Analisis Litbang ”Kompas”: Tetap Waspada meski PPKM Usai
Indeks Pengendalian Covid-19 kembali mencapai skor nasional tertinggi selama pandemi. Peran semua pihak menjadi kunci agar skor indeks bisa lebih tinggi dan kita kembali ke kondisi sebelum pandemi.
Oleh
Gianie, Reza Felix Citra
·5 menit baca
Pasca-liburan Natal 2022 dan Tahun Baru 2023 tidak terjadi lonjakan kasus Covid-19. Hal ini mengafirmasi keputusan pemerintah mencabut status pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM yang berlaku sejak 30 Desember 2022. Indeks Pengendalian Covid-19 atau IPC yang diukur Kompas pun kembali menunjukkan skor nasional mencapai angka tertinggi selama pandemi.
Skor nasional IPC sudah menunjukkan peningkatan sejak akhir November 2022. Kondisi ini setelah Indonesia dilanda kekhawatiran akibat merebaknya beberapa subvarian baru Omicron, seperti BA.4, BA.5, BA.2.75, dan XBB. Akibat penyebaran sub-subvarian baru tersebut, skor nasional IPC turun ke level terendah.
Skor nasional pada 1 Januari 2023 sudah mencapai level tertinggi, yaitu 88 (skala 0-100). Skor yang sama dengan kondisi setelah Indonesia diterjang gelombang ketiga akibat varian Omicron di semester pertama 2022.
Ini menandakan kondisi Indonesia secara umum sudah semakin mendekati keadaan sebelum adanya virus Covid-19. Level terendah indeks nasional dari pertengahan 2022 sampai sekarang adalah 78 pada minggu pertama November 2022.
KOMPAS/HERU SRI KUMORO
Presiden Joko Widodo, didampingi Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian dan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, menyampaikan keterangan terkait pencabutan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di Istana Negara, Jakarta, Jumat (30/12/2022).
Skor IPC menunjukkan kinerja pemerintah, terutama pemerintah daerah dalam aspek manajemen infeksi atau mencegah masyarakat terpapar virus dan aspek manajemen pengobatan atau mengendalikan tingkat keparahan atau fatalitas kasus.
Penyusunan indeks ini telah berlangsung sejak Juli 2021. Dalam rentang satu setengah tahun atau 77 minggu pengukuran indeks, level terendah skor nasional IPC pernah berada di angka 44 ketika gelombang kedua akibat varian Delta mulai menerjang, tepatnya di awal Juli 2021.
Dalam memonitor upaya pengendalian pandemi di Indonesia ini, terlihat kemampuan manajemen pengobatan yang lebih baik ketimbang manajemen infeksi.
Artinya, lebih mudah mengobati daripada mencegah terpapar virus. Terdapat perbedaan hingga 13 poin antara manajemen pengobatan dan manajemen infeksi, dengan skor manajemen pengobatan selalu lebih tinggi.
Skor nasional pada saat itu di angka 81, cukup tinggi. Hal ini menggambarkan, meskipun penularan virus cukup tinggi dengan kasus positif harian yang tinggi, tetapi tidak menimbulkan kedaruratan. Hal itu karena yang terinfeksi cepat tertangani dan tidak menimbulkan banyak kematian.
Skor manajemen infeksi pernah sekali lebih tinggi satu poin dibandingkan skor manajemen pengobatan, yaitu pada 4 April 2022. Saat itu skor manajemen infeksi di angka 40 dan skor manajemen pengobatan di angka 39. Dua minggu sebelumnya skor imbang antara manajemen infeksi dan manajemen pengobatan, yaitu di angka masing-masing 36.
Bila diamati per gugus pulau, terlihat level terendah indeks ada di Pulau Jawa, dengan angka 73. Pulau Jawa selalu menjadi yang pertama mengalami penurunan skor ketika terjadi serangan varian baru.
Hal ini oleh karena Jawa memiliki tingkat mobilitas yang tinggi karena konsentrasi penduduk ada di sini. Di samping juga memiliki bandara-bandara yang menjadi pintu masuk utama yang membawa kasus infeksi impor.
Oleh sebab itu, pencegahan masuknya atau penularan virus Covid-19 ke depan masih perlu dilakukan di wilayah ini agar pandemi tetap terkendali. Selain itu, tentu saja pada beberapa daerah yang berbatasan langsung dengan negara lain.
Juga daerah lain yang menjadi pintu masuk internasional, baik bandara maupun pelabuhan internasional (seperti Bali) perlu tetap membatasi atau menyaring pelaku perjalanan luar negeri yang kemungkinan membawa masuk virus dari negara-negara yang masih memiliki kasus tinggi, seperti China dan Amerika Serikat.
AP/NG HAN GUAN
Seorang pasien lanjut usia didorong di koridor bangsal darurat di sebuah rumah sakit di Beijing, China, Sabtu (31/12/2022). Pelonggaran dan pencabutan protokol kesehatan yang ketat secara mendadak membuat rumah sakit dibanjiri pasien Covid-19 yang mengeluhkan demam.
Jika dilihat per provinsi, saat ini sebenarnya masih terdapat beberapa daerah yang perlu penanganan lebih lanjut. Provinsi Papua Barat, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Tengah masih mengalami fluktuasi angka indeks, yang berarti masih ada komponen aspek manajemen yang perlu dibenahi. Untuk itu perlu dilihat lebih detail per indikator.
Dalam hal perkembangan kasus harian, daerah yang masih mengalami fluktuasi adalah Kepulauan Riau, Sulawesi Tengah, Papua, dan Papua Barat. Jadi masih dimungkinkan terjadinya lonjakan-lonjakan kasus di daerah-daerah ini.
Selain itu, Papua masih yang terendah dalam hal pencapaian vaksinasi Covid-19 dosis kedua, yaitu baru mencapai 16 persen dari penduduk. Daerah lain yang masih belum mencapai 50 persen adalah Papua Barat, Maluku, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara.
Adapun tingkat kepositifan (positivity rate) harian yang dalam beberapa minggu terakhir masih mengalami tren peningkatan dan sudah melewati 10 persen adalah Sulawesi Tengah. Untuk daerah lain, umumnya sudah mengalami tren menurun atau sudah di bawah level 5 persen.
Untuk ketersediaan tempat tidur rumah sakit, wilayah yang masih rawan adalah Sulawesi Barat karena dalam beberapa minggu terakhir mengalami peningkatan jumlah pasien dan mendekati level 10 persen.
Daerah lain umumnya sudah mengalami penurunan atau sudah di bawah level 5 persen. Daerah yang masih di atas 5 persen, tetapi mengalami tren penurunan adalah Sulawesi Utara, Yogyakarta, Kalimantan Selatan, Jawa Barat, Riau, Sulawesi Tengah, dan Lampung.
Ke depannya, walaupun secara nasional penanganan pandemi sudah baik, tetap perlu dilakukan penanganan lokal atau di lingkup yang lebih kecil agar virus Covid-19 tidak cepat menyebar.
Protokol kesehatan masih perlu diterapkan, terutama di daerah-daerah yang kasusnya sedang meningkat, selain juga vaksin penguat (booster) yang harus terus dilanjutkan sampai tercipta kekebalan masyarakat.
Rekomendasi dari Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) relevan untuk dijalankan. Seperti yang disampaikan oleh Ketua Satgas Covid-19 PB IDI, Erlina Burhan dalam seminar online pada bulan November 2022, ada peran dari pemerintah, masyarakat, dan tenaga kesehatan.
Pemerintah harus mengantisipasi tendensi kenaikan kasus, meningkatkan cakupan vaksinasi penguat, memperbaiki distribusi/logistik untuk obat dan vaksin, serta menggalakkan program PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat).
Masyarakat dengan komorbid agar berhati-hati, terutama bila berinteraksi dengan banyak orang di keramaian. Segera jalani vaksinasi penguat bagi yang belum dan menerapkan PHBS dalam keseharian.
Peran tenaga kesehatan tidak kalah penting. Tenaga kesehatan perlu melakukan edukasi yang terus-menerus tentang pencegahan Covid-19. Selain itu, juga melindungi dan menjaga kesehatan pribadi agar tidak terinfeksi Covid-19 sehingga tetap bisa memberikan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan.
Dengan kerja bersama ini, skor IPC tidak akan berhenti di level 88 atau menurun. Namun, bisa lebih tinggi mendekati 100 sehingga kita benar-benar kembali seperti sebelum ada Covid-19. (LITBANG KOMPAS)