Prediksi Kroasia Vs Maroko, Pertarungan Lini Tengah dan Sayap demi Juara Ketiga
Kroasia dan Maroko bermain imbang di pertandingan pertama fase grup Piala Dunia 2022. Di laga berikutnya malam ini, hanya ada satu pemenang meskipun lewat babak adu penalti.
Kroasia dan Maroko kini bertemu di laga perebutan juara ketiga Piala Dunia 2022. Laga pelipur lara semifinalis ini akan dapat menghadirkan tontonan yang seru atau bisa juga membosankan sepanjang 90 menit pertandingan. Salah satu alasannya karena barisan pemain belakang kedua tim memiliki banyak celah kelemahan sehingga kalah di babak semifinal lalu.
Keberuntungan tidak datang hingga ketiga kalinya bagi Kroasia. Setelah dua kali lolos melalui adu penalti di pertandingan 16 besar dan delapan besar, tim besutan Zlatko Dalic kalah telak 0-3 dari Argentina di semifinal. Kekalahan telak itu bukan hanya karena Argentina bermain begitu baik, melainkan Kroasia tampaknya juga sedang tampil di bawah performa.
Sejak awal fase grup, Kroasia tidak pernah lepas dari formasi 4-3-3 dengan kekuatan terbesar di lini tengah yang diisi oleh Luka Modric, Brozovic, dan Kovacic. Ketiganya mampu menghadirkan keseimbangan yang solid antara bertahan dan menyerang. Di lini belakang, Gvardiol yang baru berusia 20 tahun tampil ekstra disiplin dalam menjaga penyerang lawan.
Dengan formasi 4-3-3, variasi serangan Kroasia selalu datang dari lini sayap yang berani masuk ke area kotak penalti. Begitu juga tendangan keras dari lini kedua yang diisi oleh Modric dan Kovacic yang cukup akurat. Sementara itu, penyerang murni seperti Kramaric dan Livaja cukup tajam saat menerima umpan silang dari lini sayap atau memanfaatkan peluang di mulut gawang.
Saat bertahan, formasi Kroasia cenderung tidak berubah. Namun, ketika menghadapi lawan yang agresif saat menyerang, formasi berubah menjadi 5-4-1 dengan Brozovic yang turun sejajar dengan dua bek tengah. Strategi ini terbukti ampuh ketika menghadapi Belgia dan Brasil yang terus membombardir pertahanan Kroasia.
Sayangnya, pada laga semifinal lalu para pemain Kroasia gagal mengantisipasi kelincahan pemain Argentina. Pemain sayap tengah dan depan Argentina mampu menarik pemain tengah dan belakang Kroasia untuk bermain melebar. Hasilnya, celah di lini tengah dimanfaatkan dengan mengandalkan umpan terobosan dan kecepatan para penyerang Argentina.
Baca juga: Prediksi Argentina Vs Kroasia, Memori Piala Dunia 2018 Menghantui Argentina
Dua gol awal Argentina di babak pertama, penalti Lionel Messi dan aksi ciamik dari Alvares, tercipta akibat celah tersebut. Di babak kedua, keteledoran itu berhasil diperbaiki. Namun, aksi gocekan Lionel Messi seakan menghipnotis para pemain belakang Kroasia hingga akhirnya umpan pendek darinya mampu dikonversi Alvares untuk mencetak gol keduanya malam itu.
Tampaknya sejak dua gol di babak pertama, para pemain Kroasia terlihat relatif kacau. Kesalahan koordinasi dan kurangnya komunikasi sering dilakukan para pemain Kroasia sehingga upaya membangun serangan ke lini depan sering kali terpotong pemain Argentina. Hal ini berbeda ketika 30 menit babak pertama saat kondisi masih imbang tanpa gol ketika pemain Kroasia masih disiplin berada di posnya masing-masing.
Permasalahan lain yang turut melemahkan Kroasia adalah ”ketergantungan” tinggi pada Luka Modric yang menjadi pusat permainan tim berjuluk ”Vatreni” itu. Pemain Kroasia lainnya tidak perlu selalu bergantung pada peran Modric karena faktor stamina dirinya yang mulai menurun di usia 37 tahun. Kreativitas lini tengah dan depan sangat diperlukan untuk menciptakan peluang dari variasi serangan sayap dan tengah.
Taktik Maroko
Tim Maroko menerapkan strategi dan taktik yang unik dalam menghadapi sejumlah lawan dari belahan Benua Eropa selama Piala Dunia 2022. Pelatih Walid Regragui pantas diapresiasi dalam meracik tim dan memanfaatkan skuadnya secara optimal. Dengan formasi 4-1-4-1 atau 5-4-1, Maroko menjadi tim yang begitu mengancam pertahanan lawan dengan serangan balik yang menghujam cepat.
Formasi 5-4-1 digunakan Maroko ketika menahan Spanyol di babak perpanjangan waktu dan Portugal di menit ke-65 saat sudah unggul 1-0. Pertahanan solid menjadi identitas ”Singa Atlas” karena hanya kebobolan sekali hingga semifinal. Rekor itu pun akhirnya pecah saat bertemu Perancis yang mampu membongkar benteng kuat yang dipimpin Romain Saiss.
Pemain berusia 32 tahun yang bermain di klub Besiktas tersebut memang menjadi kunci pertahanan Maroko. Masalah cedera paha yang melandanya ketika bermain melawan Portugal menjadi malapetaka bagi Maroko di babak semifinal dan dapat berlanjut di laga perebutan juara tiga malam ini. Namun, Maroko masih dapat berharap banyak pada lapisan pertahanan terakhir yang dijaga oleh kiper Yassine Bounou yang tampil gemilang selama Piala Dunia 2022.
Selain mengandalkan lapis terakhir itu, taktik pertahanan Maroko sebenarnya sudah disusun sejak awal formasi barisan kesebelasan. Jadi, seandainya Romain Saiss yang menjadi kekuatan penting penjaga benteng pertahanan absen karena cedera, pertahanan Maroko tetap kuat. Mekanisme pertahanan Maroko menggunakan tiga lapis penjagaan.
Mulai dari lini penyerang, kemudian dilanjutkan di barisan pemain gelandang yang turun ke bagian sepertiga lapangan, dan terakhir adalah barisan bek di area kotak penalti. Uniknya, selama Piala Dunia 2022, ternyata Maroko lebih sukses menggagalkan serangan lawan ketika berada di lapis dua pertahanan yang diisi barisan para pemain gelandang.
Faktor suksesnya pertahanan Maroko di lapis dua itu salah satunya karena andil Sofyan Amrabat, pemain gelandang bertahan yang memiliki kemampuan dalam mengacaukan progresi bola lawan. Di pertandingan melawan Belgia, Spanyol, dan Portugal, peran Amrabat begitu penting untuk menghambat serangan cepat lawan dari lini tengah hingga sayap. Sayangnya, ketika melawan Perancis, Amrabat kerap terlihat di luar posisi (out of position) dengan maju ikut menyerang dan meninggalkan posnya.
Baca juga: Prediksi Perancis Vs Maroko, Mental Juara Vs Semangat Juang
Hal lain yang turut memperkuat Maroko dalam sejumlah kemenangan laga pertandingan sebelumnya adalah taktik penyerangan. Kemampuan Hakim Ziyech, Sofiane Boufal, dan Azzedine Ounahi yang memilki kemampuan individu ketika berada pada situasi satu lawan satu dengan lawan membuat posisi ketiga pemain ini menjadi sangat spesial bagi Maroko. Skema penyerangan agak berbeda ketika Maroko dalam kondisi skor tertinggal. Pemain bek sayap seperti Hakimi dan Mazraoui akan membantu penyerangan hingga ke depan sehingga Ziyech dan Boufal punya keleluasaan mencari posisi di bagian dekat area kotak penalti.
Di pertandingan semifinal, baik Kroasia maupun Maroko kebobolan lebih dulu di babak pertama yang terbilang cukup awal. Situasi ini mengubah skema permainan mereka untuk lebih berani tampil menyerang. Imbasnya, kedua tim itu tidak menerapkan strategi bertahan drop back (pemain penyerang turun hingga ke seperempat lini bertahan) dan swarm the box (pemain bertahan memenuhi area kotak penalti). Akibatnya, Kroasia dan Maroko harus menelan kekalahan dengan kebobolan lebih dari satu gol di semifinal.
Pertandingan malam ini pun menjadi laga ulang pertandingan pertama keduanya di Piala Dunia 2022 yang berakhir imbang tanpa gol. Selama di fase grup, Kroasia mencatatkan kemenangan sekali dan seri dua kali. Adapun Maroko memiliki hasil yang lebih baik dengan catatan dua kali kemenangan dan satu kali seri. Menariknya, kedua tim hanya kebobolan satu gol dalam tiga pertandingan di babak penyisihan grup.
Dengan begitu, persentase kemenangan Maroko (77,8 persen) lebih unggul sedikit dibandingkan Kroasia (55,6 persen). Namun, jika kemenangan dan kekalahan pertandingan selama kepesertaan di Piala Dunia ditambahkan sebagai bobot penghitungan, probabilitas kemenangan untuk Kroasia naik sedikit menjadi 41 persen dan 30,4 persen untuk Maroko.
Sebagai catatan, Kroasia sudah melakoni 23 pertandingan (pertama kali di Piala Dunia 2018) dengan hasil 10 kali kemenangan. Sementara Maroko sudah menjalani 21 pertandingan (pertama kali di Piala Dunia 1970) dengan total enam kali kemenangan.
Menggunakan dasar penghitungan tersebut, jika perbandingan itu dikalikan dengan rasio gol masing-masing sepanjang ajang Piala Dunia, kemungkinan skor yang tercipta adalah 1,61 untuk Kroasia dan 0,89 untuk Maroko. Hal ini menunjukkan kemungkinan Kroasia untuk memenangi pertandingan sedikit lebih besar daripada Maroko. Namun, tidak tertutup kemungkinan, pertandingan ini akan berjalan imbang selama 90 menit, bahkan berakhir melalui babak adu penalti.
Baca juga: Ujian Benteng Kokoh Maroko
Prediksi hasil imbang tersebut cukup masuk akal karena kedua tim memiliki taktik yang mirip ketika menguasai bola dan terutama dalam menerapkan skema bertahan. Tipikal keduanya hanya berbeda saat menyerang. Kroasia lebih dominan menyerang di sisi tengah dengan variasi melebar, sedangkan Maroko cenderung mengandalkan sisi penyerang sayap lalu menerobos ke area depan mulut gawang.
Laga malam nanti berpotensi membosankan jika keduanya bermain hati-hati untuk menunggu momentum serangan balik. Pertandingan akan menjadi sangat menarik apabila keduanya memilih untuk tampil habis-habisan di pertandingan terakhir mereka di Piala Dunia 2022. Strategi bertahan akan cenderung ditinggalkan dan serangan akan bergantian dari kedua sisi.
Jika menang di pertandingan malam ini, Kroasia akan meneruskan capaian apik mereka di Piala Dunia setelah edisi sebelumnya bisa melangkah sampai ke final. Bagi Maroko, menang atau kalah, telah menjadi juara di hati para penggemarnya karena mampu menjadi perwakilan Afrika sampai sejauh ini dan mencetak sejarah baru. Maka itu, baik Kroasia maupun Maroko dapat tampil tanpa beban malam ini adalah sesuatu yang paling dinanti. Para penonton akan disajikan laga yang seru dan atraktif sebagai laga pamungkas mereka di ajang Piala Dunia 2022. (LITBANG KOMPAS)