Analisis "Litbang Kompas" : Merunut Ketahanan Elektabilitas Partai Gerindra
Partai Gerindra membutuhkan narasi penguat bagi pemilihnya maupun simpatisan Prabowo Subianto. Tanpa narasi penguat yang masuk akal bagi pemilih Gerindra, sulit mempertahankan elektabilitas partai di Pemilu 2024.
Oleh
M Toto Suryaningtyas
·5 menit baca
ALIF ICHWAN
Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto saat meninggalkan podium usai menyampaikan pengarahan dalam peringatan HUT ke-12 Partai Gerindra di kantor DPP Partai Gerindra, Jakarta Selatan, Kamis (6/2/2020).
Bertanding di dua pemilu sebagai partai pengusung capres Prabowo Subianto, konsistensi Partai Gerindra diganjar pemilihnya dengan loyalitas dan kenaikan elektabilitas partai. Pemilu 2024 akan menjadi batu ujian berikutnya bagi kemampuan partai ini mempertahankan peringkat dan capaiannya.
Hasil survei berkala nasional Litbang Kompas menunjukkan, sejak Januari 2015 elektabilitas Partai Gerindra menunjukkan posisi yang konsisten menjadi runner up berada di bawah elektabilitas PDIP, pemenang dua pemilu terakhir. Pada bulan Januari 2015, elektabilitas Gerindra tercatat sekitar 12 persen, kemudian pada Oktober 2019 sebesar 14 persen, dan di survei terakhir Oktober 2022 berada di kisaran angka 16 persen.
Dibandingkan partai-partai papan atas, kecenderungan elektabilitas Gerindra terhitung paling stabil berada di rentang 12-16 persen suara responden dengan tren kenaikan (slope) yang landai.
Kondisi ini lebih baik dibandingkan elektabilitas PDIP yang cenderung lebih dinamis dengan slope menurun, dan pada survei terakhir sudah berada di rentang irisan dua margin of error dengan Gerindra.
Pemilu 2024 akan menjadi batu ujian Partai Gerindra untuk bisa mempertahankan peringkat dan capaiannya.
Namun, elektabilitas Gerindra kini juga dibayang-bayangi secara ketat oleh kenaikan elektabilitas Partai Demokrat yang dalam setahun belakangan mengalami kenaikan elektabilitas cukup terjal dan kini sudah masuk dalam jajaran partai papan atas (partai dengan elektabilitas di atas 10 persen).
Sulit dimungkiri jika grafik tren PDIP, Gerindra, dan Demokrat terus berjalan seperti saat ini. Maka dalam waktu ke depan, elektabilitas akan cenderung semakin berimpitan yang akan sangat memengaruhi konstelasi politik menghadapi kontestasi Pemilu 2024.
Selain survei nasional, Litbang Kompas juga melaksanakan survei khusus di Provinsi Banten (Juni 2022), Jawa Barat (Juni 2022) dan Jawa Timur (Januari 2022). Dari hasil ketiga survei khusus tersebut memperlihatkan, Partai Gerindra menempati peringkat kedua di Banten dengan elektabilitas 19,8 persen, peringkat dua di Jawa Barat dengan elektabilitas 17,0 persen, dan peringkat ketiga di Jawa Timur dengan elektabilitas 8,66 persen.
Dari hasil Pemilu nasional, data KPU memperlihatkan kenaikan elektabilitas Partai Gerindra juga terpantau cukup kokoh. Partai yang didirikan pada Februari 2008 ini langsung meraih 4,46 persen suara pada Pemilu 2009, kemudian naik tinggi mencapai 11,81 persen suara pada Pemilu 2014 dan bertahan di angka 12,57 persen suara pada Pemilu 2019.
Becermin pada angka perolehan suara hasil survei maupun di Pemilu KPU, tercermin ada gejala capaian perolehan suara yang mencapai gejala “batas atas” elektabilitas pada angka sekitar 16 persen suara.
Membandingkan dengan angka presidential treshold yang 20 persen, jumlah angka tersebut memang belum mampu mengusung capres sendiri. Namun sebagai entitas politik, jumlah itu menggambarkan kekuatan politik Gerindra sebagai parpol besar yang berskala nasional.
Data di laman resmi Partai Gerindra, gerindra.id, menunjukkan keanggotaan partai Gerindra yang terus meningkat. Jika pada tahun 2009 anggota terdaftar berjumlah 2.527.118 orang, maka pada tahun 2019 meningkat menjadi 14.274.115 orang.
Di tahun, ini jumlah anggota Partai Gerindra telah mencapai 21.987.873 orang dengan sebagian besar (65 persen) laki-laki dan sebagian kecil (35 persen) perempuan.
KOMPAS/NIKOLAUS HARBOWO
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Penanggung Jawab Musyawarah Nasional Budi Arie Setiadi memberikan keterangan kepada wartawan, di rumah pribadi Prabowo, di Jalan Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (10/11/2022).
Angka tersebut jika dibandingkan dengan data PDPB (Pemutakhiran Data Pemilih Berkelanjutan) KPU, per Semester-I Tahun 2022, yang mencapai 190.022.169 orang, maka pemilih “captive” Gerindra telah mencapai 11,571 persen. Angka ini merupakan “baseline” atau angka dasar yang menjadi modal sosial bagi Gerindra melakukan langkah-langkah politik.
Dengan kondisi persaingan elektabilitas yang semakin ketat antara PDIP, Gerindra, dan Demokrat, bagaimanakah profil pemilih Gerindra hasil survei dan sejauh mana respon mereka terhadap berbagai isu politik termasuk koalisi parpol dan pencapresan Prabowo?
Profil dukungan pemilih yang dicerminkan oleh opini responden ini memperlihatkan selama survei Oktober telah terjadi kenaikan elektabilitas dibandingkan hasil survei sebelumnya.
Hal ini tecermin dari elektabilitas umum Gerindra yang dalam bulan Oktober dipilih oleh 195 responden survei, naik 45 pemilih (responden) dari hasil survei Juni 2022.
Dari segi domisili pemilih versi hasil survei, pemilih Partai Gerindra masih didominasi pemilih yang berdomisili di pulau Jawa (50-an persen) dan Sumatera (20-an persen). Selama tiga periode survei tahun 2022, penambahan responden terpantau cukup signifikan di pulau Jawa sedangkan di gugus pulau lainnya relatif tetap.
Sementara dari segi kelompok usia, penambahan elektabilitas Gerindra terpantau banyak diperoleh dari kelompok usia Y muda dan Y madya.
Ini artinya partai Gerindra cukup menarik bagi pemilih paling dinamis saat ini, yaitu pemilih kelompok usia kerja awal 30-an dan pemilih dengan pengalaman 1-2 kali pemilu. Meski demikian, secara jumlah, generasi X dan Z (pemilh mula) tetap mencakup proporsi yang sedikit lebih tinggi sebagai pemilih Gerindra ketimbang generasi Y.
Dari segi latarbelakang pendidikan, pemilih dengan pendidikan menengah merupakan yang paling bertumbuh memberikan tambahan elektabilitas kepada Gerindra meskipun secara komposisi, jumlah pemilih berlatarbelakang pendidikan rendah tetap tertinggi yaitu mencakup 60-an persen proporsi pemilih.
Gerindra juga cenderung lebih didukung oleh pemilih dari kelompok masyarakat dari kelas sosial ekonomi menengah baik menengah bawah maupun menengah atas.
Khusus hasil survei bulan Oktober terpantau dukungan kelas sosial ekonomi menengah bawah meningkat pesat bagi Gerindra. Ini sesuai gambaran bahwa separuh lebih (53,3 persen) pemilih Gerindra kini ada di perkotaan dan 46,7 persen di perdesaan.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar (kiri) dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kanan) hadir dalam PKB Road to Election yang digelar di Tennis Indoor, Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (30/10/2022). Dalam acara itu, PKB mengumumkan Lima Program Rakyat 2024 yang dihasilkan setelah melaksanakan konsolidasi nasional selama tiga hari di Jakarta. Selain Muhaimin, Prabowo Subianto memberikan pidato politiknya dalam acara ini.
Dari segi loyalitas, pemilih Gerindra termasuk dalam kategori cukup loyal dengan 60,7 persen pemilih Gerindra pada 2019 menyatakan akan kembali memilih partai ini. Tingkat loyalitas ini sedikit di bawah loyalitas pemilih PDIP ( 65,3 persen) dan Demokrat (64,3 persen), namun sedikit di atas loyalitas Golkar (56,6 persen).
Dalam hal loyalitas terhadap pencalonan capres, terlihat bahwa hanya sepertiga (33 persen) pemilih Gerindra yang akan setia memilih Gerindra jika partai ini mencalonkan calon yang tidak disukai pemilih, Prabowo.
Hal ini dikuatkan loyalitas memilih capres yang dicalonkan partai, terpantau angka 48,1 persen responden pemilih Gerindra (pada 2024) akan memilih Prabowo. Angka tersebut cukup tinggi dibandingkan dengan pilihan pemilih PDIP terhadap Ganjar Pranowo (45,1 persen) namun dibawah pilihan pemilih PKS terhadap Anies Baswedan (54,7 persen).
Partai Gerindra dan PKB mengumumkan pembentukan koalisi di Bogor, Jawa Barat, Sabtu (13/8). Dalam deklarasi, Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar menandatangani piagam kerja sama yang berisi lima poin kesepakatan. Salah satunya kesepakatan untuk bersama-sama mengusung capres-cawapres.
Sekalipun telah bersepakat untuk bersama-sama memenangi Pilpres 2024, koalisi ini belum menetapkan siapa sosok capres-cawapres yang akan diusung.
Prabowo telah bersedia kembali diusung menjadi capres, sementara Muhaimin juga mendapatkan mandat untuk menjadi capres PKB berdasarkan hasil Muktamar PKB 2019.
Koalisi Gerindra dan PKB sebenarnya sudah memenuhi ambang batas mengusung capres-cawapres. Keduanya menguasai 136 kursi DPR atau 23 persen dari total kursi DPR.
Berkaca pada profil elektabilitas pemilih Gerindra sepanjang 2022 hasil survei nasional Kompas, tecermin bahwa pemilih Gerindra menempati level menengah, loyal, solid secara demografi tapi bukan yang tertinggi dalam pengukuran.
Gerindra akan banyak membutuhkan narasi penguat ikatan soliditas kepartaian di tengah posisi politik Ketum Prabowo Subianto yang saat ini juga merangkap sebagai Menteri Pertahanan di kabinet.
Demikian juga komposisi capres-cawapres jika Prabowo berpasangan dengan Muhaimin Iskandar ataupun pasangan dari PDIP (Ganjar Pranowo?), akan membutuhkan narasi penguat bagi pemilih Gerindra maupun simpatisan Prabowo Subianto. Tanpa narasi penguat yang masuk akal bagi pemilih Gerindra, sulit mempertahankan elektabilitas partai di Pemilu 2024. (LITBANG KOMPAS).