Liburan Akhir Tahun, Transportasi Publik Tetap Jadi Pilihan
Transportasi publik menjadi pilihan banyak orang untuk berlibur di akhir tahun. Inovasi dan jaminan kenyamanan menjadi daya tarik tersendiri bagi penumpang saat memutuskan memakai transportasi publik ini
Moda transportasi umum tetap menjadi pilihan masyarakat dalam merayakan liburan Natal dan menjelang akhir tahun ini. Bus dan kereta api menjadi primadona dengan penumpang yang diprediksi naik dua kali lipat dibandingkan saat kondisi pandemi Covid-19 masih mengkhawatirkan. Animo ini perlu direspon penyedia jasa transportasi dengan upaya perbaikan keamanan dan kenyamanan.
Momen liburan Natal 2022 dan Tahun Baru 2023 kembali menjadi kesempatan bagi masyarakat untuk bepergian lintas daerah. Situasi pandemi Covid-19 yang kian terkendali membuat publik makin percaya diri untuk melakukan perjalanan. Animo ini perlu ditangkap penyelenggara moda transportasi umum untuk menghadirkan pelayanan yang prima.
Hasil survei Badan Kebijakan Transportasi Kementerian Perhubungan (BKT Kemenhub) memperkirakan, sebanyak 16,35 persen atau sekitar 44,2 juta orang akan melakukan perjalanan pada liburan Natal 2022 dan Tahun Baru 2023. Proyeksi tersebut naik sekitar 3,35 persen jika dibandingkan dengan hasil survei pada 2021.
Survei pada November 2022 ini turut menunjukkan, sebanyak tujuh dari 10 pelaku perjalanan berencana pergi ke berbagai daerah di Pulau Jawa. Rinciannya, 19,7 persen ke Jawa Tengah, 17,5 persen ke Jawa Timur, 14,6 persen ke Jawa Barat, 10,5 persen ke Jabodetabek, dan 8,2 persen ke Yogyakarta.
Dengan demikian, kesiapan sarana dan prasarana transportasi di Pulau Jawa perlu mendapatkan perhatian khusus. Rekayasa lalu lintas perlu dikedepankan untuk mengurai kepadatan di ruas-ruas jalan utama. Lebih lagi, perjalanan via darat masih menjadi pilihan utama.
Sebanyak 28,26 persen pelaku perjalanan akan menggunakan mobil pribadi dan 10,02 persen akan menggunakan mobil sewaan ataupun mobil travel. Sementara itu, 16,47 persen akan menggunakan sepeda motor.
Sejumlah 11,90 persen pelaku perjalanan juga berencana menggunakan angkutan umum bus. Artinya, tak kurang 30 juta orang akan memadati jalanan pada liburan kali ini.
Meski demikian, animo masyarakat untuk menggunakan angkutan lainnya juga terpantau meningkat. Pada 2022 kali ini, pengguna kereta api diperkirakan mencapai 5,9 juta orang. Angka ini meningkat hampir separuhnya dari periode lalu yang tercatat 3,5 juta orang. Sementara jalur udara dengan pesawat diprediksi sebanyak 4,9 juta orang dan jalur laut dengan kapal laut dan penyeberangan sejumlah 2,9 juta orang.
Baca juga : Waspadai Gelombang Tinggi Laut untuk Pelayaran Akhir Tahun
Transportasi umum
Makin terkendalinya penyebaran virus Covid-19 dan tingginya cakupan vaksinasi tak pelak membuat masyarakat kembali percaya diri untuk menggunakan transportasi umum. Hal ini setidaknya terlihat dari perubahan preferensi publik untuk menggunakan moda angkutan massal ini.
Bus dan kereta api menjadi dua moda transportasi umum yang paling tinggi peminat. Berdasarkan pemantauan Kementerian Perhubungan, pada liburan Natal dan Tahun Baru 2019/2020, jumlah penumpang bus mencapai 2,1 juta orang.
Angka ini menurun sebesar 60 persen pada periode 2020/2021 menjadi 853,1 ribu orang. Di periode 2021/2022, angkanya naik menjadi 1,1 juta. Tahun ini, penumpang bus diprediksi menjadi 5,3 juta atau dua kali lipat dari masa sebelum pandemi.
Tren yang serupa juga nampak pada penumpang kereta api. Pada periode liburan 2019/2020, hasil pemantauan mencatat penumpang kereta api berjumlah 3,5 juta orang.
Di akhir tahun 2020 menjelang 2021, jumlahnya susut menjadi 565,4 ribu orang atau turun 84 persen. Penumpang kereta api kembali naik di masa liburan 2021/2022 menjadi 942 ribu orang. Prediksi tahun ini, penumpang kereta api antar kota akan mencapai 5,9 juta orang.
Pemulihan arus perjalanan dengan transportasi umum juga kentara pada masa Lebaran 2022. Peningkatan pengguna bus tercatat 159 persen dibandingkan dari periode Natal dan Tahun Baru 2021/2022 dan pengguna kereta api naik 119 persen. .
Bila dilihat dari data di atas, jumlah penumpang bus di masa pandemi lebih banyak daripada penumpang kereta api. Hal ini tak bisa dilepaskan dari penerapan kebijakan pembatasan perjalanan yang lebih ketat terhadap calon penumpang kereta api dibandingkan bus.
Skrining calon penumpang kereta api dilakukan dengan kewajiban menunjukkan hasil tes PCR atau antigen. Tanpa syarat tersebut, penumpang tidak dapat naik kereta. PT Kereta Api Indonesia (KAI) pun secara berkala memperbaharui syarat perjalanan sesuai dengan tingkat penularan Covid-19.
Moda transportasi umum tetap menjadi pilihan masyarakat dalam merayakan liburan Natal dan menjelang akhir tahun ini
Misalnya saja kewajiban menunjukkan sertifikat vaksin atau keterangan dokter untuk memastikan kesehatan tiap calon penumpang. Kini, syarat vaksin dosis penguat (ketiga) menjadi wajib bagi penumpang kereta api dengan pengecualian pada sejumlah penumpang khusus.
Di sisi lain, syarat perjalanan menggunakan bus relatif lebih longgar. Tidak adanya sistem kontrol yang ketat dan terpusat dalam proses boarding angkutan bus membuat pengawasan tidak dapat dimonitor dengan baik.. Kelonggaran pengawasan ini menjadi celah bagi calon penumpang untuk tetap melakukan perjalanan lintas daerah meski memiliki risiko tinggi membawa virus Covid-19 (Kompas, 18/7/2021).
Baca juga : Puncak Mobilitas Natal dan Tahun Baru, Penumpang Merak-Bakauheni Meningkat
Unggul
Kereta api dan bus menawarkan keunggulan masing-masing. Keduanya menjadi pilihan murah untuk para pelaku perjalanan solo maupun berkelompok. Di liburan Natal 2022 dan Tahun Baru 2023 ini, PT KAI dan penyedia jasa bus perlu menonjolkan keunggulan masing-masing untuk berebut animo publik.
Bagaimanapun, engelolaan penumpang kereta api di masa pandemi patut mendapatkan apresiasi. Pengawasan yang ketat pada calon penumpang, membuat kereta api menjadi moda transportasi umum yang dapat diandalkan di masa pandemi Covid-19. Kini, PT KAI perlu merespon animo publik yang kembali tinggi di tengah status pandemi yang mulai melandai.
Kereta api memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan moda transportasi darat lainnya. Di bawah kepemimpinan Ignasius Jonan (2009-2014), perkeretaapian Indonesia mulai menjadi moda transportasi dengan keunggulan ketepatan waktu dan kecepatan durasi perjalanan.
Berdasarkan survei kepuasan pelanggan yang dilakukan terhadap PT KAI pada tahun 2020, aspek ketepatan waktu mendapatkan skor Indeks Kepuasan Pelanggan paling tinggi dibandingkan dengan seluruh aspek yang dinilai.
Selain masalah waktu, PT KAI mulai meningkatkan kenyamanan bagi calon penumpang. Arsip Kompas mencatat pada tahun 2018 PT KAI meluncurkan kereta sleeper kelas luxury dan pada pertengahan 2019 meresmikan kereta sleeper luxury 2. Kedua kelas kereta ini menawarkan fasilitas dan pelayanan yang super mewah.
Keunggulan utama kereta luxury adalah bangku yang dapat direbahkan hingga 170 derajat pada luxury 1 dan 140 derajat pada luxury 2. Kemudian, para calon penumpang dapat menikmati berbagai fasilitas mulai dari LCD 12 inci, headset, lampu baca LED, selimut, sandaran kaki elektrik, hingga makanan dan minuman. Harga tiket kereta luxury dibanderol mulai dari Rp 850.000 hingga Rp 1 juta.
Bahkan, di liburan Natal dan Tahun Baru kali ini, PT KAI meluncurkan gerbong kereta mewah yang bernama KA Panoramic yang merupakan kereta pertama di Indonesia yang memiliki spesifikasi khusus agar penumpang bisa menikmati panorama.
Kereta Panoramic ini berada pada rangkaian perjalanan KA Taksaka, yakni rute Gambir-Yogyakarta. Inovasi PT KAI ini menjanjikan sensasi luar biasa bagi penumpang untuk bisa menikmati pemandangan di sepanjang perjalanan.
Harga tiket kereta khusus ini tidak jauh berbeda dengan kereta luxury. Namun, di liburan akhir tahun ini PT KAI menawarkan promo tiket yang dijual di harga mulai dari Rp 750.000.
Sementara itu, di industri transportasi bus antar kota antar provinsi (AKAP) juga tak mau kalah. Belakangan ini, sejumlah perusahaan otobus menghadirkan sleeper bus dalam jajaran armada mereka. Sebagaimana diberitakan Kompas (19/12/2022), sleeper bus adalah bus dengan kabin yang berisikan kasur di setiap baris dan juga memiliki dua tingkat/double decker.
Selain kenyamanan tempat duduk, para penumpang bus mewah ini juga dimanjakan dengan berbagai fasilitas, seperti TV, LCD, selimut, sandal, loker sepatu, makanan berat, makanan ringan, dan air mineral. Tiket bus mewah ini lebih murah dibandingkan kereta api luxury, yaitu berkisar antara Rp 450.000 hingga Rp 700.000.
Berbagai inovasi tersebut tentunya akan semakin menarik minat publik. Tidak hanya masyarakat yang sudah menggemari transportasi umum, namun juga mereka yang masih mengutamakan moda transportasi pribadi sebagai tumpuan mobilitas.
Tentu saja, tidak hanya inovasi, penyedia jasa transportasi juga tetap perlu menonjolkan jaminan keamanan dan kenyamanan penumpang. Dengan begitu, transportasi publik akan tetap menjadi pilihan. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga : Banyak Warga Liburan ke Luar Negeri, Penumpang Bandara Juanda Melonjak 15 Persen