Tutup Peluang Lonjakan Kasus Covid-19 Pasca-liburan
Liburan Natal 2022 dan Tahun Baru 2023 sudah semakin dekat. Mobilitas masyarakat akan lebih tinggi. Kewaspadaan harus tetap tinggi agar tidak terjadi lonjakan kasus positif pasca-liburan Natal dan Tahun Baru.

Kekhawatiran akan terjadinya gelombang keempat Covid-19 pada akhir tahun perlahan pupus. Namun, hal itu tidak menjadi alasan untuk melonggarkan protokol kesehatan. Pasalnya, selalu terjadi kenaikan kasus positif setelah masa liburan. Tak lama lagi kita akan menyongsong liburan Natal 2022 dan Tahun Baru 2023.
Sejak pertengahan Oktober hingga pertengahan November 2022, terjadi peningkatan kasus positif baru di Indonesia akibat subvarian baru Omicron.
Pada rentang masa tersebut, puncak kasus tertinggi terjadi pada 16 November 2022 dengan jumlah kasus positif mencapai 8.486 kasus per hari. Setelah itu, kasus kembali melandai menjadi sekitar 2.000 kasus per hari dalam minggu ini.
Selama Oktober hingga November itu pula, Indeks Pengendalian Covid-19 atau IPC yang diukur Kompas menunjukkan adanya penurunan skor.
Selalu terjadi kenaikan kasus positif setelah masa liburan. Tak lama lagi kita akan menyongsong liburan Natal 2022 dan Tahun Baru 2023.
Skor IPC menunjukkan kinerja pemerintah daerah dalam mencegah masyarakat terpapar virus (manajemen infeksi) dan mengendalikan tingkat keparahan atau fatalitas kasus (manajemen pengobatan).
Penurunan itu bergerak dari skor 84 pada minggu kedua Oktober hingga mencapai titik terendah di angka 78 pada tanggal 7 November 2022. Skor ini bertahan selama tiga minggu berturut-turut hingga 21 November 2022.
Setelah itu, skor perlahan kembali naik selama tiga minggu berturut-turut hingga ke angka 83 per minggu ini (12 Desember 2022). Dengan demikian, kekhawatiran akan terjadi kenaikan kasus secara terus-menerus sampai akhir tahun hingga membentuk gelombang keempat tidak terbukti.
Sebagai perbandingan, puncak gelombang kedua akibat varian Delta menyentuh angka 56.000-an kasus per hari. Sementara puncak gelombang ketiga akibat varian Omicron mencapai angka 64.000-an kasus per hari. Angka di bawah 10.000 kasus per hari tentu belum bisa dikatakan mencapai puncak.

Seorang warga lansia menerima suntikan vaksin Covid-19 penguat kedua saat diadakan vaksinasi penguat untuk purnakarya Kompas Gramedia dan warga lansia di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta, Rabu (14/12/2022). Pemerintah terus menggalakkan cakupan vaksinasi penguat kedua untuk warga lansia karena kelompok ini rentan terkena penularan Covid-19. Data Kementerian Kesehatan pada periode 1 Oktober-12 November 2022 menunjukkan angka kasus kematian Covid-19 tertinggi terjadi pada kelompok usia 60 tahun ke atas.
Hal ini bukti bahwa masyarakat masih waspada dan tetap membentengi diri dengan melakukan pencegahan primer, antara lain dengan taat protokol kesehatan, dan pencegahan sekunder dengan meningkatkan vaksinasi.
Dalam rentang satu bulan hingga 12 Desember 2022, jumlah penerima vaksin kedua bertambah sekitar 2,5 juta dosis, yakni dari sekitar 172 juta dosis menjadi 174,5 juta dosis.
Begitu juga dengan jumlah penerima vaksin penguat (booster) yang bertambah dari 65,5 juta dosis menjadi 67,75 juta dosis. Terjadi penambahan sekitar 2,25 juta dosis.
Terdapat tiga provinsi dengan penerima vaksin dosis pertama telah mencapai lebih dari 100 persen, yakni DKI Jakarta, Bali, dan DI Yogyakarta. Sementara provinsi dengan penerima vaksin dosis kedua mencapai lebih dari 100 persen baru DKI Jakarta.

Tanda jarak tempat duduk pada pelaksanaan Misa Malam Natal di Gereja Katedral Santa Perawan Maria, Bogor, Jawa Barat, Kamis (24/12/2020).
Meskipun istimewa dalam pencapaian program vaksinasi, DKI Jakarta merupakan salah satu episentrum pandemi ketika terjadi kenaikan kasus. Tak terkecuali pada periode yang berpotensi menjadi gelombang keempat beberapa waktu terakhir ini.
Skor IPC DKI Jakarta dalam periode Oktober-November 2022 turun drastis dari angka 90 ke angka 73 (per 21 November 2022). Saat itu, skor DKI Jakarta bahkan lebih rendah dibandingkan skor nasional di angka 78.
Jakarta terlihat lambat dalam pemulihan pandemi. Per 12 Desember 2022, skor IPC Jakarta baru di angka 85 atau hanya sedikit di atas skor nasional di angka 83. Akan tetapi, angka itu masih berada di bawah skor IPC Kepulauan Riau yang mencapai angka tertinggi, yaitu 91, serta beberapa provinsi lain yang mencatatkan skor lebih tinggi.
Baca juga : Mewaspadai Gelombang Pandemi di Pengujung Tahun
Bali dan NTB
Kekhawatiran akan terjadinya gelombang keempat Covid-19 di bulan-bulan terakhir 2022 salah satunya dipicu oleh potensi penularan virus karena dibawa oleh pelaku perjalanan luar negeri. Hal itu karena setiap kasus varian baru yang muncul di Indonesia merupakan kasus impor, bukan karena virus bermutasi di dalam negeri.
Sumber pernularan virus bisa berasal dari pelaku perjalanan luar negeri yang datang ke perhelatan besar yang diselenggarakan di Indonesia. Pada November lalu, terdapat dua kegiatan internasional yang dihelat di Bali dan Nusa Tenggara Barat.
Kegiatan tersebut adalah pertemuan puncak para pemimpin negara kelompok 20 (G20) di Bali, dengan Indonesia sebagai pemegang presidenasi G20 tahun ini, dan ajang balap World Superbike 2022 Mandalika di NTB. Kedatangan peserta kedua kegiatan tersebuut dalam jumlah besar tentu membawa kekhawatiran akan terjadinya penularan virus pasca-kegiatan berakhir.
Namun, hal tersebut tidak terbukti. Tidak terjadi penurunan skor IPC di kedua provinsi tersebut. Skor IPC Bali selama bulan November bahkan meningkat secara perlahan, dari 78 per 7 November 2022 menjadi 82 pada 28 November 2022. Skor terakhir per 12 Desember 2022 bahkan mencapai angka 89.

Pola yang agak berbeda terjadi dengan skor IPC NTB. Tidak terjadi penurunan skor selama November. Hanya, terjadi stagnansi. Skor IPC NTB pada minggu pertama November berada di angka 75. Minggu selanjutnya, skor naik ke angka78, tetapi bertahan hingga minggu keempat November. Baru pada minggu pertama Desember skor IPC NTB naik ke angka 80 dan menjadi 89 pada minggu kedua (per 12 Desember 2022).
Hal ini menandakan dua hal. Kedua daerah tersebut berhasil menyelenggarakan acara berskala internasional dengan lancar dan sukses, sekaligus mampu mengendalikan penyebaran virus sehingga setelah acara berlangsung tidak terjadi lonjakan kasus yang signifikan.
Selain Kepulauan Riau, Bali, dan NTB yang mencapai skor IPC tertinggi, terdapat 12 provinsi lain dengan skor IPC yang juga tinggi, yaitu di atas skor nasional 83.
Kekhawatiran akan terjadinya gelombang keempat Covid-19 di bulan-bulan terakhir 2022 salah satunya dipicu oleh potensi penularan virus karena dibawa oleh pelaku perjalanan luar negeri.
Kedua belas daerah itu adalah Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Gorontalo, Maluku, Aceh, Riau, Bengkulu, DKI Jakarta, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, dan Maluku Utara.
Provinsi yang memerlukan perhatian khusus karena skor IPC-nya rendah adalah empat provinsi di Pulau Jawa. Keempatnya adalah Jawa Tengah dan Jawa Timur yang mendapatkan skor masing-masing 75, lalu Jawa Barat dan DI Yogyakarta dengan skor masing-masing 82. Banten mendapat skor 83, sama dengan skor nasional. Sementara Papua Barat dan Papua mendapat skor lebih rendah, yaitu 77 dan 80.
Baca juga : Perlukah Vaksin Covid-19 Dosis Keempat?
Pasca-liburan
Meski skor IPC menunjukkan tren peningkatan, artinya pengendalian pandemi tergolong baik, tidak ada alasan untuk mengabaikan protokol kesehatan.
Bagian yang kritis belum dilalui, yaitu masa liburan Natal dan Tahun Baru, ketika biasanya terjadi peningkatan mobilitas masyarakat. Pola lonjakan kasus positif pasca-liburan berpotensi berulang jika publik abai terhadap protokol kesehatan.
Kesadaran masyarakat untuk menjalankan protokol kesehatan secara ketat harus sudah terinternalisasi dengan baik. Pencegahan primer tetap hal yang utama. Apalagi, pemerintah menyatakan selama liburan Natal 2022 dan Tahun Baru 2023 tidak ada pembatasan mobilitas.

Petugas mengukur tinggi badan pengunjung dalam acara peringatan Hari Kesehatan Nasional Ke-58 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Selasa (29/11/2022).
Potensi pergerakan nasional pada masa Natal dan Tahun Baru 2022/2023 adalah sebesar 22,4 persen dari jumlah penduduk atau sekitar 60,6 juta orang. Pergerakan diperkirakan akan didominasi kendaraan pribadi, yaitu mobil pribadi (27,3 persen) dan sepeda motor (14 persen). Jumlah penumpang angkutan umum semua moda diperkirakan meningkat 80,84 persen menjadi 16,61 juta penumpang.
Pada saat mobilitas tinggi, maka peluang penularan virus juga akan semakin tinggi. Oleh sebab itu, kewaspadaan juga harus tetap tinggi. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga : Perketat Kembali Protokol Kesehatan, Jangan Kendur!