingkan di Jawa yang berlimpah proyek.

Foto aerial New Priok Container Terminal One di Kali Baru, Cilincing, Jakarta Utara, Selasa (7/2/2023). Bank Indonesia menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022 yang mencapai 5,31 persen secara tahunan ditopang oleh hampir seluruh komponen perhitungan produk domestik bruto yaitu konsumsi rumah tangga, ekspor, dan investasi.
Mengapa luar Jawa seperti Sulteng dan Malut konsisten menjadi sasaran investor asing? Secara umum, investasi di luar Jawa diuntungkan oleh sumber daya alam berlimpah dengan tingkat upah minimum yang lebih rendah dibandingkian di Jawa.
Di luar itu, Sulteng setidaknya memiliki dua kawasan industri, yakni Kawasan Ekonomi Khusus Palu dan Morowali Industrial Park. Peluang investasi ditawarkan oleh kawasan industri ini.
Ada industri pengolahan biji cokelat dan smelter ferronickel untuk industri baja stainless. Selain itu juga ada peluang pengembangan pariwisata, khususnya wisata Danau Poso. Sementara di Malut yang merupakan wilayah kepulauan, peluang investasi terbuka untuk pengembangan pariwisata.
Baca juga : Investasi Tumbuh Sesuai Target, tapi Kualitasnya Dipertanyakan
Peluang
Dengan kecenderungan investasi asing yang semakin membesar di luar Jawa, peluang meningkatnya kontribusi ekonomi di luar Jawa juga semakin besar. Hal ini akan mendukung pemerataan kue pembangunan di seluruh wilayah Nusantara.
Saat ini, meski pertumbuhan ekonomi di luar Jawa tergolong tinggi, terutama wilayah timur, kontribusinya terhadap total perekonomian nasional masih tergolong kecil. Data terbaru dari Badan Pusat Statistik menunjukkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2022 mencapai 5,31 persen.
Pulau Jawa masih memberikan kontribusi terbesar, yakni 56,48 persen. Diikuti Pulau Sumatera sebesar 22,01 persen. Sementara kontribusi pulau-pulau lainnya masih di bawah 10 persen. Pulau Maluku dan Papua memberi kontribusi terkecil, yakni 2,5 persen.
Padahal, dari sisi pertumbuhan, wilayah timur menunjukkan pertumbuhan yang tinggi, di atas Pulau Jawa. Pulau Maluku dan Papua bahkan memiliki pertumbuhan tertinggi yang mencapai 8,65 persen pada tahun lalu.
Setelah pandemi berhasil dikendalikan, kondisi tersebut diharapkan tidak kemudian membuat investasi beralih kembali ke Pulau Jawa. Pemerataan pembangunan tetap harus diupayakan.

Selain untuk meningkatkan kontribusi perekonomian, juga untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memperkecil ketimpangan sosial-ekonomi antara barat dan timur.
Alternatif invetasi tersedia luas dan bisa disinergikan dengan program nasional dari berbagai kementerian. Dengan kekayaan sumber daya alam, antara lain di sektor pertambangan dan perikanan, kawasan timur bisa difokuskan untuk pengembangan proyek hillirisasi industri.
Hal ini untuk mendukung kegiatan ekonomi yang semula hanya mengandalkan ekspor barang mentah menjadi kegiatan yang memiliki nilai tambah.
Untuk mewujudkan hal itu, penguatan sumber daya manusia dan konektivitas di timur harus menjadi fokus perbaikan pemerintah agar investasi asing semakin membanjiri kawasan timur. Dengan demikian, Barat dan Timur tidak lagi menjadi dikotomi. (LITBANG KOMPAS)\
Baca juga : Analisis Litbang ”Kompas”: Tantangan Ekonomi Global dan Peluang di Tahun 2023