Prediksi Belanda Vs Argentina, Duel Fisik dan Taktik
Argentina bermain dengan memadukan gaya sepak bola Eropa dan Amerika Latin yang lincah. Belanda tampil solid dengan strategi terstruktur dan kokohnya pertahanan.
Kemenangan tipis 2-1 di babak 16 besar melawan Australia mengantar Argentina menjejakkan kaki di perempat final. Kali ini lawan mereka sepadan, yakni Belanda yang tampil meyakinkan selama Piala Dunia Qatar 2022. Berhadapan dengan tim ”De Oranje” yang solid, Lionel Scaloni harus memutar otak meracik strategi tim asuhannya.
Meski diunggulkan sebagai salah satu favorit juara Piala Dunia kali ini, Argentina mengawali perjalanan di babak penyisihan grup dengan kekalahan di pertandingan pertama melawan Arab Saudi. Formasi 4-4-2 yang diterapkan tim ”Tango” rentan terperangkap jebakan offside yang dirancang ”Si Elang Hijau”. Pada dua pertandingan berikutnya, Scaloni kembali menggunakan formasi andalan 4-3-3, bertipe menyerang, yang mengantar Argentina meraih kemenangan.
Formasi serupa juga digunakan ketika melawan Australia di babak 16 besar. Jika diperhatikan, selama Copa America 2021 dan Finalissima 2022 (versus Italia), formasi 4-3-3 dengan variasi 4-2-3-1 saat bertahan menjadi ”setelan pabrik” yang cocok dengan tipikal pemain Argentina. Dalam suatu sesi wawancara, Scaloni pernah mengakui bahwa dirinya memberikan keleluasaan penggawa Argentina ketika meracik serangan, tanpa skema tunggal yang baku.
Model serangan variatif sering terlihat ketika Argentina menyerang. Kombinasi umpan pendek cepat dan umpan terobosan dari lini kedua ke area kotak penalti bergantian dipraktikkan guna menciptakan peluang mencetak gol. Kunci variasi serangan ini tentu saja pada sosok Lionel Messi yang mengandalkan kemampuan menggiring bola, umpan presisi, dan scanning rekan-rekan di area yang jauh sekalipun.
Sebelum sampai ke lini depan, Argentina hampir selalu membangun serangan dari belakang (build up) dengan struktur 4-1. Ketika itu, dua bek tengah turun mendekati kiper Emiliano Martinez, dua bek sayap melebar, dan satu gelandang bertahan (biasanya diisi oleh Leandro Paredes) turun mendekati dua bek tengah untuk menjadi pivot atau penghubung yang mengalirkan bola ke dua pemain tengah lainnya.
Sementara itu, pemain sayap depan akan melebar di lini kedua untuk menciptakan ruang opsi umpan. Penyerang tunggal Lautaro Martinez akan bersiap di posisi antara dua bek tengah lawan. Inilah skema awal ketika Argentina membangun serangan.
Jika lawan menekan (pressing) dengan mencoba merebut bola di area pertahanan Argentina, skema lain diterapkan. Gelandang tengah Rodrigo de Paul akan turun ke area bertahan untuk membentuk double pivot dengan Leandro Paredes dan mempermudah progresi bola ke tengah atau sayap. Ditambah juga, Messi dengan peran free roam (bebas kawalan) sering menjemput bola ke tengah sehingga membuat pivot dengan pemain sayap kanan.
Ketika Messi bergerak menjemput bola, pemain gelandang atau sayap lainnya akan mengisi posisi yang ditinggalkan Messi. Di sinilah tarian tango tercipta dengan kombinasi gocekan dan umpan pendek cepat guna memenangkan duel di lini tengah. Kemudian, pemain bek sayap (full back winger) dan sayap depan (forward winger) akan melakukan cut inside (gerakan menusuk ke area dalam) untuk menciptakan opsi umpan terobosan di area pertahanan lawan.
Dalam membangun serangan dari belakang, peran kiper Martinez sangat penting sebagai outfield extra yang melakukan operan ke pemain bek. Selain itu, kiper Aston Villa ini kerap melakukan umpan lambung terobosan ke pemain depan seperti yang terjadi pada gol kedua melawan Italia di Finalissima 2022. Dengan racikan serangan ini, pemain Argentina menjadikan permainan pressing agresif lawan sebagai umpan pancingan.
Saat kehilangan bola ketika menyerang, pemain depan Argentina tidak ragu untuk melakukan counter press agresif. Jika lawan terbebas dari counter press, dengan cepat formasi berubah ke 4-4-2, 5-4-1 atau 5-3-2 tergantung situasi skema penyerangan lawan. Sementara, Messi hanya akan turun menahan pemain lawan sampai lini tengah, sisanya mengandalkan kemampuan bek Argentina yang secara natural agresif dalam memotong jalur operan bola dari lawan.
Taktik Belanda
Berbeda dengan Argentina yang punya beberapa variasi dalam menyerang, pemain asuhan Pelatih Louis van Gaal lebih mengandalkan skema penyerangan yang konstruktif. Meski cukup banyak dikritik, Van Gaal menerapkan strategi ini secara konsisten dan mampu mengantar Belanda sampai babak delapan besar. Sekilas, permainan skuad De Oranje memang cukup monoton, tetapi efektif dalam mengonversi peluang menjadi gol.
Belanda selalu membangun serangan dari lini pertahanan dengan tiga bek tengah dan satu gelandang sayap (antara Blind atau Dumfries). Opsi operan juga ditambah dengan kehadiran gelandang Frenkie de Jong yang turun sebagai jembatan operan bola ke lini tengah, sayap, atau langsung ke depan. Di saat bersamaan, biasanya pemain gelandang sayap akan maju ke lini tengah untuk memancing pemain bek sayap lawan keluar dari areanya.
Marten de Roon, gelandang tengah yang dalam beberapa laga terakhir menjadi pemain mula, menjadi tandem pas Frenkie de Jong untuk membangun serangan. Jika merujuk pada partai terakhir melawan Amerika Serikat, sisi kanan penyerangan Belanda lebih dominan dengan penampilan apik Denzel Dumfries. Pemain berusia 26 tahun ini kerap melakukan gerakan tanpa bola, memanfaatkan kecepatan untuk mencari ruang serta memancing bek lawan bergerak membuka ruang di area kotak penalti.
Kedua pemain depan andalan Belanda, Memphis Depay dan Cody Gakpo, memiliki karakter bermain yang mirip. Jika yang satu turun ke lini tengah atau mencari ruang untuk dioper, yang lainnya bergerak melebar untuk mencari celah opsi umpan. Keduanya memiliki keunggulan kekuatan fisik dan kecepatan sprint yang merepotkan barisan pemain belakang lawan.
Pembangunan serangan dari lini belakang, lalu ke lini tengah, ikut turunnya pemain depan, dan kombinasi umpan terobosan ke lini sayap menjadi skema serangan yang diterapkan Belanda di Piala Dunia kali ini. Skema ini terbukti dalam sejumlah kesempatan terbukti ampuh memancing pemain lawan ke fase transisi negatif (out of position) kemudian dilanjutkan dengan serangan cepat dari sayap dengan umpan silang atau terobosan ke area kotak penalti lawan.
Mirip dengan Argentina, skema serangan ini memanfaatkan pressing agresif pemain depan dan tengah lawan sebagai pancingan menciptakan ruang kosong antarlini. Sebaliknya, saat kehilangan bola ketika menyerang, pemain Belanda jarang melakukan counter press dan lebih disiplin untuk kembali ke pos masing-masing untuk mengantisipasi pergerakan cepat lawan.
Biasanya, Van Gaal langsung menginstruksikan anak asuhannya untuk membentuk formasi 5-3-2 dengan lima bek turun ke belakang, tiga gelandang bertahan, dua penyerang melakukan pressing di sisi sayap. Dengan skema ini, akses serangan lawan ke sisi sayap coba ditutup dengan cover shadow dari kedua striker Depay dan Gakpo. Di lini tengah dan belakang, Belanda menerapkan dalam pengawalan satu lawan satu (man oriented marking) dan memanfaatkan kelebihan fisik pemainnya.
Opsi lainnya, jika pemain bek sayap (full back winger) lawan keluar dari cover shadow, pemain gelandang sayap Belanda akan melakukan pressing dan berduel mengandalkan kecepatan dan keunggulan fisik. Seperti ketika melawan Amerika Serikat dan Ekuador, skema bertahan ini terbukti ampuh dalam mencegah serangan balik cepat dan menahan aliran bola lawan ke area kotak penalti Belanda. Di sini, Belanda memaksa lawannya untuk lebih sering melakukan tendangan di luar area kotak penalti dengan pemain bek yang menjadi palang pintu ke mulut gawang.
Prediksi taktik
Untuk strategi nanti malam, kemungkinan besar Argentina akan tetap menggunakan formasi 4-3-3 dengan skema menyerang dan bertahan seperti di atas. Sementara Belanda akan tampil disiplin dengan formasi 3-4-1-2 dan pola bertahan serta menyerang yang sama. Keduanya sama-sama mengharapkan celah dari pressing tinggi pemain depan lawan untuk menciptakan ruang di lini lainnya.
Perkaranya, pertandingan nanti kemungkinan besar akan berjalan cukup membosankan karena Belanda bermain bertahan dan Argentina pasti akan berhati-hati ketika menyerang. Pemain bek sayap Argentina, Marcos Acuna dan Nahuel Molina, kemungkinan akan jarang melakukan pergerakan agresif dalam membantu serangan hingga ke lini depan. Selain itu, Scaloni perlu mempertimbangkan menurunkan Lisandro Martinez daripada Nicolas Otamendi di bek tengah untuk mengimbangi kecepatan pemain depan Belanda.
Adapun Belanda perlu bersiaga untuk tidak terpancing pada pergerakan false nine yang diterapkan pemain depan Argentina. Perlu diingat juga bahwa pemain Argentina, seperti Messi, Angel Di Maria, atau Paulo Dybala, memiliki kemampuan tendangan jarak jauh yang akurat dan kerap mengecoh kiper. Memenuhi area kotak penalti (swarm the box) bisa menjadi opsi taktik bertahan Belanda yang perlu dikombinasikan dengan pressing ketat pemain Argentina.
Dalam catatan pertandingan, keduanya sudah pernah bertemu dalam sembilan pertandingan. Empat di antaranya terjadi di ajang Piala Dunia (1974, 1978, 2006, dan 2014). Dari sembilan pertandingan, Belanda menang empat kali, seri sebanyak empat kali, dan Argentina hanya menang sekali.
Dalam dua pertemuan terakhir di Piala Dunia 2006 (babak penyisihan grup) dan Piala Dunia 2014 (babak semifinal), keduanya bermain imbang tanpa gol selama 90 menit. Di Piala Dunia 2014, Argentina akhirnya menang melalui adu penalti dengan skor 4-2. Argentina kemudian kalah 0-1 dari Jerman di laga final dan Belanda meraih juara ketiga dengan melibas Brasil 3-0.
Dari sembilan pertemuan keduanya, Belanda berhasil mencetak 13 gol ke gawang Argentina. Sementara Argentina hanya berhasil memasukkan 6 gol ke gawang Belanda. Maka, dengan merujuk pada sejarah hasil pertemuan kedua tim sebelumnya, Belanda masih dapat diunggulkan untuk menang dari Argentina di pertandingan malam ini.
Jika melihat hasil akhir pertandingan (dari sembilan pertemuan) kedua tim, probabilitas kemenangan untuk Belanda di pertandingan nanti sebesar 38,6 persen dan 24,6 persen untuk Argentina. Menggunakan dasar penghitungan ini, jika perbandingan tersebut dikalikan dengan rasio gol masing-masing, kemungkinan skor yang tercipta adalah 2,27 untuk Belanda, sedangkan Argentina hanya 0,42.
Baca juga: Statistik Tim Argentina di Pesta Bola Qatar
Namun, jika hanya merujuk pada empat pertandingan sebelumnya di Piala Dunia 2022, keduanya akan berbagi hasil seri selama 90 menit dengan jumlah maksimal dua gol tiap tim. Bahkan, tidak menutup kemungkinan pertandingan Belanda vs Argentina akan berlangsung hingga babak adu penalti. Jika sudah memasuki babak adu penalti, mentalitas dan kematangan individu menjadi kunci kemenangan.
Bagaimanapun, baik Belanda maupun Argentina membawa ambisi masing-masing di pertandingan malam ini. Belanda memiliki ambisi untuk menjuarai Piala Dunia untuk pertama kalinya setelah beberapa kali kandas di babak semifinal dan final. Sementara itu, Argentina turut menopang ambisi ”La Pulga” untuk mengangkat trofi Piala Dunia di sepanjang karier sepak bolanya yang gemilang. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga Kompaspedia: Piala Dunia dari Masa ke Masa