Saat pandemi menyergap, ikatan sosial masyarakat makin menguat. Namun, kini pandemi cenderung redup, justru kohesivitas sosial publik melonggar.
Oleh
Bestian Nainggolan
·5 menit baca
Masih seperti pada tahun sebelumnya, relasi tiga determinan, yaitu aspek kesehatan, ekonomi, dan sosial politik, masih saling bertaut dan membentuk wajah negeri dalam mengejar kesejahteraan pada tahun mendatang. Sekalipun demikian, berbagai muatan yang mengiring dinamika problem kesehatan, ekonomi, dan kondisi sosial politik yang terjadi kali ini jelas berbeda, dan makin kompleks, sejalan dengan makin peliknya problem dan tantangan yang dihadapi setahun terakhir.
Perbedaan dan kompleksitas kondisi yang dihadapi inilah pada gilirannya menentukan corak relasi antara negara, masyarakat, dan dunia usaha yang terbangun. Setiap kebijakan dan kinerja pemerintah dalam merespons persoalan yang terjadi, misalnya, akan selalu dihadapkan dengan reaksi dan aksi yang tidak selalu sama dan sebangun. Begitu pun pada tahun 2023 mendatang, kompleksitas persoalan, kebijakan yang dilakukan, dan reaksi ataupun aksi yang dihadapi masih akan menguras segenap energi setiap elemen bangsa ini.
Becermin pada tahun 2022, sejatinya, pergulatan bangsa dalam mengejar kesejahteraan masyarakat menjadi lebih bergairah ketimbang tahun sebelumnya. Dari sisi kesehatan, pandemi Covid-19 yang beberapa tahun menjadi kendala terbesar dalam beraktivitas mulai terkendali. Setelah lebih dari 6,6 juta penduduk terjangkiti Covid-19 dan memakan korban jiwa lebih dari 159.000 warga, pandemi meredup.
Dalam waktu hampir tiga tahun, sepanjang pandemi Covid-19, masyarakat bergelut dengan berbagai tekanan kesehatan. Berbagai upaya dalam mencegah dan mengatasi ancaman Covid-19 telah banyak dilakukan pemerintah. Sejauh ini, hasilnya pun terbilang memuaskan. Dibandingkan dengan tahun 2021, saat ini terjadi penurunan kasus infeksi dan kematian yang signifikan di seluruh wilayah negeri ini.
Memang, belakangan kemunculan beragam varian baru kembali terdeteksi. Data Indeks Penanggulangan Covid-19 Kompas, misalnya, belakangan menunjukkan peningkatan kasus yang cukup signifikan. Kendati demikian, sepanjang pencermatan menunjukkan kendali pemerintah terhadap ancaman Covid-19 tetap kokoh. Becermin pada kondisi yang dialami sepanjang tahun 2022, dapat diprediksikan tahun 2023 kendali terhadap Covid-19 tetap kokoh. Bukan persoalan berlebihan jika ujung pandemi dikatakan sudah makin dekat.
Dinamika
Sepanjang tahun ini, kehidupan normal yang merenggangkan berbagai restriksi fisik mulai dirasakan. Perekonomian seharusnya menjadi lebih bergairah. Akan tetapi, apa yang dihadapi kemudian, nyatanya tidak semua memuluskan langkah negeri dalam menggapai harapan kesejahteraan. Pandemi Covid-19 memang mulai luruh, hanya saja tekanan eksternal lain yang muncul secara mengejutkan, konflik bersenjata antara Rusia dan Ukraina, menekan aktivitas ekonomi global dan dalam negeri.
Di bawah tekanan perekonomian dunia, memang bangsa ini terbukti masih mampu menjaga pertumbuhannya. Berbagai adaptasi perekonomian dalam negeri dilakukan, seperti menaikkan harga bahan bakar minyak, menjaga ketersediaan suplai barang kebutuhan pokok dan mencoba menjaga lonjakan kenaikan harga barang kebutuhan, serta meluaskan pendistribusian subsidi pada kalangan masyarakat ekonomi bawah.
Publik tentu saja meradang terhadap pola adaptasi yang dilakukan. Dari berbagai hasil pencermatan survei, misalnya, ketidakpuasan terhadap kinerja perekonomian mencuat. Apresiasi publik terhadap pemerintah merosot, terutama dalam penanganan kebijakan harga barang kebutuhan.
Di sisi lain, dinamika politik kian menghangat. Makin mendekati Pemilu 2024, persaingan antarkekuatan politik dalam menarik dukungan sebanyak mungkin kian sengit. Berakhirnya masa jabatan kepresidenan pada tahun 2024 melahirkan berbagai sosok calon presiden yang hingga kini muncul dengan kekuatan dukungan yang bersaing ketat. Begitu pula persaingan antarpartai politik yang makin riuh belakangan ini.
Kendati hangatnya persaingan mulai dirasakan, sejauh ini dinamika perpolitikan masih terbilang kondusif. Sepanjang tahun 2022 tidak tampak konflik politik yang berpotensi bereskalasi pada konflik horizontal. Dalam menjaga iklim perpolitikan, pemerintah mendapat apresiasi publik yang relatif tinggi.
Hanya saja, di level kehidupan sosial masyarakat, terdapat pula ancaman persoalan sosial lain yang tidak dapat diremehkan. Tahun 2022, tatkala ancaman pandemi menyurut, kerenggangan sosial dalam kehidupan masyarakat justru menguat. Sebagaimana yang tergambarkan dalam hasil perbandingan survei opini publik yang dilakukan Litbang Kompas, skor kohesivitas sosial dalam kehidupan masyarakat belakangan ini cenderung menurun.
Dengan menggunakan beberapa model indikator pertanyaan yang diadaptasi dari kajian Borkowska & Laurence (2020), Universitas Essex, Inggris, terkait dengan derajat kohesi sosial masyarakat, pada November 2022 skor rata-rata ikatan sosial masyarakat Indonesia sebesar 15,7. Skor kohesivitas dalam skala tertinggi, suatu kondisi ikatan sosial masyarakat yang terjalin dikatakan sempurna, sebesar 25. Sebaliknya, skor terendah, di mana terbentuk derajat kohesivitas yang sangat renggang, sebesar 5.
Dengan skor pencapaian sebesar itu, ikatan sosial yang terbentuk dalam relasi antarindividu di negeri ini masuk kategori menengah. Persoalannya, jika dibandingkan dengan penilaian skor kohesivitas survei sebelumnya, terjadi penurunan yang signifikan, sekaligus menunjukkan ikatan sosial masyarakat yang makin renggang.
Penurunan
Penurunan derajat perhatian sosial masyarakat kali ini terjadi pada hampir semua indikator yang dikaji. Terkait dengan indikator sikap, misalnya, saat ini hanya separuh bagian responden yang merasa memiliki kemiripan nasib dengan anggota masyarakat lainnya dalam menghadapi kondisi yang tengah berlangsung. Padahal, survei sebelumnya pada saat pandemi mengancam, lebih dari tiga perempat bagian responden yang menyatakan memiliki kemiripan nasib dalam menghadapi kondisi yang tengah berlangsung.
Pandemi telah menempatkan mereka dalam satu situasi yang sama kendatipun mereka hidup dalam lingkungan yang beragam satu sama lain. Namun, kali ini, tatkala pandemi meredup dan kehidupan masyarakat mulai berangsur kembali normal, jurang keterpilahan sosial justru terbangun yang menempatkan satu sama lain anggota masyarakat dalam kondisi yang berbeda.
Sebenarnya, dalam beberapa indikator sosial lainnya, tidak tampak kondisi yang tergolong mengkhawatirkan. Dalam keterkaitan satu sama lain di lingkungan kediaman, bagian terbesar responden juga merasakan kerukunan antarrumah tangga masih terbentuk. Segregasi antaranggota masyarakat relatif kecil. Bahkan, mereka memersepsikan kehidupan bertetangga yang terbentuk relatif harmonis.
Di dalam perilaku keseharian pun, cerminan ikatan sosial yang relatif tinggi tergambarkan. Di antaranya, tidak kurang delapan dari setiap sepuluh responden mengaku kerap bertegur sapa dengan para tetangga sekitar. Jalinan komunikasi verbal masih terbangun. Hanya saja, sekalipun masih terbilang positif, dibandingkan dengan hasil survei tahun 2021 terjadi penurunan.
Segenap dinamika sosial yang berlangsung pada tahun 2022 ini menjadi gambaran dalam menjejak tahun 2023 mendatang. Menurunnya ikatan sosial pada gilirannya berpotensi menjadi lahan subur konflik. Itulah mengapa, sejalan dengan makin dekatnya ajang Pemilu 2024 yang menjadi arena kontestasi persaingan perebutan tampuk kekuasaan kepresidenan, legislatif, hingga kepemimpinan daerah, ikatan sosial yang rapuh jangan terjadi. (LITBANG KOMPAS)