Shio Kelinci 2023 dipercaya mendatangkan keberuntungan finansial dan perdamaian. Terlepas dari benar tidaknya ramalan ini, kreativitas dan fleksibitas yang menjadi ciri Kelinci dapat ditiru untuk menyambut tahun baru.
Oleh
VINCENTIUS GITIYARKO, Yulius Brahmantya Priambada
·4 menit baca
KOMPAS/NINO CITRA ANUGRAHANTO
Lampion berwujud keluarga kelinci yang dipasang di Balai Kota Surakarta, Jawa Tengah (11/1/2023). Tahun Baru Imlek kali ini bershio Kelinci.
Tahun Baru Imlek 2574 kali ini bershio Kelinci. Penyematan shio pada sebuah tahun umumnya digunakan untuk membaca atau meramal bagaimana tahun tersebut akan berjalan. Dalam konteks dunia modern, bagaimana persepsi dan kepercayaan masyarakat terhadap kekuatan ramalan shio?
Sebelum menjawab pertanyaan di atas, perlu diingat tradisi ramalan China terkait erat dengan shio dan sistem penanggalan lunar. Shio, yang landasannya adalah perhitungan astrologi, diperkirakan sudah dikenal sejak 4.000 tahun yang lalu.
Sementara shio bersimbol 12 hewan diyakini mulai muncul sejak periode Zhan Guo, abad ke-5 SM. Berikutnya, penggunaan shio untuk menentukan tahun lahir seseorang mulai populer pada masa Dinasti Zhou Utara (557-581 M).
Perputaran siklus shio tahunan didasarkan pada 12 hewan, yakni tikus, kerbau, macan, kelinci, naga, ular, kuda, kambing, monyet, ayam, anjing, dan babi, dikombinasikan dengan lima elemen bumi, yakni besi, air, kayu, api, serta tanah.
Perputaran ini dikenal dengan siklus seksagesimal dengan periode pengulangan tiap 60 tahunan. Artinya, kombinasi yang sama antara hewan dan elemen bumi akan berulang 60 tahun sekali. Sementara untuk sistem kalender, masyarakat China memilih menggunakan kalender yin yang li.
Pemilihan ini bukan tanpa dasar. Theodora dan Laura Lau dalam buku The Handbook of Chinese Horoscopes (2019) menjelaskan, kalender yin yang li dirasa lebih akurat dalam membaca perubahan musim dan perkembangan seluruh makhluk hidup.
Awalnya kalender ini digunakan petani untuk menentukan masa tanam terbaik. Belakangan, karena jitu, keputusan lain, seperti menikah, menyelenggarakan pesta, hingga pergi ke tukang cukur, didasarkan pada perhitungan kalender ini.
ADRYAN YOGA PARAMADWYA
Warga keturunan Tionghoa menyalakan lilin di Wihara Dharma Bhakti, Petak Sembilan, Jakarta (21/1/2023).
Persepsi
Beranjak pada persepsi publik, meskipun sedikit, tradisi ramalan masih memiliki peminat. Dari hasil jajak pendapat Litbang Kompaspada 18-20 Januari 2023, sekurangnya 26,9 persen responden masih memercayai tradisi meramal nasib untuk mengetahui peruntungan di masa mendatang. Artinya, masih ada satu dari empat orang percaya pada ramalan.
Data di atas makin menarik apabila dilihat berdasarkan sudut pandang generasi responden. Kecenderungannya, semakin tua usia responden semakin tinggi angka kepercayaan tersebut.
Setidaknya ada 32,6 responden berusia di atas 55 tahun yang memercayai ramalan keberuntungan, sekaligus menjadi kelompok usia paling tinggi yang percaya kepada ramalan. Sebaliknya, hanya sekitar 22,9 persen responden kelompok usia 17-24 tahun yang percaya kepada ramalan.
Fakta ini menguatkan bahwa memang terjadi dikotomi antara ramalan dan modernitas. Dalam masyarakat yang makin modern, kepercayaan terhadap ramalan dipandang sebagai bagian dari peradaban masa lalu. Perhitungan matematis sebab akibat yang lebih logis tampaknya dipandang lebih masuk akal sebagai pegangan untuk merefleksikan kehidupan.
Menjadi tidak mengherankan reaksi responden tatkala ditanya, jika ramalan benar terjadi, apakah hal tersebut merupakan kebetulan atau memang sesuai berdasarkan ramalan. Sebanyak 81,1 responden mengaku jika ramalan terbukti benar, hal tersebut adalah kebetulan belaka. Hanya sekitar 14,2 persen responden saja yang percaya bahwa kebenaran ramalan memang benar adanya.
Setali tiga uang dengan fenomena sebelumnya, semakin tua generasi responden lebih besar proporsi mereka yang percaya bahwa ramalan yang terbukti bukanlah sebuah kebetulan. Terdapat sekitar 19 persen responden kelompok usia di atas 55 tahun yang percaya ramalan yang terbukti bukanlah kebetulan.
Sementara hanya sekitar 7,7 saja responden berusia di bawah 24 tahun yang sepakat dengan hal itu. Tetapi, yang perlu digarisbawahi, lebih dari separuh responden di setiap generasi percaya bahwa ramalan yang terbukti benar adalah kebetulan belaka.
Interpretasi
Persoalan bagaimana menyikapi ramalan shio dalam menyambut Tahun Baru Imlek telah dijawab salah satunya oleh Shelly Wu. Dalam bukunya berjudul Chinese Astrologi (2005), ia menjelaskan bahwa astrologi China memang lebih dipahami sebagai seni interpretasi ketimbang ilmu meramal.
Astrologi China merupakan kesenian kuno yang menggunakan perhitungan waktu yang sistematis untuk mengungkapkan kepribadian, kesehatan, pekerjaan, dan kecocokan dengan orang lain. Secara lebih khusus, astrologi ini dipakai untuk menghindari ciong atau ketidakselarasan antara manusia dan manusia lain.
Dengan demikian, menjadi lebih penting bagaimana ramalan shio diinterpretasikan. Persoalannya bukan lagi benar atau tidaknya sebuah ramalan. Menjadi lebih penting semangat apa yang muncul di balik hal tersebut.
Kembali pada Kelinci Air, Theodora dan Laura Lau mengatakan bahwa Kelinci memiliki keberuntungan spesial dalam semua jenis transaksi finansial. Ketajaman dan kepiawaian dalam bernegosiasi yang dimiliki shio ini juga dinilai sangat membantu dalam peningkatan jenjang karier.
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Kelompok barongsai Sam Kauw Bio dari Tangerang menghibur umat yang bersembahyang menjelang pergantian Imlek 2023 di Wihara Amurva Bhumi (Hok Tek Tjeng Sing) di Karet Semanggi, Jakarta Selatan, Sabtu (21/1/2023). Warga Tionghoa berdoa untuk mendapatkan berkah dan keselamatan di tahun baru.
Hewan satu ini juga dikenal sangat kreatif. Kreativitas tersebut dapat berguna banyak dalam menghadapi tantangan-tantangan yang menghadang. Kelinci juga dianggap memiliki perhatian besar terhadap masalah kesehatan. Hal inilah yang diyakini membuat Kelinci sebagai simbol umur panjang.
Di samping itu, apabila digabungkan dengan elemennya, Kelinci Air memiliki kekuatan untuk mendekatkan orang-orang pada dirinya. Ini menjadi kesempatan yang baik untuk merekatkan hubungan antarsesama, terutama dalam lingkup keluarga.
Kelinci juga diyakini memiliki sifat yang cinta damai dan penuh kelembutan. Sifat ini sangat dibutuhkan dalam upaya membawa perdamaian pada berbagai konflik dan peperangan, terutama pada peperangan Ukraina-Rusia yang masih berlangsung hingga saat ini. Di Indonesia, tahun politik yang sarat dengan tensi persaingan pun diharapkan dapat berlangsung dengan kondusif dan damai.
Dengan demikian, tampak bahwa harapan akan Tahun Kelinci tidak hanya bisa dipandang berdasarkan keberuntungan ramalan belaka. Namun, bagaimana kreativitas menghadapi tantangan dan fleksibilitas dalam mengatur strategi menjadi ciri positif dari shio Kelinci.
Terlepas dari percaya atau tidaknya terhadap ramalan shio, kreativitas dan fleksibitas dalam menghadapi tahun baru menjadi modal penting untuk terus bertumbuh menjadi lebih baik. Selamat Tahun Baru Imlek. (LITBANG KOMPAS)